7. Kelemahan Kevin

541 59 7
                                    

Setelah kejadian menyebalkan di kantin, Varo kehilangan selera makannya. Pria itu melenggang pergi begitu saja menuju kelas tanpa menghabiskan nasi gorengnya yang tinggal lima suap.

Jean bahkan tidak mengejarnya, gadis itu mengabaikannya dan malah memilih asyik bercerita dengan Kevin. Hal itu membuat mood Varo memburuk. Ia memencet sebuah nama di kontak dan mulai menelepon seseorang.

"Bina, cari tahu siapa itu Kevin dan cari segala keburukannya. Gunakan waktumu selama tiga jam, kupastikam akan memberikan kalian bonus yang banyak pada siapapun yang cepat menemukan data pria itu."

"Baik tuan muda." Suara dari balik telepon menandakan kalau mereka tampak senang akan mendapatkan bonus.

Varo menyeringai menang setelah menutup teleponnya dan berjalan sambil bersiul. Tak akan ada yang boleh mengambil Jeannya di hidup Varo. Ia akan menyingkirkan semua pria yang ingin dekat dengan gadisnya.

Sebenarnya Varo selalu dikelilingi oleh banyak bodyguard kemanapun ia pergi. Ada sekitar dua puluhan yang selalu mengikuti Varo kemanapun ia pergi, diantara orang-orang itu ada yang menyamar sebagai satpam, tukang kebun, pegawai kantin, guru, serta murid.

Bahkan mang Ujang yang merupakan pegawai kantin yang jago memasak itu pun adalah pegawai kakeknya. Ia tidak ingin menjadi pusat perhatian, karena Jean bisa saja tidak nyaman jalan bersamanya yang dikelilingi banyak bodyguard.

Sebagai satu-satunya keturunan Varendra yang tersisa. Kakeknya membuat perusahaan keamanan sendiri untuk melindungi cucunya. Bahaya banyak mengincar Varo, terutama karena pengalaman masa kecilnya yang buruk dan kerabat-kerabat pengincar harta kakeknya terus mengirimkan ancaman dan teror, jika pria tua itu tak mengganti nama ahli waris di surat wasiatnya.

Namun kakek Varo tetap tidak peduli. Ia hanya percaya pada cucunya yang jenius. Kenapa kakeknya percaya kalau Varo jenius, itu karena hal-hal rumit diajarkan ke varo saat masih balita selalu berhasil anak kecil itu pecahkan.

Misalnya kalkulus dengan kelipatan banyak, permasalahan fisika quantum dan saat diajarkan mengontrol saham dari tablet PC yang diberikan kakeknya. Hingga selalu mudah dalam mempelajari apapun dan menjadi juara satu. Varo yang seperti itu, apalagi kalau bukan jenius.

Kali ini ia akan membiarkan gadisnya bersenang-senang lebih dahulu. Nanti sore, setelah gadis itu berkencan dengan Kevin. Varo pasti akan mendapatkan air mata gadisnya atau mungkin saja pukulan. Biasanya Jean selalu melampiaskannya pada Varo, baik sedih, marah atau pun bahagia.

Sedangkan di kantin, Jean yang baru menyadari kalau Varo sudah tidak ada lagi di depannya langsung melemparkan tatapannya ke segala arah.

"Eh, bukannya Varo tadi ada di sini?"

"Oh, tadi ada Varo ya sayang?" Kevin juga melemparkan pandangan ke segala arah dengan ekspresi bingung. Sebenarnya ia tadi melihat Varo yang mengaku sahabat pacarnya ini. Tapi ia tidak peduli, toh yang seharusnya pergi adalah Varo bukan dirinya.

"Mataku hanya terfokus pada wajah cantikmu saja Jean, Sayang. Jadi tak mungkin mata ini bisa melirik hal lainnya selain dirimu." Kevin tersenyum manis seperti bocah laki-laki yang sedang jatuh cinta. Ia mengacak-acak pelan rambut hitam Jean.

Jean yang baru saja merasa digombali sontak memukul pelan bahu Kevin. Sembari tersenyum malu-malu. "Kamu bisa aja Kevin. Kalau kamu lirik cewek lain, awas aja ya." Jean mengeluarkan ekspresi cemberut dengan mengerucutkan bibirnya, hal itu membuatnya terlihat imut.  Dalam hati Jean ia berkata, "yang ada lo gue buang ke tong sampah."

"Hwah gemesnya," Kevin kini menoel-noel pipi Jean namun mendadak pria itu terdiam saat melihat Jean menepis jarinya.

"Jangan pegang pipiku, skincare aku mahal. Tangan kamu nggak steril Sayang." Jean mengatakannya sembari tersenyum, padahal dalam hati gadis ini mencemoohkan Kevin. "Dasar mainan yang nggak tahu sopan santun, lo nggak bakal sanggup beli skincare gue."

BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang