11| .

460 48 1
                                    

🌻🌻🌻



Hawa dingin kian terasa menyengat kulit namun suasana kian menghangat. Halaman dojo milik tuan Sano penuh dengan canda dan tawa, aroma daging panggang pun masih menguar memeriahkan pesta mereka malam itu.

Di antara riuhnya acara, Koko dan Inupi duduk dengan tenang sembari memakan daging panggang, namun tak jarang pasangan itu berdebat hingga menarik perhatian teman-teman mereka.

Pasalnya perdebatan itu disebabkan oleh Koko, pemuda yang biasanya bersikap dingin dan berlidah tajam itu berubah menjadi sosok yang cerewet ketika menggoda Inupi dan jujur saja tingkahnya mampu membuat sahabat-sahabat mereka tercengang.

Inupi yang sedari tadi diawasi oleh Koko dan menjadi pusat perhatian pun mulai merasa jengah dan memarahi pemuda itu, "Ishh.. tolong berhentilah menatapku, Koko-kun!"

"Tidak mau! Aku takut kau menghilang jika aku berhenti menatapmu sekejap saja."

Demi apapun, Inupi tidak bisa berkutik mendengar ucapan Koko. Pemuda itu lalu menunduk dan kembali makan dengan tenang, sebisa mungkin dia menyembunyikan wajah tersipunya.

"Uhmm.. Nii-san, bukankah Koko-kun terlalu uhmm..."

"Ya! Dia nampak seperti apa yang tengah kau pikirkan saat ini, Takemicchi." jawab Shinichiro menanggapi ucapan Takemichi.

Semakin risih dengan perhatian yang diterimanya sedari tadi, akhirnya Inupi pun berdiri lalu pindah tempat duduk ke sebelah Izana dan disambut dengan raut cemberut dari Koko.

"Hahh.."

Mitsuya yang sedari tadi turut memperhatikan pasangan itu akhirnya menghela nafas, lelah dengan adegan yang dilihatnya.

"Bukankah kalian seharusnya mencari tempat untuk berbicara?" lanjut pemuda berambut lilac tersebut.

"Kenapa?" tanya Koko dengan polosnya.

Shinichiro yang mendengar perkataan Koko pun tersenyum masam, "Setelah berpisah lama, kurasa ada banyak hal yang harus kalian bicarakan." tambahnya.

Koko dan Inupi pun akhirnya menyetujui perkataan Shinichiro dan disinilah mereka saat ini, duduk diam di halaman belakang dojo.

Hanya ada mereka berdua saat ini, dan hanya ada kesunyian yang mengisi. Entah karena apa, kata-kata yang mulanya ingin diungkapkan oleh Koko mendadak seakan terikat di ujung lidahnya. Inupi juga tak jauh berbeda, dia tidak mampu merangkai sepatah kata pun.

"Uhmm.. Koko ..."

"Inupi-chan, ak... Ah.. sebaiknya kau duluan." ucap Koko ketika mereka berucap bersamaan secara tidak sengaja.

"Ehmm.. sebaiknya kau dulu, Koko-kun. Aku lupa apa yang ingin ku ucapkan."

Pada akhirnya mereka berdua kembali diam setelahnya.

Mulai bosan dengan kecanggungan yang tak  berujung, Koko lantas menggenggam tangan Inupi, "Inupi-chan, menjeritlah atau pukul aku! Setidaknya katakan sesuatu! Apa saja!"

Inupi yang terkejut dengan tindakan Koko pun spontan berucap, "Cium aku!"

Koko yang tidak siap untuk mendengar jawaban tersebut hanya bisa mematung dengan telinga berwarna merah. Inupi yang juga tidak menyangka akan berucap seperti itu pun kini menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Ma.. maaf."

Tak kuasa menahan malu, Inupi akhirnya bangkit berdiri dan bersiap untuk pergi dari sana, namun nahas kaki pemuda itu terantuk batu dan membuatnya terjatuh. Koko yang melihatnya pun segera menghampiri Inupi yang masih tersungkur, namun agaknya pemuda tersebut benar-benar malu saat ini. Dia tak kunjung berdiri meskipun Koko sudah berusaha untuk membantunya berdiri dan lebih memilih menyembunyikan wajahnya

KokoNui Corner Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang