After All Those Years ; finale

1.7K 148 14
                                    

"Siapa tadi yang makanin inaco jelly Taehyung?!"

"Tuh, anaknya di belakang."

"Balikin gak  punya Taehyung. Buru."

"Udah di tangan gua, ya buat gua lah."

"Lo balikin sekarang, atau bekel lo gue ambil buat Taehyung makan."

"Dih. Makan aja sono tutupnya, orang udah abis."

"Lo—sialan—"

"Eh, eh, Jeongguk sama Jiho berantem!"

—&—

Pay attention to me.”

Belum genap sepuluh menit film diputar, Taehyung sudah lebih dulu memuntahkan perintah itu. Jumat malam, ketika jalanan ramai oleh mereka yang akhirnya terlepas dari jeratan minggu yang sibuk, Taehyung dan Jeongguk lebih memilih duduk di sofa apartemen mereka dan bergulung dalam selimut. Film favorit masa kecil, satu kotak besar piza, sebotol besar minuman berkarbonasi serta sekantong besar makanan ringan disusun rapi di meja rendah. Acara menonton itu akan selesai pada pukul tiga pagi, biasanya, dan keduanya baru naik ke tempat tidur saat matahari terbit di ufuk timur.

Jadwal akhir minggu bagi keluarga kecil itu, yang baru saja resmi tak lebih dari tiga bulan lalu. Arah ke kantor masih berlawanan; satu ke kiri, satunya ke kanan. Jadwal training pun masih sesekali menghampiri Jeongguk, membuatnya harus meninggalkan si pasangan sendirian. Kalau hanya seminggu, Taehyung akan mengangguk paham, tapi lebih dari tiga minggu, Jeongguk harus menghabiskan malam meyakinkan pasangannya bahwa jarak bukan apa-apa, sayang.

Kembali ke masa sekarang di mana sepuluh menit pertama film Avengers: Endgame sudah cukup membuat Taehyung bosan.

Eh, bukan. Bukan bosan.

Percayalah, rayuan Jeongguk untuk maraton Marvel Cinematic Universe berhasil sekali pada Taehyung. Tak jarang, mereka kembali menonton itu lagi, yang ini lagi, film itu lagi setiap datang jadwal akhir minggu.

Masalahnya, minggu ini benar-benar sibuk, dan bahkan mereka langsung pergi tidur setelah makan malam. Jadwal Taehyung dipenuhi keperluan audit, sementara perusahaan tempat Jeongguk bekerja tengah dibanjiri janji development produk baru. Dua-duanya menduduki jabatan penting dan harus siap siaga, jadi mereka sama-sama mengerti.

Ciuman malas dan kecupan di kepala sebelum pergi tidur di malam hari. Pun keesokannya ditutup dengan pelukan hangat dan saling mengucap janji tak akan pulang telat. Untunglah hingga sekarang, belum ada keharusan bagi Taehyung maupun Jeongguk untuk benar-benar tinggal di kantor lebih lama.

“Gukkieeee.” Keluar lagi. Rengekan Taehyung merupakan senjata terakhir apabila Jeongguk tidak juga luluh dan memberi apa yang dia minta. Selalu berhasil, kok. Hak paten Taehyung sejak mereka berdua masih sama-sama pendek dan belum bisa pakai baju sendiri.

Sedangkan Jeongguk?

Oh, bertahun-tahun berdiri di sebelah Taehyung dan bertanya-tanya hingga kapan magis itu kehilangan efek, namun nyatanya, tidak. Rengekan Taehyung selalu menjadi satu-satunya kelemahan Jeon Jeongguk. Tak peduli kondisi emosinya kala itu.

Jadi, sembari meraih remote televisi dan memasukkan layar ke mode jeda, barulah Jeongguk memusatkan perhatiannya hanya pada satu arah. “Iya, Tata?”

Taehyung, di sisi lain, merasa tersinggung karena filmnya dihentikan. Eh, dijeda. Dia lantas merebut lagi remote dari tangan pasangannya lalu kembali mengisi ruangan itu dengan suara adegan awal film.

[✓] Langit Merah Jambu • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang