5 - Culik

3.1K 296 19
                                    

Deon membuka pintu kamar Kenza. Mencari sosok adiknya yang seharusnya berada di kamar ketika sudah jam segini.

Sekarang pukul 9 malam.

Tapi sosok yang Deon cari itu tidak ada didalam kamarnya.

"Kenza" panggil Deon mengetuk kamar mandi.

Tapi tak ada jawaban. Dan kamar mandi itu kosong.

"Kenza!" Panggil Deon lebih keras khawatir adiknya kambuh entah dimana dan tidak ketahuan.

Tapi rumah mereka terasa sangat sepi. Deon menjadi lebih khawatir.

Pak Bram dengan cepat datang menghampiri Deon.

"Kenapa mas?"

"Pak Bram tau ga Kenza kemana? Atau mungkin dia tadi keluar terus izin sama bapak?" Tanya Deon

Dengan wajah bingung, Pak Bram hanya menggeleng tak mengetahui apa apa.

"Mas Ken belum keluar kamar setahu saya dari sore"

Mendengar ucapan pak Bram, Deon menjadi kalang kabut sendiri. Padahal Deon sudah melarang Kenza untuk keluar.

Deon kembali ke kamar Kenza. Mencari sesuatu dengan panik.

Tiba tiba manik Deon berhenti pada satu titik. Ke sebuah barang diatas meja belajar Kenza.

Inhaler dan dompet Kenza terlihat jelas diatas meja belajarnya.

Deon mencoba menelpon Kenza.

Sekali

Dua kali

Hingga berkali kali. Tapi Kenza tak mengangkat telpon dari Deon.

"Mas, saya coba cari di sekitar komplek ya" ucap Pak Bram cepat lalu keluar kamar Kenza.

Deon pun menyerah menelpon, ia pun memasukkan hpnya dan beranjak keluar dari kamar Kenza untuk mencari adiknya sendiri.

"Ngapain lo dikamar gue?"

Belum sempat Deon berbalik, suara itu membuat Deon sangat marah.

Deon berbalik dan langsung menarik Kenza kasar duduk di kasur.

"Kemana aja kamu? Kenapa ga angkat tlpn kakak?! Hah?!" Tanya Deon marah.

Kenza menyengirtkan dahi heran.

"Heboh banget cuma ke indomart doang!" Ketus Kenza tanpa menatap Deon.

"Kenapa ga bilang dulu? Susah emangnya tinggal bilang doang?!"

"Iya susah!! RIBET!! kek bocah aja!!" Ketus Kenza lalu berdiri mengabaikan Deon.

"Duduk!" Perintah Deon dengan nada dingin dan seriusnya.

Tapi Kenza berlalu begitu saja dna sibuk mengeluarkan cemilan cemilan yang baru ia beli di indomart ke meja belajarnya.

Deon masih menatap dingin punggung adiknya yang tak kunjung berbalik dan menurut untuk duduk.

"Kenza! Kakak lagi ngomong" ucap dingin Deon kali ini tidak tinggi tapi terdengar sangat serius dan menahan marahnya.

Kenza menghela nafas keras. Hingga terdengar jelas oleh Deon. Kenza berbalik.

Kini ia menatap lekat manik coklat kakaknya yang terlihat marah.

"Kak... Gue cape. Bisa keluar ga?" Ucap Kenza pelan tanpa nada ketusnya.

Deon memalingkan wajahnya. Ia baru sadar sepertinya ia terlalu keras pada adiknya itu.

***

"Pah.. Deon harus apa?" Lirih Deon terduduk di kasur kamar papah mamahnya.

Kak, Gue kangen! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang