4 - Peduli

3.2K 283 5
                                    

Deon duduk di kursi belajar Kenza. Kenza sudah tenang dan kini terlelap. Raka, dokter yang baru dikenal Deon sedang duduk di sebelah Kenza.

"Gue boleh nanya sesuatu?"

Deon mengangkat kepalanya lalu menatap Raka.

"Hubungan lo sama adek lo selalu sedingin ini?" Tanya Raka bingung.

Deon mengarahkan pandangannya ke arah Kenza yang terlelap.

Deon menggeleng.

"Dulu.. kita ga gini"

"Gue ga akan tanya kenapa.. tapi gue tanya, dulu pas kalian ga sedingin ini. Apa pernah dia ga nurut dan bantah lo?"

Deon terdiam.

Ya. Tidak pernah memang.

Dulu Kenza sangat manis. Selalu menurut dan tak pernah marah bahkan berani membentak Deon.

"Gue emang gatau apa masalah kalian. Tapi gue sebagai dokter paham betul, kalau Kenza udah sakit."

"Lo ngerti kan maksud gue udah sakit?" Tanya Raka

Deon menatap Raka menunggu melanjutkan.

"Mungkin selama ini Kenza udah nyimpen trauma akan sesuatu yang lo gatau. Tapi lo baru liat gejala nya sekarang kan. Bisa jadi karena dia udah gabisa simpen itu lagi. Psikisnya udah luka, Bang"

Deon menghela nafas berat.

Ia tidak tahu akan hal itu. Selama ini mereka sering bertengkar membela ego masing masing. Tidak seperti dulu.

"Kenapa lo peduli sama kita sampe segininya?"

Raka kini menoleh pada Kenza yang terpejam.

"Karena gue.. punya adek seumuran dia. Tapi dia udah ga ada" lirih Raka menatap Kenza lekat.

Deon pun diam.

"Sorry, gue ga maksud"

Raka mengangguk dan tersenyum.

"Jaga adek lo baik baik. Kalo lo takut dia sakit. Lo tau ga muka lo kaya gimana waktu tadi gue dateng? Dah kaya mayat idup tau gak! Pucet! Artinya lo sayang sama dia kan!"

Deon menghela nafas panjang lalu mendekat pada adiknya.

Kini ia duduk di samping Kenza.

"Yang dia punya tinggal gue, bang. Gue harus ajarin dia buat bisa jaga diri sendiri. Kalo gue lagi gabisa selalu ada buat dia gimana." Lirih Deon menatap Kenza yang masih terlelap dengan masker oksigen yang setia menempel.

Raka menepuk pundak Deon untuk menenangkannya.

***

"Kamu selalu mikirin anak itu!!" Teriak seorang perempuan seperti suara mamah Kenza.

"Mah?" Lirih Kenza kecil yang ketakutan dijalan sendirian.

Kenza Kecil yang saat itu terlihat seperti baru berumur 7 tahun terus berjalan ketakutan hingga ke tengah jalan.

Orang orang ramai berlalu lalang. Ia tak ingin menangis. Ia mencari sekeliling dimana mamah dan papahnya.

"Kenz!!" Panggil seorang wanita yang panik mencari putranya.

Kenza kecil menengok ke arah sumber suara tapi tidak ada yang wanita yang memanggilnya itu.

DUKK

tiba tiba pukulan keras mengenai kepalanya. Sangat kencang hingga membuat Kenza kecil tersungkur ke tanah.

Lelaki besar itu tiba tiba menarik Kenza kencang lalu mendorongnya hingga ke tengah jalan.

Kak, Gue kangen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang