Prolog

2.5K 171 17
                                    

Varo tidak pernah percaya bahwa cinta itu ada di dunia ini, baginya segala hal yang ia lihat saat ini seperti layar TV usang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Varo tidak pernah percaya bahwa cinta itu ada di dunia ini, baginya segala hal yang ia lihat saat ini seperti layar TV usang. Hitam dan putih, tak ada warna indah selain rokok di jemarinya.

Ya. Kecuali, satu cewek ini. Hanya Jeane Tanata lah yang berwarna di hidupnya . Dengan santainya ia tersenyum, mematikan rokok di jemarinya. Mengamati dengan seksama dari meja tempat duduknya dan mulai menghitung.

Satu.

Dua.

Tiga.

"Kita putus!"

Si cewek terbelalak kaget dan matanya dengan segera melirik jam tangannya. Baru Lima jam mereka pacaran loh. Kok ni cowok nggak bersyukur sama sekali? Dapat cewek secakep dirinya.

"Maksud lo apa?" nada bicara Jean mulai meninggi.

"Kita putus!" ucap cowok itu dengan nada datar.

Jeane tidak terima, direndahkan seperti ini. Dia menyirami cowok di depannya dengan jus strawberry miliknya.

"Lo tarik lagi ucapan lo! Atau gue bikin malu besok di sekolah!" ancam Jean sembari bersiap ingin memukulkan gelas kaca itu ke kepala pria yang barusan menjadi mantan pacarnya.

Mendengar gertakan cewek di depannya, nyali si cowok menjadi ciut. Pria itu mendadak berdiri, tampak bersiap ingin kabur kebelet pipis.

"Varo! Tanggkep tuh, si prikitiw!" sahut Jeane mengerang marah, suaranya di kafe itu menggema dan tampaknya semua atensi pengunjung kafe berpusat padanya.

Varo yang dari tadi duduk di belakang meja Jean hanya menyeringai menang, lalu dengan langkah santai ia berjalan menuju cowok itu. Tangan kanannya menarik kerah baju pria di depan Jean. Dia menendang cowok itu, lalu dengan mudahnya terduduk dalam posisi menunduk di bawah kaki Jean.

"Gua mau Lo minta maaf, bilang ke gue sayang maafin aku. Aku nggak mau putus." sahut Jean sembari menyeringai, "lo juga Var, jangan lupa rekam."

Varo yang dari tadi hanya diam kini berjalan dan matanya bersibobrok dengan Kevin. Cowok yang baru jadian lima jam lalu ama Jean. Ia mengeluarkan ponsel berlogo apel keluaran terbaru miliknya.

Kevin menatap Varo seperti melihat hantu, wajah ketakutannya cukup kontras namun Jean tidak curiga.

"Je-jeane sayang, maafin aku, aku nggak mau putus."

Sekarang gantian Jean yang tersenyum iblis. Gadis cantik itu mengelus pipi pria di bawahnya pelan dan berjongkok menyamakan tingginya.  Lalu mendekatkan telinganya di telinga pria itu.

"KITA PUTUS!" teriakJeane sekencang-kencangnya, tak lupa meludahi wajah Kevin hingga semua orang di kafe itu ingin mengabadikan kejadian menarik di kafe itu.

Jeane tampaknya tidak peduli dengan cacian mereka nantinya.  Meskipun ia adalah tokoh publik, ia tetap dicintai para fansnya. Toh ini negara +62, ia malah semakin terkenal karena skandal. Bukankah itu hal yang gila dan menarik?

"Kuy, cabut!" Jeanne menarik  lengan Varo dengan keras, sang empunya hanya berjalan dengan wajah lempeng mengikuti sang pemandu di depannya.

Jeane berjalan menghentakkan kakinya, wajahnya cemberut dengan air mata yang berkaca-kaca. Kulit mukanya sudah memerah dalam perjalanan keluar kafe. Bibirnya mengerucut ke dalam.

"Bisa-bisanya gue diputusin lagi, apa kurangnya gue coba?" Jeanne berjalan sembari mengapitkan lengannya ke lengan Varo, sang empunya hanya tersenyum miring dalam sekejap. Lalu memeluk pinggang Jean.

"Lo memang nggak kurang apapun kecuali satu hal." Varo dengan santainya mengelap air mata Jean dengan sapu tangan yang selalu ia sediakan hanya untuk gadis itu.

"Apa?" kedua alis Jean menyatu menatap Varo penasaran.

Varo tersenyum tipis dalam hati ia berkata. "Lo kurang mencintai gue."

"Kurang waras!" jawab Varo dengan lantang, sembari berlari sekencang-kencangnya.

Saat itu juga, Jean semakin geram memukul kepala Varo dengan tinjuannya. Namun pria itu tampaknya sudah berlari jauh meninggalkan Jean seorang diri di trotoar.

"Sialan lo! Varo bangsat!" Jeanne berteriak sembari mengejar Varo yang sudah lebih dulu meninggalkannya.

Inilah yang bisa Varo lakukan, agar Jean tak bisa menjadi milik siapapun. Jika ia tak bisa memiliki Jean, maka Varo pastikan tak akan ada seorangpun yang bisa memiliki Jean. Walaupun dengan cara membuat gadis itu menangis dan kesal.

😆😆😆😆😆

Cerita ini aku ikutkan lomba di penerbit GloriousPublisher9

Gimana menurutmu prolognya?

Daku test ombak dulu yaw!

Kalau laris manis kulanjut.

Cerita ini aku ikutkan lomba ya gaes, mohon diramaikan komentarnya.

Cerita ini harus tamat sebelum bulan Juli.

BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang