8. Mengancam Kevin

293 51 3
                                    

Varo sedang asik bermain games online di ponselnya, saat ini ia menyerang semua musuhnya dalam game. Hingga tembakan bertubi-tubi melayang dan hanya tinggal satu musuh saja untuk mengakhiri level ini dengan kemenangan telak. Namun sayangnya, remaja yang baru puber itu, mendadak dikejutkan oleh suara teriakan melengking Jean.

"Akhhh, Varo! Baju baru gue hilang!"

Varo baru mendengar teriakkan sahabatnya mendengus kesal, pria itu sontak menggertakkan gigi dengan gemas karena mendadak kalah di dalam game. Padahal ia sudah level Mythic, namun kalah begitu saja saat mendengar teriakkan gadis itu.

Sebenarnya sangat mudah untuk mengumpulkan poin dan bintang kembali, namun kali ini waktunya tidak tepat. Ia sedang mengikuti turnamen besar-besaran yang berhadiah jalan-jalan ke luar negeri untuk sepasang kekasih.

Jimmy dan Jaka menantang ketua gengnya apakah bisa Varo menang selama seminggu, dimulai dari level awal hingga level glourious mythic.

Jika ia menang, kesempatan ini bisa ia gunakan untuk pergi bersama Jean.
Kapan lagi ia berjuang dengan cara yang sulit untuk bisa menikmati momen romantis bersama Jean. Meskipun Varo kaya tapi ia tidak pernah berjuang untuk hal-hal seperti ini. Sensasi ini tak bisa ia deskripsikan, seberapa besar rasa senangnya mewujudkan ambisi kecil ini.

"Jean. Lo kenapa sih?" Varo bertanya sambil mengeraskan rahang, bersiap akan melontarkan beberapa umpatan. Sumpah kalau ia kalah sekali lagi, bisa malu Varo di depan Jimmy dan Jaka, sebab ini adalah pertandingan kelompok dan ia adalah ketuanya.

"Varo, Lo lihat baju gue nggak?" Jean mendadak terlihat panik dan gadis itu tak menyadari kalau Varo yang tadinya mengamuk mendadak tersenyum karena rencananya berhasil.

Padahal baju untuk berkencan dengan Kevin sudah gadis itu siapkan dari jauh-jauh hari, apalagi ia sudah meminta baju baru dari Hanul.

"Baju apaan? Di lemari lo, kan ada banyak baju." Nada bicara Varo terdengar datar, padahal pria itu dalam hatinya sedang tumbuh mekar beberapa bunga indah karena bahagia.

"Itu, baju yang waktu pemotretan dikasih Hanul. Kemarin masih ada di lemari gue. Kenapa hari ini mendadak hilang?"

"Lo lupa naronya di mana kali," ucap Varo dengan suara khas cueknya.

Varo memang sengaja menyembunyikan pakaian gadisnya, karena mungkin saja Jean membatalkan kencannya dengan pria itu. Sungguh, walaupun nanti akhirnya Jean akan menangis saat berkencan nanti dengan Kevin. Namun, ia tidak rela melihat gadisnya hari ini akan kencan dengan pria lain.

"Kalau nggak ada bajunya ya udah, nggak usah pergi aja. Mending lo tidur cantik hari ini, syukur-syukur hari ini nggak ada jadwal syuting atau pemotretan. Manfaatin hari libur lo buat istirahat Je."

Jean sontak saja membulatkan matanya, kulit putih gadis itu memerah karena menahan marah. Ia bersiap memukul kepala Varo dengan sendal hills miliknya. Untungnya reflek tubuh Varo cepat hingga berhasil mengindari lemparan sepatu gadis itu.

"Enak aja! Mana mau gue diam di rumah seharian, lagi pula gue udah janji sama Kevin. Janji itu harus ditepati Var!"

"Lo lempar- lempar gue, entar lo yang gue lempar ke ranjang gue!" ancam Varo dengan seringaian liciknya. Sebenarnya ia akan melakukan ini kalau Jean menginginkannya, kalau gadis itu tidak ingin tidak masalah.

"Berani lo lempar gue kayak gitu! Lo juga gue lemparin banci kaleng." Jean mengancam Varo sembari menggorok lehernya dengan jari telunjuk.

"Terserah lo deh, gue mau lanjut nge-game lagi. Kalau lo mau pergi, jangan lupa ngajak gue!" Varo berpura-pura cuek, ia sungguh tidak Sudi melihat Jean bersama pria lain, apalagi dengan pakaian baru. Jadi ia sengaja menyembunyikan pakaian baru itu.

BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang