Raysa membuka pintu ruang rawat yang baru hari ini dia bisa membukanya, kesempatannya untuk menemui kakaknya itu akhirnya tiba juga.
Rasya dinyatakan boleh dijenguk dan ditunggui setelah 3 minggu dirawat. Semuanya yang sudah menunggu pun diperbolehkan untuk masuk kesana, dengan catatan, tidak boleh terlalu berisik dan tidak beramai-ramai.
"halo mas Aca... akhirnya..." kata Raysa yang kini tersenyum senang, namun matanya berkaca-kaca. Air mata itu terbendung begitu saja disana, belum mau turun karena belum terlalu banyak.
Frans langsung masuk memburu ke arah Rasya, dia sangat ingin menemui anaknya sejak lama.
"Rasya... sayang? denger suara papa nak? Bangun nak, buka mata kamu nak... buka..."
Air mata Raysa meluncur karena saat mendengarkan perkataan papanya air matanya bertambah banyak sampai tidak bisa tertampung lagi. Raysa senang sekaligus sedih. Papanya terlihat begitu tulus mengucapkan itu. papanya tidak pernah sekalipun mengeluarkan air mata saat menatap Rasya, namun kini air mata itu jatuh.
Frans sangat sakit hati melihat anaknya yang terbaring lemah dengan semua luka di tubuhnya itu. wajahnya begitu pucat dengan lebam yang ada di sana-sini. Bahkan mungkin tanpa disadari, tubuh itu sedikit mengurus, tidak seperti biasanya, ya walaupun dirinya tidak tahu pasti apakah dugaannya benar atau tidak.
"nak... bangun... papa gamau liat kamu kayak gini... bangun nak..." kata Frans yang kini menciumi punggung tangan kanan anaknya yang terlihat mengurus dan dingin.
"papa...." Kata Raysa yang langsung mendekati papanya untuk menghentikan kegiatan papanya yang mengguncangkan tubuh Rasya dan juga menciumi wajah anaknya itu.
Raysa memeluk papanya yang menangis histeris. Frans benar-benar tidak tega dengan kondisi anak laki-lakinya begitu kesakitan. Hari ini, sekarang, semua kesalahannya dia akui, semua kekhilafannya dia buka dan rasa bersalah kini menjalar ke seluruh tubuhnya.
"maafin papa Rasya... maafin papa... papa gapernah bikin kamu bahagia sejak awal... papa bikin kamu kesakitan terus... papa ini papa yang jahat..."
Diakui oleh Frans sendiri, menyadari dan mengakui kesalahannya itu sangatlah terlambat. Dirinya begitu kejam pada anak laki-lakinya itu. Dari lahir hingga sekarang, apakah baru sekarang dia sadar? Memang iya, ia adalah orang yang tidak punya hati selama ini.
Seringkali dia tersadar, bahkan mengakui kesalahan apa yang ia perbuat lagi pada anaknya itu agar anaknya menderita. Namun matanya memang sudah tertutupi rasa marah atas kematian istrinya dan obsesi pada fisik sempurna sejak awal. Rasya bukanlah anak yang ia inginkan. Namun sekarang, dia sadar, bagaimanapun, Rasya adalah anaknya, anugerah dari tuhan bagi dirinya dan Renata sebagai keluarga.
Dia harus berterima kasih pada orang-orang di sekitarnya yang terus mengingatkannya, walaupun dirinya terlalu abai dan acuh pada masalah bencinya pada Rasya yang menurutnya kecil dan tak usah difikirkan. Namun nyatanya masalah ini serius bagi Rasya dan juga dirinya kini yang sangat hancur.
Katakanlah Frans akan berterima kasih pada Hans yang telah menamparnya keras dengan disuguhkan kejadian hari itu, mungkin iya. Namun rasanya tidak bisa ia bilang dia berterima kasih karena dia disadarkan dengan keadaan putranya yang dibuat kesakitan sampai sangat mengenaskan seperti ini.
"nak... bangun ya... papa mau perbaiki kesalahan papa, papa minta maaf sama kamu... kamu yang jadi korban dari semua yang kesalahan yang papa lakuin... papa mohon Rasya..."
Baik Raysa, maupun Frans tidak menyadari bahwa jari telunjuk Rasya bergerak perlahan. Rasya bisa merespon perkataan Frans walaupun matanya belum terbuka. Bahkan kini, Rasya mengalirkan setetes liquid bening di mata kirinya. Harusnya Rasya mengiyakan hal itu kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/301862814-288-k476303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
|1| My Precious Brother • Sunghoon Park
Novela Juvenil• Start : 18 Maret 2022 • End : 12 Juni 2022 Semua tentang Rasya, anak laki-laki yang selalu di cap 'cacat' oleh semua orang, bahkan papanya sendiri. Semesta tidak pernah baik padanya, siapa lagi yang harus ia jadikan sandarannya? "Lo sosok kakak ya...