6 - Papah?

2.7K 263 10
                                    

Bau obat tercium kuat dalam seluruh ruangan. Kenza membuka matanya perlahan.

Nyeri masih terasa di kepalanya dan seluruh tubuhnya. Tapi kini Kenza tak bisa bergerak dengan bebas.

Ia kini sedang terbaring di sebuah kasur king size dengan selang yang menempel di mulutnya dan tangannya yang terikat ke kedua sisi kasur.

Kamar itu terlihat sangat rapih dan terawat. Kenza memaksa kepalanya untuk menengok untuk melihat seluruh sudut sisi kamar itu.

Tidak ada yang aneh di dalam kamar itu, bahkan terasa sangat nyaman dan teduh. Seperti kamar pada umumnya yang memiliki kenyamanan.

Rasa nyaman nya membuat Kenza memejamkan matanya kembali. Ia sangat lelah. Ia bahkan tak memperdulikan tangannya yang diikat. Yang dia inginkan sekarang hanya tidur dan tenang.

Ia berharap ketika ia membuka matanya, semua akan kembali baik baik saja.

Tidak lama setelah Kenza terlelap, pintu kamar terbuka perlahan. Sosok pria besar yang mengakunya sebagai ayah kandungnya itu masuk dengan tenang mendekati kasur tempat Kenza terlelap.

Pria itu mengecek monitor yang tersambung dengan selang oksigen Kenza. Kenza terlihat sangat pulas dengan nafasnya yang stabil.

Pria itu pun mengambil hp dari sakunya dan menelpon seseorang.

Tuuut... tuutt...

"Halo?" Terdengar sesorang dari seberang telpon sudah mengangkat.

"Percuma kamu lapor polisi buat kepung rumah ini diem diem. Kalo kamu mau Kenza ga kenapa napa, Kamu kesini sekarang" ucap Dendi tegas dengan suara beratnya.

Dendi menutup telponnya tanpa menunggu jawaban orang di sebrang telpon. Yaitu Deon.

Sedangkan ditempat lain, Deon sedang menggertakan giginya kesal. Ia mencengkram hp nya kuat.

"Kenapa mas?" Tanya pak Bram yang menyadari perubahan ekspresi dari Deon.

"Pak, kita ke rumah dia sekarang"

"Tapi bahaya mas kalo kita yang kesana."

"Tenang aja pak, polisi udah disana buat mengawasi situasi"

***

"Apa sekarang kamu bener bener udah lupa sama papah?" Lirih Dendi menatap Kenza yang tertidur pulas.

Dendi mengangkat tangannya ragu. Ia ingin menyentuh kepala Kenza lembut. Tapi ia urungkan niatnya.

"Ken.. Papah udah disini. Kamu punya papah sekarang..." Monolog Dendi.

Matanya sudah seperti kepingan kaca yang siap pecah. Dendi mengepalkan tangannya kuat. Ingatannya berputar pada kejadian yang menghancurkan keluarga nya. Ia sangat marah.

Drrrrrtt

Hp Dendi bergetar. Ia pun melihat ada notifikasi pesan yang berisi Deon sudah di depan rumah.

Dendi pun berdiri dan pergi untuk membukakan pintu untuk Deon.

Sebelum Dendi berdiri. Terlihat ada sebuah suntikan kecil yang sudah disuntikkan di samping kasur Kenza.

Obat tidur

Ternyata Dendi sudah mensuntikkan obat tidur kepada Kenza supaya Kenza terus tertidur dan tidak berbuat macam macam ketika Deon datang.

Itulah yang membuat Kenza sangat mengantuk.

***

Pintu rumah bernuansa putih itu terbuka. Memperlihatkan sosok yang sudah sangat lama tak pernah Deon lihat.

Kak, Gue kangen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang