4. Jadian?

1K 205 5
                                    

Hi, Tata🐻

Ada yang kangen Micha, gak? (Gak bakal ada sih keknya)

Budayakan Vote sebelum baca ya, Ta!

Jangan lupa komennya juga👻

Pertanyaan.

• Kalau bisa baca pikiran, siapa orang yang mau kamu baca pikirannya?

• Masih simpan foto mantan, gak?

• Kata-kata apa yang bikin penyemangat hidup kamu?

• Pertama kali kamu nangis gara-gara apa?

• Pernah kentut dalam diam, terus malah nyalahin temen gak?

Di jawab, yaww👻



***



"Reren, kenapa jalannya rame banget? Nanti pasti kita telat," celoteh Launa seraya memperhatikan jalanan yang terlihat padat pagi ini. Mengapa di Jakarta pagi-pagi seperti ini jalan sudah cukup ramai dan macet?

"Reren, Una kepanasan. Nanti kalau kulit Una jadi item gimana?" tanya Launa sedikit resah.

"Terus kalau rambut Una jadi merah, gimana?" tanya Launa sedikit resah.

"Kalau kulit Una item dan rambut Una merah, pasti nanti Una kayak jamet!"

"Ini panas banget Reren, ayo buruan!"

"Una gak mau jadi jamet!"

"Ayo buruan, Reren!"

"Lo ngoceh sekali lagi gue tendang ke jahannam!" balas Varen menggebu-gebu. Dirinya di buat kesal oleh jalanan yang macetnya minta ampun. Di tambah lagi dengan ocehan menyebalkan yang keluar dari bibir Launa. Memangnya dia pikir hanya gadis itu saja yang kepanasan? Meskipun Varen memakai helm, tapi tetap saja ia bisa merasakan terik matahari yang sangat panas pagi ini.

Tak berselang lama Varen kembali melajukan motornya lagi saat jalan sudah tidak macet lagi. Saat ia berada di jalanan yang sepi Varen memberhentikan motornya lalu menyuruh Launa untuk turun, gadis imut itu pun tanpa banyak bertanya langsung menurut.

Launa tampak celingak celinguk memandang ke sekitarnya yang tampak sepi. Ada apa? Mengapa Varen tiba-tiba menyuruhnya untuk turun? Apakah motornya habis bensin? Atau jangan-jangan... Varen akan meninggalkannya di jalan ini sendirian?

"Reren, kenapa kita turun?" tanya Launa saat melihat Varen juga ikut turun dari motornya.

Varen, cowok yang saat ini menggunakan jaket kulit berwarna hitam itu juga turun dari motornya, tidak lupa ia membuka helm full face-nya lalu tertampanglah wajah tampannya yang sangat mempesona. Launa juga sebenarnya diam-diam mengagumi ketampanannya.

"Na, lo tau nggak?" tanya Varen tiba-tiba, membuat Launa raut wajah menatapnya bingung.

Launa lantas menggelengkan kepalanya sebagai balasan. Mengapa Varen bertanya seperti itu? Ya jelas ia tidak tahu, lah!

"Lo adalah orang pertama yang pernah gue bonceng pakai motor kesayangan gue." ucap Varen tatapannya hanya fokus pada wajah imut gadis bernetra biru itu.

VARENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang