2. First kiss

1K 223 4
                                    


Hai hai Tata🐻

Pakabar?

Gimana hubungannya dengan crush kalian? Ada kemajuan gak?

Bacanya kalem aja, santai, jan terburu-buru😉
Di bawa santuy aja, sambil dengerin lagu, sambil ngemil kek👍

Sebelum baca, seperti biasa Micha mau ngasih pertanyaan.

• Apa makanan favorit kamu?

• Hal apa yang paling kamu gak sukai?

• Pernah nyuri uang orangtua diem-diem gak?

• Apa kebohongan terbesar yang kamu ucapkan ke orangtua?

• Pernah ngalamin cinta bertepuk sebelah tangan gak?

(Jawab yang jujur!)

Budayakan Vote sebelum baca yaww👻

Jangan lupa juga untuk selalu komen di setiap paragraf!


***


"Gimana? Kamu suka?" Sebuah pertanyaan keluar dari bibir Suzie.

"Suka banget, Bunda." Launa menjawab tanpa menoleh ke arahnya. Gadis itu sedari tadi tak hentinya mengamati ruangan besar dengan takjub. Kamar yang sangat mewah bagaikan hotel bintang lima.

"Hmm... Tapi maaf ya, Sayang. Hari ini kamu harus tidur di kamar tamu dulu karena kamar ini belum sepenuhnya dibereskan."

Launa mengangguk kecil. "Iya Bunda, gapapa."

"Daripada tidur di kamar tamu, mending lo tidur di kamar gue." usul Varen mengundang Launa menatap ke arahnya.

"Terus nanti Reren tidur di mana?" tanya gadis itu.

"Ya di kamar gue lah. Nanti kita tidur berdua. Boleh, kan, Bun?" Varen bertanya sembari menaik turunkan kedua alisnya.

Suzie yang mendengar penuturan anak bandel kesayangannya itu pun melotot kaget. Namun beberapa detik setelahnya menampilkan senyuman tipis. "Boleh banget dong. Kalau gitu sekarang kamu tinggal pilih, ATM di blokir atau-"

"Bercanda, Bun." sahut Varen cepat sembari cengengesan.

"Tapi kalau lo beneran mau tidur di kamar gue, gue gak keberatan. Lo mesti tau, di kamar tamu itu angker, banyak hantunya." bisik Varen menakut-nakuti Launa. Dan benar saja, bulu kuduk Launa seketika merinding membayangkan bagaimana jika dirinya bertemu hantu yang menyeramkan.

"Hayo! Bisik-bisik apa, itu?" tanya Suzie menyorot Varen galak.

"Kata Reren, di kamar tamu banyak hantunya. Emang bener, Bun?" tanya Launa untuk memastikan.

Suzie menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Ingin rasanya ia menampol mulut anaknya yang selalu saja asal bicara itu. "Varen kayaknya mabok jengkol. Gak usah di denger ya, Na." seru Suzie tersenyum tipis menatap Launa. Jangan sampai gadis itu percaya dengan ucapan Varen.

"Ayo ke bawah lagi, biar kamarnya cepet di beresin sama Bi Dona." Suzie menggandeng lengan Launa lalu membawanya keluar meninggalkan kamar ini. Varen hanya berdiri bagaikan patung, mengapa cuma Launa yang di ajak turun keluar? Mengapa ia ditinggalkan sendirian begitu saja?

VARENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang