Each Other's Dates

1K 148 7
                                    

"Kok gue pake diundang segala sih, Ji? Kan yang nikah sepupu lo, bukan kakak lo? Ketemu aja belum?" Taehyung memandang aneh ke arah Jimin, yang kala itu menghampirinya di tengah jam kosong.

Iya, Profesor Lee tidak hadir hari itu untuk mengajar materi, jadi beliau mempercayakan tiga nomor soal yang rumusnya—demi Tuhan—panjang sekali ke seluruh kelas. Oh, dan jangan lupa catatan kaki yang ditinggalkan dan tertulis dikumpul hari ini di meja, paling lambat setelah kelas berakhir.

"Ya, kan soalnya lo temen deket gue, ya? Ya? Lagian sepupu gue bilang boleh bawa orang lain, kok." Jimin memohon lagi.

Dari tempatnya duduk dan sibuk memutar otak, Taehyung menyipitkan mata. Pandangannya telak meminta suatu penjelasan dari si pemuda lebih tua beberapa bulan darinya.

"Lo mohon-mohon ke gue biar ditemenin soalnya lo gak punya plus one, ya? Ngaku."

Seketika, wajah Jimin yang awalnya menyerupai anak rubah paling malang karena ditinggal ibunya mencari makan, berubah jadi ekspresi culas dan siap melempar kalimat mencemooh. Benar-benar. Taehyung jadi teringat salah satu perundungnya di sekolah dasar.

"Enak aja," tukas Jimin. "Sori ya, nanti gue dateng sambil gandengan sama Mingyu. Itu anak akhirnya peka juga gue kode-kodein. Belom aja gue belajar dari kamus kode pramuka, akhirnya peka juga. Udah pengen berguru tadinya ke gunung." Hela napas panjang Jimin kala selesai bernarasi tentang kehidupan percintaannya yang rumit. "Ini gue ngajak lo lumayan biar makan enak, tau. Lo ajak Jeongguk deh, gak apa-apa. Sekalian jadi plus one lo gitu!"

Semburat merah muncul bersamaan dengan pipi Taehyung yang menghangat. Tak lupa bulu kuduk yang tiba-tiba meremang lantaran Jimin bisa dengan mudah menebak langkah selanjutnya.

Tentu, Taehyung akan meminta Jeongguk ikut. Tentu, Taehyung cuma akan mengizinkan Jeongguk sebagai plus one di antara pilihan teman yang lain. Bukankah sudah jelas?

"Oke ya ini? Oke, ya? Gue catet nih!"

Taehyung tersadar dari kegiatan bengongnya, sontak mengangguk pelan dan mengiakan ajakan tersebut.

Kalau sudah begini, dia benar-benar kesal dengan sistem penempatan kelas. Kenapa harus berbeda dengan Jeongguk, sih? Kalau ada di satu tempat, kan, bisa sekalian Jimin yang bicara.

Mendapat jawaban, Jimin lantas meluruskan punggung dan berbalik ke mejanya sendiri. Cengiran khas itu seakan berperan sebagai pecut di bokong Taehyung untuk tak melupakan perkara undangan ini dan mengabarkannya pada sahabatnya.

—&—

"Jimin yang undang?"

"Iyaaa," Taehyung menjawab seraya tak berhenti menggauli ujung kentang gorengnya ke saus tomat. Biasanya, Jeongguk suka iseng menggeser wadah saus tomat Taehyung dengan saus ekstra pedas miliknya. Dan kalau sudah begitu, mode Taehyung merajuk dan tak mau bicara akan menemani Jeongguk selama maksimal sejam ke depan. Tak bisa lama-lama, karena pada akhirnya, Jeongguk juga tak tega melihat sahabatnya gelagapan menahan pedas. "Kalo lo gak bisa dateng, gak papa kok. Gue nanti bilang ke dia."

Taehyung berusaha untuk tak berdesir pada detik pertama ekspresi Jeongguk total berubah.

"Kalo gak sama gue, nanti lo sama siapa? Sendiri?"

Gelengan pelan. "Paling ajak yang lain. Kak Namjoon atau Kak Seokjin, paling?"

"Sama gue aja."

"Lho, Gukkie? Beneran?"

Jeongguk menutup buku novel yang katanya hasil pinjam dari perpustakaan, memasukkannya kembali ke tas dan memindah seluruh atensinya ke depan. Kentang goreng habis setengah piring oleh Taehyung, pula saus tomatnya, jadi Jeongguk mengisi ulang wadah saus tomat serta menyiapkan saus sambal untuknya sendiri.

"Iya. Sama gue ya, Tata? Nanti gue jemput, oke?"

Senyum Taehyung muncul seraya pemuda Kim itu mengangguk.

"Oke!"
️️ ️
️️ ️
️️ ️

️️ ️
️️ ️
️️ ️───────tbc.

[✓] Langit Merah Jambu • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang