The Confession

1.1K 157 19
                                    

Mereka berdua basah kuyup.

Itu hasil dari perjalanan pendek dari taman bermain ke indekos Jeongguk di tengah rintik hujan yang sedikit pun tak mau mereda. Keduanya jalan bergandengan, dengan rakus menghirup presensi masing-masing. Gajah di pelupuk mata akan melompat sesampainya mereka di kamar Jeongguk, mereka tahu. Ada hal yang harus dibicarakan dan hal itu tak bisa lagi dihindari.

Adalah rasa hangat yang pertama kali menyambut, pula wangi pengharum ruangan yang tercium lembut.

Taehyung tak mau melangkah lebih jauh, khawatir sisa air hujan yang menetes dari pakaiannya membuat becek.

Tapi Jeongguk, tidak bertahun-tahun ada di sebelah Taehyung untuk tak menangkap gelagat itu. Jadi, digerakkannya bahu pemuda itu dan diarahkannya ke arah kamar mandi. Sesuai prediksi, Taehyung gemetar kedinginan. Jeongguk memastikan air panasnya berfungsi.

"Mandi dulu, Tata. Jangan lupa kepalanya basahin ya? Biar nggak pusing," Jeongguk berkata lembut. Sementara sahabatnya berdiri kikuk di kamar mandi, si empunya ruangan sibuk mengecek kelengkapan ruangan. Sip. Air panasnya menyala dan siap digunakan. "Gue tinggal dulu ke luar. Kalo ada apa-apa, bilang, oke?"

"Gukkie," Taehyung menyahut pelan. "Makasih."

Aura tegang di wajah Jeongguk tak lagi tampak. Urat menegang beberapa saat lalu kini diganti senyum lega.

"Don't mention it, Tata," katanya. "Tugas gue. Sekarang mandi, ya?"

Anggukan pelan diberi si pemilik manik hazel, dan dengan itu, Jeongguk meninggalkannya sendiri untuk privasi.

Pintu kamar mandi menutup pelan, lantas si pemilik ruangan mengeluarkan simpanan keset handuk untuk dirangkai dari pintu ke area berkarpet. Lantainya bisa jadi dingin, dan Jeongguk hendak memastikan hal tersebut tak mengganggu sahabatnya.

Oh, ya. Lalu menghangatkan air untuk secangkir cokelat panas. Setidaknya itu dulu. Setelah hujan berhenti, dia akan memesan makanan untuk mengisi perut.

—&—

Nyatanya, hujan tidak berhenti hingga hampir menuju tengah hari. Cokelat panas di cangkir pun tandas tanpa tahu waktu. Dua jiwa di ruangan itu duduk bersebelahan di karpet dengan televisi menyala. Dan Taehyung. Taehyung terlihat nyaman dengan piyama yang Jeongguk berikan.

Begini. Jeongguk tidak terbiasa dengan piyama. Dia lebih memilih kaus oblong biasa dan celana training, atau sweatpants, atau celana linen rumahan. Piyama itu sendiri adalah pemberian Taehyung untuk kado ulang tahunnya, sengaja dipilihkan yang tak bercorak dan berwarna monokrom. Tetap saja Jeongguk selalu berkelit untuk tak memakainya, dan biasanya, hal itu otomatis membuat bibir Taehyung manyun. Kalau sudah begitu, Jeongguk akan menggunakan seharian waktunya mengembalikan mood sahabatnya. Dengan janji kosong akan memakai piyama itu, tentu.

Namun ternyata, piyama tak nyaman yang selama ini selalu menghantui Jeongguk, ternyata terlihat seratus kali lebih menarik di badan Taehyung.

Oh, ya ampun.

Ini memang klise. Tapi melihat seseorang yang kamu sukai mengenakan pakaianmu, wah.

Alasan menjijikan, tapi Jeongguk bersumpah pemandangan itu terlihat lebih menarik dibanding melihat Taehyung tanpa busana.

Whoops.

"Dingin nggak, Ta?"

Taehyung menggeleng. Selimut yang disampirkan di sekitar bahu ditariknya mendekat. "Gukkie dingin?"

[✓] Langit Merah Jambu • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang