9. Ending

3.4K 200 272
                                    

So, enjoy~

・:*:・゚★⋆.ೃ࿔*:・

Ice membuka matanya dan menatap Blaze dengan penuh kerinduan. "Aku kembali... Baby," ucapnya sembari merentangkan kedua tangannya.

Mata Blaze berkaca-kaca. Air itu semakin banyak bertumpuk di pelupuk mata dan akhirnya jatuh dengan sendirinya saat Blaze berlari menerjang serta memeluk Ice erat sampai-sampai mereka berdua jatuh bersama ke atas tempat tidur di belakang Ice.

Ice menangkap tubuh mungil itu saat Blaze menerjangnya. Membalas pelukan itu dengan segenap rasa rindunya. "Baby," bisiknya saat mendengar omeganya ini terisak.

"Kamu kemana saja Ice? Hikss hikss apa kau tau hikss betapa aku merindukanmu? Hikss...hikss...siang malam aku menantimu kembali," isak tangis Blaze terdengar lirih.

Dagu Blaze diamit lembut oleh Ice sebelum didongakkan perlahan agar dia bisa melihat wajah omega yang dia rindukan ini. Wajah itu sedikit kacau karena basah oleh air mata.

"Aku tau Baby...karena aku juga merasakan rasa rindu yang kamu rasakan. Siang dan malam-ku selalu dihiasi oleh kerinduan terhadapmu, hanya dirimu," ucapnya sembari menghapus lembut air mata yang mengalir di pipi Blaze.

Pipi itu tidak berubah. Masih chubby. Malah mungkin semakin chubby? Karena Ice dapat merasakan pipi itu semakin lembut dan kenyal saat dia elus.

Blaze mengalungkan kedua tangannya ke sekitar leher Ice sebelum memajukan wajahnya mengecupi setiap seluk beluk wajah Ice bertubi-tubi membuat Alphanya itu terkekeh.

Dahi, kedua kening, kedua kelopak mata, pucuk hidung, kedua pipi, rahang, dagu dan bibir tak luput dari jamahan Blaze. Setelahnya dia menatap Ice dengan haru dan dibalas dengan senyuman tipis serta tatapan lembut oleh Alphanya ini.

Blaze kembali mendekatkan wajahnya seraya memejamkan mata dan tanpa ragu langsung menyerang bibir Ice dengan sebuah ciuman.

Mata Ice sedikit terbuka lebar karena terkejut dengan tindakan Omeganya yang tiba-tiba menjadi agresif ini. Padahal dahulu Blaze tampak malu-malu untuk melakukannya, meski hanya sekedar ciuman ringan.

Ice tersenyum di dalam hatinya. Libidonya terasa dipancing sekarang. Dengan lembut dan sedikit sensual dia memeluk pinggang dan punggung Blaze. Dalam satu kali sentakan posisi mereka langsung berubah menjadi Ice di atas dan Blaze di bawah. Ciuman itupun langsung diambil alih oleh Ice secara ganas.

"Udah bisa nakal ya?~" goda Ice setelah pangutan mereka terlepas.

Blaze terengah-engah hebat dengan wajah yang memerah padam dan tatapan sayu. Dia menutup mulutnya dengan punggung tangan dan menggeleng cepat. "A-aku hanya kangen! Bukan nakal," elaknya.

Ice terkekeh kecil lalu bangun seraya menarik Blaze untuk ikut bangun. Dia mendudukkan dirinya dan menyandar di kepala ranjang dengan Blaze di pangkuannya. Tubuh mungil omeganya ini kembali direngkuh dan dipeluk erat. Dia masih sangat merindukannya.

Pelukan itu dibalas oleh Blaze dengan lebih lembut dari sebelumnya. Dia menyandarkan kepalanya di dada bidang Ice seraya mendengarkan detak jantung kekasihnya yang begitu menenangkan. Ahh...dia sangat merindukan momen-momen seperti ini.

"Ice kau tau...banyak yang datang melamarku," celetuk Blaze tanpa membuka matanya.

Ice sedikit mendengus, mengundang tawa kecil dari Blaze. "Aku baru tau setengah bulan yang lalu setelah ketemu Kakakmu di acara pertemuan antar CEO satu bulan yang lalu untuk keperluan bisnis. Karena itu juga aku cepat-cepat datang dari Vietnam ke sini."

Blaze tertawa lagi. "Tenanglah, aku tidak melirik satupun dari mereka."

"Aku kagum kamu bisa menolak mereka semua, bahkan Kakak kelas-mu dulu yang namanya Gempa. Selama dua belas tahun...itu tidak sebentar dan, aku yakin orang yang datang untuk memiliki-mu sudah tidak bisa dihitung dengan jari."

Blaze dan Si Mata Biru (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang