2. Sahabat Ganteng.

636 85 4
                                    

Sepulang sekolah, Jean tak langsung pulang ke rumah. Gadis itu kini menaiki mobil yang dikirimkan agensinya. Rutinitas keartisannya membuat ia terbiasa dengan jadwal yang padat dan melelahkan.

"Nona Jean, Anda tidak lupa kan? Kalau hari ini ada pemotretan?"

Manajer yang sejak tadi melirik-lirik kaca spion terus meneguk ludah dan sedikit menggeleng-geleng kecil. Ia cukup heran pada kelakuan aneh anak remaja jaman sekarang. Bermesraan seperti sepasang kekasih namun bukan pasangan.

Jean yang sedang mengelus rambut legam Varo di atas pahanya kini menatap tajam pada menejernya. "Gue belum amnesia ya? Gue masih bisa baca jadwal yang lo kirim kemarin." Meski berbicara begitu tajam dan galak, tangannya tak berhenti mengusap kepala sahabatnya dengan begitu lembut.

"Untuk beberapa hari kedepan, gue bakal ngajak Varo ke tempat pemotretan dan jadwal gue lainnya. Tenang aja gue nggak bakal mangkir dari scedule."

"Baik Non, saya mengerti." Manajer Jean hanya bisa mengangguk cepat, lalu segera memindahkan pandangan ke depan. Takut sekali kalau nonanya berubah pikiran dan mengancam tak ingin syuting.

Kondisi mobil kembali hening, Jean tersenyum menatap Varo yang tengah tertidur nyaman di pahanya. Sahabatnya ini begitu tampan, tapi sayang sekali tak memiliki kekasih. Seandainya jika Varo bukan sahabatnya, ia bisa saja menjadikannya kekasihnya.

Ah tidak. Jean menggeleng kencang. Sesuatu yang masuk ke dalam pikirannya barusan adalah hal mustahil. Ia sudah berprinsip sejak kecil, kalau semua pria yang ia jadikan pacar, akan ia hancukan hatinya berkebing-keping. Seperti ibunya yang menderita karena pria.

"Non, kita sudah sampai."

Mata Jean mengerjap cepat setelah mendengar perkataan manajernya. Ia mencoba membangunkan Varo, dengan menepuk pelan bahunya. "Var, bangun! Sampai kapan lo tidur di paha gue? Bangun! Woi! Kebo!"

Manajer dan sopir Jean sudah keluar lebih dulu untuk mempersiapkan beberapa barang-barang Jean yang biasanya diperlukan saat pemotretan. Gadis itu masih tertinggal di mobil bersama sahabatnya.

Jean tahu, kalau sahabatnya itu paling pantang dipanggil dengan panggilan aneh. Jadi ia terus berteriak kencang di telinga sahabatnya, meski mereka hanya ada berdua di mobil. "KEBO BANGUN WOI! GUE MAU KERJA KEBO!"

"Akhh Jean, lo nggak perlu teriak-teriak pakai toa di kuping gue. Mau bikin gue budek dan jadi jomblo selamanya ya?"

Sebenarnya Varo sudah bangun sejak tadi, saat manajer Jean mengatakan sudah sampai. Hanya saja ia terlalu berekspektasi tinggi, ia ingin Jean membangunkannya dengan lembut dan mesra. Mana tahu gadis itu diam-diam menciumnya sebelum bangun. Seperti dirinya yang terbiasa mencuri ciuman gadis itu saat tidur.

"Ya gapapa kalau lo jomblo, cuma karena budek aja, lo bisa hidup selamanya sama gue. Jadi sahabat gue terus. Kemarin gue bisa ngerawat dua bocil di rumah gue sampai sehat," Ha, dua kucing Persianya yang lucu-lucu, ia beri nama Kaya dan Kumal. Jean tersenyum miring saat membayangkan Varo menjadi sesuatu.

"Kalau gue nambah peliharaan satu lagi kayak lo juga gapapa, deh. Lumayan bisa gue ajak ngepet biar dijadiin tuyul, memelihara lo bisa meningkatkan perekonomian."

Meski kepala Varo masih di atas paha Jean, ia bisa menoyor kening gadis itu dengan jari telunjuk kanannya. Ia sungguh gemas akan ucapan gila gadis ini. "Dasar ya lo! Pikiran lo emang sinting, masa gue yang seganteng ini mau dijadiin tuyul?" Lagi pula yang seharusnya ngepet itu kan babi, bukan tuyul.

Jean mengusap keningnya lembut, mengerutkan bibirnya. Kalau ia kembali membalas pria itu, yang ada ia hanya akan kembali mendapatkan serangan bertubi-tubi. "Ya udah, sekarang lo turun dari paha gue!"

BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang