4. Kecupan.

979 104 9
                                    

Jean tersenyum lebar, setelah menerima telepon ia tertawa terbahak-bahak. "Wah nambah lagi satu cowok yang mau gue kadalin."

Mendengar kata kadalin dari mulut Jean ternyata ampuh menurunkan kadar kemarahan dalam dada Varo. Setidaknya ia bisa tenang karena Jean tak punya perasaan apa-apa pada salah satu dari mereka.

"Siapa Kevin?" Varo berbisik di telinga Jean sambil tangannya memeluk perut gadisnya posesif.

Jean tidak terlalu peduli dengan perutnya yang dipeluk erat sahabatnya. Lagi pula mereka sudah terbiasa. Hanya saja, kali ini beda tempat. Mereka melakukannya di tempat umum. Semua mata menatap lurus pada dua sejoli yang bukan pasangan itu.

"Cyeh, serasi banget ya kalian? Maklum deh pasangan baru." Hanul mendekat pada dua sejoli itu sambil tersenyum manis.

"Uhuk-uhuk," Manajer Jean terbatuk-batuk dan memukul-mukul dadanya. Tenggorokannya seketika gatal. Ia ingin mengatakannya pada Hanul kalau mereka bukan pacaran tapi hanya sahabat. Namun ia tak punya hak untuk mengatakannya.

"Terima kasih atas pujiannya."

Itu bukan Jean yang menjawab tapi Varo, pria ini sudah memutuskan untuk menjadikan Hanul sebagai pionnya. Bukan musuhnya. Karena jelas tidak teridentifikasi sebagai pria normal yang akan menyalip Jean darinya. Sudah pasti Hanul hanya menyukai pria tampan seperti Varo.

"Lo akhirnya ngomong sama gue, bilang makasih lagi. Sama - sama ganteng." Hanul melemparkan wink genitnya dan tersenyum malu-malu.

Varo tak menjawab lagi dan ia kini terlalu malas berbicara lama dengan orang asing. Ia hanya terbiasa berbicara banyak dengan  Jean. Jadi pria itu kembali menyibukkan diri dengan menarik Jean ke belakang, agar punggung gadis itu semakin bersandar pada dadanya. Dan melepaskan pelukannya, kini tangan pria itu aktif mengepang satu rambut gadisnya dengan dari belakang.

Sedangkan Jean yang tak terlalu peduli, malah sibuk dengan Hanul yang diam-diam menatap mereka dengan tatapan iri. Pria itu iri karena ingin juga dipangku dan dipeluk oleh orang tampan seperti Varo. Apalagi sekarang sepertinya Varo dengan telaten mengepang rambut Jean. Uh iri sekali, kapan ia bisa diperlakukan seperti itu oleh pria tampan.

"Nul, gue boleh minjam salah satu koleksi lo nggak?" Jean bertanya dengan suara yang sengaja diimut-imutkan, berharap desainer paling terkenal se+62 itu berbaik hati.

"Wah lo mau makai mereka? Dengan senang hati myangel. Biar gue pilihin buat lo, tapi Jean gue nggak rela minjamin."

Wajah Hanul tampak datar diawal lalu tiba-tiba berekspresi cerah membuat Varo menatap tajam Hanul. "karena lo nggak perlu balikin ini, gue kasih gratis deh. Tapi lo harus endors di insta ya, cantik?"

Hanul mengedipkan matanya dan senyuman genitnya membuat Jean tertawa. Sebagai orang pertama yang mencintai Jean setelah ibunya, jelas Varo sangat marah melihat Jean ditolak. Namun untungnya Hanul mengucapkan Kalimat lain sebagai sambungan.

"Kalau soal endors itu udah pasti." Tiba-tiba saja wajah Jean menegang karena teringat hal yang membuatnya marah beberapa menit yang lalu.

"Bye the way, gue nggak mau lagi pasangan sama si Harry. Sumpah jijik banget. Masa dia kentut dekat gue? Nggak punya malu apa tu cowok?"

Hanul menghela nafas jengah, lalu mengangguk setuju. "Habis ini gue lebih selektif deh Jean. Baru tahu gue Harry orangnya kayak gitu. Sebagai permintaan maaf gue, nanti lo gue kasih dua outfit terbaru yang baru launching deh."

"Aduh, pengen banget gue meluk elo sekarang. Tapi Varo ngikat gue nih." Jean tersenyum manis dengan menempelkan dua jarinya di kening. Sedangkan Hanul hanya bisa menggelengkan kepalanya tiba-tiba. Dasar ABG labil, berpelukan di depan jomblo seperti Hanul, membuat iri saja.

BEST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang