Their Safest Place

1.3K 173 6
                                    

"Jadi, emang Tante Masay aja yang bikin kesel hari ini. Gue kesel banget. Udah mau berusaha positive vibe dari awal hari, eh, dia malah going around pamer anaknya lulus cumlaude 3,5 tahun. Mana ngomongin itu depan Bang Yoongi dan Bang Hoseok. Bawa-bawa gue soalnya 3 tahun baru semester segini, dih?"

Deret keluhan itu Jeongguk biarkan mengalir keluar dari bibir sahabatnya tanpa berusaha dia cegah, hanya sesekali membetulkan letak selimut yang merosot, acap kali Taehyung bergerak terlalu gusar.

Keduanya tidur bersebelahan, lagi, namun kali ini, Taehyung asyik melontarkan ganjalan yang seharian ini menghantui, sedang Jeongguk berbaring miring beralas lengan sendiri. Ada percikan rasa bahagia, tiap kali bayangan stiker hias glow in the dark itu terpantul di dwimanik Taehyung. Terlihat 100 kali lebih … lebih, apa? Indah? Cantik? Oh, Jeongguk berharap ada kata yang levelnya di atas itu untuk menggambarkan sahabatnya.

"—akhirnya, Bang Hoseok keluar juga tadi. Mampus. Biar tau rasa, asu."

"Tata."

Mulut dikerucutkan, lalu Taehyung menghela napas. "Abisnya kesel."

Jeongguk tertawa rendah, mengangkat tangan dan menyingkirkan anak-anak rambut yang sudah memanjang itu dari dahi Taehyung. "Terus? Bang Yoongi keluar juga?"

"Nggak tau, tapi kayaknya iya. Biarinlah, biar dia pamerin anaknya ke tembok aja."

Si putra Jeon mendengus geli. Kata-kata Taehyung kalau sedang marah, memang acap kali tak terkontrol dan asal bunyi.

Dia sudah berada di sisi Taehyung lama sekali untuk menyaksikan tingkah itu, dan Jeongguk kepalang paham kalau sahabatnya pasti akan terus bicara semalaman penuh.

Lihat? Hampir pukul dua pagi sekarang.

"Tata. Suka nggak stikernya?"

Celoteh dibungkus kesal barusan berhenti, kini Jeongguk dihadapkan pada sebongkah Taehyung yang bersemangat akan hiasan menyala di langit-langit. "Suka lah! Lo kok nempelnya gak bareng gue? Kan ribet pasti naik-naik meja?"

"Udah biasa. Kan lo tau, gue jago manjat." Senyum Jeongguk lebar dan bergeligi, nada bangga tertera pada tiap kata yang terlontar. "Tuh, liat. Bulannya gue taro tengah, biar dikelilingin sama bintang. Jadi, kalo ada apa-apa sama si bulan, mereka bakal siap perang bintang."

"Jeongguk. Itu ajaran dari mana."

Tawa si empunya kamar berderai lagi. "Lho, kan bener? Inget gak dulu pas SD, lo dikerjain mulu sama si, siapa tuh, yang sok keren banget tapi celamitan. Inaco jelly dibawain 7 biji, elonya cuma makan 2. Mana rasa jeruk pula yang lo nggak terlalu suka."

Kali ini, ganti tawa Taehyung yang dilolos pelan. "Inget. Terus lo berantem kan sampe hidung lo berdarah, ckckck, Gukkie. Pas itu gue tanya sakit apa enggak, elo malah ketawa. Takut tau."

"Iyalah ketawa. Kan gue menang."

Senyum Jeongguk lebar, tapi sayangnya, perasaan bahagia itu tidak tecermin di air muka Taehyung. Seolah si putra Kim tengah menggeluti pikiran rumit.

"Ta?"

"Gukkie, kalau bulan dilindungi terus sama bintang, manfaatnya bulan apa, dong? Masa dia harus bergantung terus sama bintang?"

Sungguh.

Jeongguk tak pernah berekspetasi bahwa pertanyaan itu akan keluar dari bibir sahabatnya, dan dengan intonasi serius pula.

Dan lagi, dia sungguh kehabisan kata-kata. Kejujurannya sudah berada di ujung lidah minta dilempar, namun rasanya susah. Baginya sekarang, memiliki Taehyung di sebelahnya sudah cukup. Jeongguk takut Taehyung pergi kalau-kalau dirinya terlalu memaksakan diri.

"Kan? Berarti bulan gak ada kontribusi apa pun?"

"Nggak gitu, Tata. Liat bulan yang sinarnya terang dan nggak sedih, itu udah cukup buat bintang. Bulan kasih bintang semangat, dan itu bikin si bintang jadi bisa terang juga kayak bulan."
️️ ️
️️ ️
️️ ️

️️ ️
️️ ️
️️ ️───────tbc.

[✓] Langit Merah Jambu • KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang