Janlup baca sampe bawah, terima cash😠❤
----
“Hah… list ini harus gue ceritain ke siapa ya…”
Azka berkutat dengan buku catatan di tangannya. Melihat list-list yang dibuatnya atas perkataan Rasya yang selalu berisikan permohonan pada saat berbincang dengannya.
“gue sampe bikin list karena nganggep semua ini seserius itu sya… tapi tolong lo bangun ya…”
Hampir saja dia meremas buku kecil itu dengan tangan kanannya. Dia frustasi jika mengingat semua pembicaraannya dengan Rasya yang selalu membahas hal negatif yang semua orang pasti tidak ingin membahasnya, apalagi jika berkaitan dengan diri sendiri.
“gue bilang kayak gini tuh takutnya gue punya banyak keinginan setelah gue gaada, tapi nyatanya gak terjadi… gue gamau ngelewatin 1 janji atau hal yang gue pengen pas gue udah gaada ntar…”
Jika difikir-fikir, alasan yang disampaikan Rasya itu masuk akal. Tapi, membahas kematian lebih dulu seperti mendekatkan diri pada kematiannya sendiri. Dan benar, ini terjadi. Rasya kini berada di ambang kematian. Rasya enggan bangun, dan juga seperti tidak ingin pergi.
Azka meninjau lagi tulisannya. Mulai dari perkara Azka yang harus belajar membuat selai caramel hingga memberitahu keputusan Rasya yang akan mendonorkan jantungnya, dirasa tidak ada yang terlewat ditulis olehnya. Dirinya tidak pernah membagi perkataan Rasya yang ia catat ini kepada orang lain. Siapa yang harus ia beritahu terlebih dahulu?
“azka, mau balik ke rumah sakit gak?”
Pertanyaan itu membuat Azka menoleh. Frans berpakaian setelan rapi untuk ke kantor. Papanya akan bekerja?
“papa lupa ya semalem aku yang jaga di RS? Papa mau kerja?” kata Azka yang bangkit dari duduknya.
“ah pantes, papa menemukan anak papa yang masih kucel… papa mampir bentar ke rumah sakit buat cium kening Rasya… mandi sana, kamu kusut banget…” kata Frans dengan senyumannya yang kecil di wajahnya.
Mendengar itu hati Azka menghangat, Frans memang beberapa hari ini sering mengunjungi ruangan rasya hanya untuk sekedar bertemu, lalu mencium kening Rasya atau bahkan bercerita sepihak pada anak laki-lakinya yang koma itu. Frans banyak berubah setelah komanya Rasya. bahkan Azka mengira bahwa papanya adalah orang yang berbeda.
“gimana mau mandi, kefikiran hal ini…” kata Azka menunjukkan tulisan itu pada Frans sekilas.
“apa itu? daftar pertanyaan wawancara?” tanya Frans yang masih belum membaca jelas karena Azka memperlihatkannya hanya sebentar saja.
Azka menatap papanya itu dengan mata lelahnya. Setelah difikirkan singkat, Frans adalah orang yang tepat untuk temannya berbagi semua hal mengenai Rasya. apalagi Frans kini benar-benar berusaha untuk mengenal anak laki-laki itu lebih jauh.
“papa, bisa ngobrol sama aku mengenai ini? ini mengenai Rasya pa…” kata Azka yang kembali menunjukkan buku catatan kecil itu.
---
Frans duduk berdiam sambil menggenggam tangan Rasya yang terasa ringan, tangan itu makin hari semakin mengurus saja. Maklum, tidak ada yang masuk ke perutnya, hanya ada infus saja.Dia jadi mengingat masa lalu, dimana dirinya mengurung Rasya berhari-hari di kamar mandi tanpa makanan. Mata Frans memburam, membayangkan bagaimana putranya itu sangat kelaparan dan hanya meminum air mentah dari keran air. Bahkan setelah itu anaknya jatuh sakit berhari-hari dan berat tubuhnya berkurang banyak. Itu pasti sangat menyiksa putranya.
Padahal alasannya sangat sederhana, Rasya tidak boleh main dengan Raysa yang harus belajar untuk lombanya.
“papa… buka pintunya pa… dingin pa…”
KAMU SEDANG MEMBACA
|1| My Precious Brother • Sunghoon Park
Teen Fiction• Start : 18 Maret 2022 • End : 12 Juni 2022 Semua tentang Rasya, anak laki-laki yang selalu di cap 'cacat' oleh semua orang, bahkan papanya sendiri. Semesta tidak pernah baik padanya, siapa lagi yang harus ia jadikan sandarannya? "Lo sosok kakak ya...