#13

174 24 0
                                    

“akhirnya, ujian beres juga…” kata Azka yang merentangkan tangannya keatas.

“kek capek bener nih bocah, ya ampun…” kata Raysa yang melihat Azka dengan tatapan heran, mengapa Azka sebegitunya.

Berbeda dengan saudaranya yang lain, Rasya memilih diam dan larut dalam fikirannya. Ya, fikiran mengenai ujiannya tadi yang beberapa soalnya dia jawab dengan asal. Bukan karena dia tidak belajar semalam, ya karena dia ingin saja.

Ujian tengah semester genap telah mereka lewati, hanya tinggal setengah semester lagi mereka telah naik menjadi senior paling tinggi, ya, kelas 12. Wah, alangkah enaknya menjadi senior ya kan. Apalagi itu tergambar jelas di wajah Azka.

“asyik bener kita mau kelas 12…” kata Azka di kantin yang masih menghadapi mie rebusnya dengan senyuman manis yang menurut Raysa menggelikan.

“apaan anjir geli bener…” kata Raysa yang kini sudah menyumpit mie ayam yang dia pesan.

“eh dek, lo gak digangguin lagi kan di kelas?”

Pertanyaan dari Azka itu dtujukan pada ketiga siswa kelas 10 yang terlihat sangat polos dan menggemaskan. Ketiganya mengangguk dan hanya tersenyum.

“baik kok kak… aman!” jawab Aidan yang kini ada di depan Azka yang sedang tersenyum kepada adik manisnya itu.

Sebenarnya, Aidan memang bersekolah di sekolah ini dan seangkatan dengan Sadewa dan Nakandra, namun dia tidak sekelas dengan 2 anak yang duduk berdua itu dan selalu dirundung karena kekurangannya pada pendengaran, makanya Azka minta Aidan dipindahkan ke kelas Sadewa dan Nakandra saat mengenal keduanya.

Setelah Aidan pindah ke kelas Sadewa dan Nakandra sebenarnya ia juga masih dirundung, dirundung berdua dengan Sadewa dan dibela oleh Nakandra, namun seiring berjalannya waktu, Azka mengetahui ini, dan berusaha untuk melaporkannya pada wali kelas adiknya dan juga kesiswaan.

Baik Chandra, Alexa dan juga Brian kini sudah tidak diperbolehkan untuk berurusan lagi dengan Nakandra, Sadewa, dan juga Aidan. Dan berakhirlah kenakalan anak remaja tersebut, walaupun mungkin tidak sepenuhnya berakhir.

“tenang kak, ada gue kan…” kata Nakandra dengan seringaian yang khasnya. Membuat Azka menjadi bangga pada anak satu ini.

“tenang, gue percaya kok sama lo…” kata Azka yang memberikan tangannya yang terkepal, berpura-pura menyerahkan sesuatu.

Mereka berbincang di waktu istirahat makan siang mereka, menghabiskan waktu sebelum kembali menghadapi pelajaran yang bertambah sulit.

Byur!

“ah…”

Mata mereka yang ada di meja tersebut membulat saat fokus mereka berpindah pada Rasya yang telah basah kuyup, yang telah sengaja disiram seseorang dengan cairan berwarna putih, susu.

“lagi?” tanya Azka sambil berdiri dari duduknya.

Si penyiram, Nandika, hanya tersenyum dengan sarkas. Dia terlihat puas dengan apa yang dia lakukan.

Kenapa Azka bertanya lagi? karena Nandika selalu saja menjahili Rasya, dimanapun Rasya berada di sudut sekolah, dan dengan cara apapun. Namun memang sepertinya Nandika ingin memancing kemarahan Azka dan Raysa. Dilihat setiap ulahnya, pasti dia menjalankan aksinya di depan Azka dan Raysa.

|1| My Precious Brother  •  Sunghoon ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang