"papa, papa tau mas Dika kemana gak sih?"
Pertanyaan anaknya membuat Frans yang sedari tadi fokus dengan bubur di tangannya itu menoleh dengan tatapan datar pada anaknya. Namun tatapan itu akan terlalu meperlihatkan ada yang aneh dari dirinya, dia segera mengubah tatapannya menjadi tatapan yang bersahabat.
"hah? papa? Mana tau lah... coba tanyain ke mas mbak mu aja..." jawab Frans yang kini menyendokkan bubur dan mengarahkan sendoknya pada anaknya.
"Dewa kangen sama mas Dika..." cicit Sadewa yang kini membentuk bulan sabit di bibirnya.
"nanti mbak samperin ke rumah nya deh..."
Sadewa merubah tatapan sedihnya saat Raysa masuk dengan nampan berisikan buah potong yang sedari tadi Sadewa inginkan. Ya, Sadewa sedang ingin mangga. Dan sekitar 1 jam lalu, Raysa dan Azka yang pergi ke pasar membeli mangga yang diinginkan adiknya itu.
"yes, mangganya dewa udah dateng..." kata Sadewa yang menampilkan wajahnya yang begitu tertarik dengan mangga potong itu.
"et, buburnya abisin dulu, hm? Suapan terakhir sebelum papa berangkat kerja?" kata Frans yang begitu lembut pada Sadewa. Anak angkatnya itu hanya mengangguk dengan senyuman manisnya, menerima dengan baik sendokan terakhir bubur pagi itu.
Hati Raysa menghangat. Papanya begitu lembut hari ini. Sadewa juga begitu senang jika diurus oleh Frans. Hatinya sedikit terluka jika tiba-tiba teringat pada Rasya yang selama hidupnya belum pernah diperlakukan seperti itu. Rasya mungkin melihatnya disana dengan tatapan iri, namun Raysa berharap jika Rasya tidak begitu.
"ca..." kata Azka yang menggerakkan kepalanya, memberikan isyarat pada Raysa jika Raysa harus keluar dari sana dan berbincang dengannya di tempat lain.
Raysa langsung mengikuti kemana Azka mengajaknya. Mereka sepertinya harus berbincang berdua seperti yang mereka rencanakan.
"kita harus tracking papa... papa kemana selama ini kalo gak ke kantor?"
Sejak beberapa hari terakhir ini, Frans sedang dalam pengawasan Azka dan Raysa. Beberapa hari lalu, Frans memang agak mencurigakan. Azka yang mendatanginya ke kantor untuk mengantarkan makan siang menemukan bahwa ruang kerja papanya itu kosong. Namun itu bukan hanya hari itu saja, kemarin bahkan Andrea menanyakan pada Raysa kemana papanya pergi, padahal papanya pamit untuk bekerja.
"lo udah ngobrol sama siapa buat ikut nyelidikin ini?" tanya Raysa yang begitu serius pada masalah ini. dia takut jika papanya itu melakukan hal yang tidak-tidak selama berbohong pergi ke kantor.
Raysa takut jika papanya diam-diam merencanakan pembunuhan dirinya sendiri. Dilihat dari kesedihan Frans yang belum selesai dan pasti selalu menyesali perbuatannya di masa lalu pada anaknya itu. Raysa, bahkan semua orang tidak ingin jika kehilangan siapapun lagi.
Namun entah kenapa setelah terus-terusan mendengarkan Sadewa yang terus-terusan bertanya kemana Nandika selama ini, Raysa agak khawatir sesuatu. Entah berhubungan dengan papanya atau tidak, dia takut jika Nandika melakukan sesuatu.
"fikiran gue kacau, semalem gue dapet chat dari Nandika. Dia chat kalo dia mau pergi ke rumah sodaranya..." kata Raysa yang menampilkan room chat dirinya dengan Nandika pada Azka.
'maaf ya ca, gue pergi ke rumah sodara gue, lupa banget ngabarin lo pas gue berangkat kemarin-kemarin...'
"coba lo fikir, Nandika sampe lupa tuh gimana ya..." kata Raysa yang menatap Azka dengan mata yang penuh kekhawatiran.
"ya mungkin beneran lupa kali cha..." kata Azka yang menganggap ini masih wajar. Nandika juga manusia yang bisa lupa bukan?.
Azka yang masih memegang ponsel Raysa di tangannya itu iseng-iseng menggulirkan pesan terdahulu dari Nandika dan Raysa. Entah apa yang membuatnya tergugah untuk menggulirkkan pesan-pesan itu sambil membacanya dalam waktu yang lama sambil menyeruput susunya, namun itu membuat Azka sadar sesuatu.
![](https://img.wattpad.com/cover/301862814-288-k476303.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
|1| My Precious Brother • Sunghoon Park
Fiksi Remaja• Start : 18 Maret 2022 • End : 12 Juni 2022 Semua tentang Rasya, anak laki-laki yang selalu di cap 'cacat' oleh semua orang, bahkan papanya sendiri. Semesta tidak pernah baik padanya, siapa lagi yang harus ia jadikan sandarannya? "Lo sosok kakak ya...