Kopi

2.2K 265 8
                                    

Sudah dua bulan Victor menstalk Alden dari lewat sosial media, mengintip dari kantor, atau menyuruh seseorang untuk memberikan invormasi tentang Alden namun hasilnya masih sama dimana mereka hanya bertemu di bar setiap minggu itupun hanya Victor yang tahu nama Alden, jika di tanya apakah Alden tahu bahwa itu Victor jawabannya adalah tidak.

Victor kini memutar otaknya memikirkan cara bagaimana agar iya dapat mendekati Alden. Jujur saja ini pertama kalinya Victor mencoba mendekati seseorang. Sampai akhirnya ia memiliki ide yang sedikit konyol.

Victor mengambil telepon kantor dan menghubungi ruangan milik Ray.

"Halo napa tot"

"Gua tor anjir bukan tot"

"Aduh maap iya kenapa tor?"

"Lu sedevisi kan sama Alden" tanya Victor

"Iya Nape lu oh lu mau pdkt kan sama Alden"

"Apaan sih lu gua mau minta tolong aja suruh Alden buatin kopi buat gua"

"Aduh pak bos pdktnya lucu juga"

"Banyak bacot lu udah cepet sono atau gua potong gaji lu"

"Iye iye sabar elah"

Tut tut

"Yah si bangke di tutup lagi telponya, dasar bucin" jengkel Ray karena dengan seenak jidatnya Victor mengakhiri panggilan teleponnya.

Ray celingak-celinguk pas kebetulan sekali Alden lewat di ruangan Ray.

"Eh Den" panggil Ray

"Eh Pak Ray ada apa?"

"Elah pake embel-embel pak orang sepi kok kek biasa aja"

"Oh Ok btw kenapa Ray manggil gue?"

"Jadi gini Den gua masih banyak urusan tapi tuh pak CEO pengen kopi di suruh tadi gua, lu liatkan bayak banget dokumen di meja gua, lu gantikan gua bikini kopi ya" bohong Ray

'Maaf Den demi keselamatan gaji gua, gua jadi bohong sama lu' ujar Ray dalam hati.

"Oh ya udah lu selesai in dulu kebetulan gua lagi kosong kok"

"Thanks Den lu penyelamat, gua duluan ye"

"Hmm sono beresin tugas lu"

Alden melangkah memasuki dapur khusus karyawan yang memang dipersiapkan untuk kebutuhan seperti kopi atau teh dan berbagai macam camilan.

Dengan telaten Alden memasukkan bubuk kopi kedalam mesin yang nanti akan menjadi exspreso. Walau biasanya Alden membuat minuman di bar namun sekarang Alden seolah-olah menjadi barista yang handal. Alden menyicip sedikit rasa kopi yang ia buat, tidak terlalu manis ataupun pahit karena ia tidak tahu selera dari CEO nya itu.

Tok tok tok

Suara ketukan terdengar membuat Victor gelagaban sendiri. Victor membenahi jas yang ia kenakan dan mencoba sebisa mungkin utuk bersikap biasa saja.

"Masuk"

"Permisi pak ini kopi bapak" Ucap Alden memasuki ruangan Victor.

"Eh tuan?" kaget Alden. Alden tentu saja terkejut dengan kehadiran pelanggan yang setiap minggu

"Alden kenapa diam di situ sini kopinya saya mau minum"

"Ah iya baik lah pak" Alden melangkahkan kakinya mendekati Victor.

Victor milihat kopi buatan Alden yang terletak di meja. Ia mengambil kopi itu dan minum sedikit demi sedikit, rasanya pas sekali dengan mulut Victor namun masih sedikit manis baginya.

"Rasanya enak sekali Alden seperti biasa, namun alangkah baiknya jika sedikit lebih pahit lagi"

"Ah baiklah Pak- Alden melihat ke pojok meja tertulis nama Victor Agustino.

"Ah baiklah Pak Agustino" ucap Alden

"Panggil saja saya Victor"

"Baiklah Pak Victor saya duluan" ucap sopan Alden lalu keluar dari ruangan Victor.

Setelah pintu tertutup Victor berdiri lalu meloncat-loncat kegirangan. Rasa bahagia yang sangat amat besar tak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Excuse me Mr. Victor? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang