7. Apa Maksud-mu?

2.1K 151 228
                                    

Hello~^^
Nau-nau comeback dari Hiatus...
Ada yang kangen?//plak

Nau perhatian watpat akhir-akhir ini sepi. Kenapa ya? ° -°

Ah apapun itu, yang penting Selamat Membaca~

Jangan lupa vote dan komen!

Kritik serta saran jika perlu ^^

So Enjoy~

・:*:・゚★⋆.ೃ࿔*:・

Hari-hari telah berlalu tanpa terasa. Kini Halilintar telah menerima kehadiran Ice sebagai kucing Adeknya di rumah. Terbukti darinya yang beberapa kali mengajak Ice bercanda. Atau beberapa kali kepergok oleh Blaze saat menggendong Ice dengan gemes.

Seperti saat ini....

Halilintar menatap Ice yang sedang tiduran di atas karpet ruang tamu depan televisi--sembari berkacak pinggang. Kucing itu dengan santainya tiduran tanpa menghiraukan Halilintar yang sudah berada tepat di depannya.

"Ni kucing makin hari makin bulat aja," ucap Halilintar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ni kucing makin hari makin bulat aja," ucap Halilintar. "Hoi kucing! Minggir gak sebelum ku jadiin kau alas kaki."

Blaze yang sedang duduk di sofa ruang tamu itu swetdrop melihat kelakuan Kakaknya. Padahal sisi yang lain masih banyak untuk melangkah, tapi Halilintar malah lebih memilih mengganggu Ice-nya.

"Icy Sayang, sini," panggilnya.

Ice langsung bangun dan menyingkir dari hadapan Halilintar. Sembari berlari kecil dia menghampiri Blaze sebelum melompat ke atas pangkuan Omeganya ini dan berbaring di sana.

Setelah Ice pergi barulah melanjutkan langkahnya menghampiri Blaze sebelum duduk di samping Adeknya ini. Mengambil remote televisi dan menyalakannya, mengganti beberapa channel sebentar sebelum berhenti di salah satu channel yang menayangkan acara favoritnya.

Blaze menyandarkan kepalanya di bahu Halilintar setelah Kakaknya ini mengenyakkan diri di sofa untuk menonton. Tangannya sedari tadi tak henti-henti mengelus kepala hingga punggung Ice, membuat kucing yang merangkap kekasih hatinya ini mendengkur lembut, khas seekor kucing.

Halilintar sendiri melingkarkan tangan dan lengannya melewati pundak juga leher Blaze sebelum merangkul Adeknya itu sembari meletakkan kepalanya di atas puncak kepala sang Adek.

"Dua Kakak-Adek ini mesra banget," batin Ice. Yaa, ini tidak sekali dua kali dia melihat kedekatan Halilintar dan Blaze. Meskipun begitu dia tau kalau mereka hanyalah sebatas Kakak-Adek. "Dan lagi kalau aku cemburu sama Halilintar bisa-bisa Blazy marah."

Untuk beberapa saat hening dan hanya terdengar suara dari televisi. Halilintar maupun Blaze sepertinya tidak ada yang ingin ketinggalan satupun adegan yang disiarkan. Sedangkan Ice yang malas ikutan menonton--memilih tiduran saja di pangkuan sang Omega.

Blaze dan Si Mata Biru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang