"Kamu kok nggak ngabisin makanan kamu Vin? Makanannya nggak enak?"Kevin hanya diam tanpa kata, sembari menatap Jean datar. "Lo udah selesai makan?"
Jean sontak terbelalak kaget, "kok tiba-tiba jadi manggil lo, gue? Bukannya kita udah sepakat, saat pacaran manggil Sayang?" Ia menatap Kevin dengan kening berkerut bingung.
Kevin terkekeh sinis dengan tatapan remeh. "Ternyata lo segampang ini bapernya."
Entah apa maksud pria ini berkata demikian, kenapa cara bicara Kevin mendadak berubah menjadi sarkas? Bukankah Kevin adalah pria yang ramah sebelumnya?
"Kamu kenapa sih Vin? Kamu masih marah sama aku? Aku udah nyuruh Varo menjauh dari kita loh, jadi kita bisa berduaan sekarang."
Jean semakin sulit membaca raut Kevin yang terlihat menunduk, pria itu menahan lututnya dengan tangan mengepal. Seperti menahan emosi, hal ini membuat gadis itu merasakan firasat buruk. Apakah pacar baru Jean kali ini sedang mengalami gejala PMS?
Sedangkan Varo kini sedang asik menikmati rokok Vape di tangannya, sesekali bibirnya menyeringai menang setelah mengeluarkan asap dari hidung dan mulutnya secara bergantian.
Kali ini ia akan mengalah membiarkan dua sejoli yang akan putus, duduk berdua di meja yang sama tanpa dirinya. Varo sengaja memilih meja di belakang mereka, tidak terlalu jauh tapi masih bisa mendengarkan suara percakapan mereka.
Setiap asap rokok yang keluar dari hidungnya, Varo hitung sembari mengangkat jarinya ke arah Kevin dan kebetulan Jean sedang membelakanginya. Namun pria gigolo itu menatap Varo dengan cemas sehingga ia yakin setelah hitungan berakhir pria itu akan mengatakannya.
'Satu.'
'Dua.'
'Tiga.'
"Kita putus!"
Jean terbelalak kaget dan melirik jam tangannya dengan cermat. Baru Lima jam mereka pacaran loh. Kok ni cowok nggak bersyukur sama sekali? Dapat cewek secakep dirinya.
"Maksud lo apa?" nada bicara Jean mulai meninggi dan bahkan gadis itu merubah logat bahasanya menjadi Lo gue.
"Kita putus!" ucap cowok itu dengan nada datar.
Jeane tidak terima, direndahkan seperti ini. Dia menyirami cowok di depannya dengan jus strawberry miliknya.
"Lo tarik lagi ucapan lo! Atau gue bikin malu besok di sekolah!" ancam Jean sembari bersiap ingin memukulkan gelas kaca itu ke kepala pria yang barusan menjadi mantan pacarnya.
Sungguh Jean sudah tak peduli dengan reputasinya, siapa suruh pria ini memancing sisi tempramen dan bar-bar yang berusaha ia tutupi selama ini?
Mendengar gertakan cewek di depannya, nyali si cowok menjadi ciut. Pria itu mendadak berdiri, tampak bersiap ingin kabur kebelet pipis.
"Varo! Tanggkep tuh, si prikitiw!" sahut Jeane mengerang, suaranya di kafe itu menggema dan tampaknya semua atensi pengunjung kafe berpusat padanya.
Varo yang dari tadi duduk di belakang meja Jean menyeringai, lalu dengan langkah santai ia berjalan menuju cowok itu. Tangan kanannya menarik kerah baju pria di depan Jean. Dia menendang cowok itu, lalu terduduk dalam posisi berlutut di bawah kaki Jean.
"Gua mau lo minta maaf, bilang ke gue sayang maafin aku. Aku nggak mau putus." sahut Jean sembari menyeringai, "lo juga Var, jangan lupa rekam."
Varo yang dari tadi hanya diam kini berjalan dan matanya bersibobrok dengan Kevin menatap tajam pria itu untuk berpura-pura menuruti keinginan Jean.
Varo mengeluarkan ponsel berlogo apel keluaran terbaru miliknya, lalu memotret Kevin dan mengaktifkan perekam video. Kevin menatap Varo seperti melihat hantu, wajah ketakutannya cukup kontras namun Jean tidak curiga.
"Je-jeane sayang, maafin aku, aku nggak mau putus."
Sekarang gantian Jean yang tersenyum iblis. Gadis cantik itu mengelus pipi pria di bawahnya pelan dan berjongkok menyamakan tingginya. Lalu mendekatkan telinganya di telinga pria itu.
"KITA PUTUS!" teriakJeane sekencang-kencangnya, tak lupa meludahi wajah Kevin hingga semua orang di kafe itu juga ikut mengabadikan kejadian menarik di kafe itu.
Jeane tampaknya tidak peduli dengan cacian mereka nantinya. Meskipun ia adalah tokoh publik, ia tetap dicintai para fansnya. Toh ini negara +62 wakanda, ia malah semakin terkenal karena skandal. Bukankah itu hal yang menarik?
"Kuy, cabut!" Jeanne menarik lengan Varo dengan keras, sang empunya hanya berjalan dengan wajah lempeng mengikuti sang pemandu di depannya.
Jeane berjalan menghentakkan kakinya, wajahnya cemberut dengan air mata yang berkaca-kaca. Kulit mukanya sudah memerah dalam perjalanan keluar kafe. Bibirnya mengerucut ke dalam.
Jeanne berjalan sembari mengapitkan lengannya ke lengan Varo, sang empunya hanya tersenyum miring dalam sekejap. Lalu memeluk pinggang Jean.
Ini bukan pertama kalinya Jean mengalami putus cinta, saat masih SD ada cowok tampan yang dekat dengannya wajahnya seperti idol Korea yang tampan namun entah kenapa pria itu menghilang setelah mereka berpacaran selama satu Minggu. Kalau Jean tidak salah ingat namanya Minone.
Lalu pacar kedua Jean saat SMP namanya Ken Scorpio. Ganteng, baik selalu juara satu tapi pria itu malah minta putus duluan setelah dua minggu mereka pacaran. Ken beralasan kalau nilainya jadi menurun karena berpacaran dengan Jean. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, pria itu sebenarnya hanya dikalahkan oleh Varo yang saat itu mendadak rajin belajar karena lagi gabut bermain.
Lalu hari-hari berikutnya malah tidak terlepas dari dijadikan taruhan, dibaperin, dikerjai, digosting dan yang terparah diputusin hanya kurang dari 24 jam.
Wah padahal Jean sudah bosan menjomblo seumur hidup, ia juga ingin punya pacar. Jadi karena hal ini ia sering mengobral murah dirinya untuk dipacari. Hanya untuk bersenang-senang saja, bukan dibikin galau seperti ini.
"Bisa-bisanya gue diputusin lagi, apa kurangnya gue coba?"
"Lo memang nggak kurang apapun kecuali satu hal." Varo dengan santainya mengelap air mata Jean dengan sapu tangan yang selalu ia sediakan hanya untuk gadis itu.
"Apa?" kedua alis Jean menyatu menatap Varo penasaran.
Varo tersenyum tipis, dalam pikirannya ia berkata. "Lo kurang mencintai gue."
"Kurang waras!" jawab Varo dengan lantang, sembari berlari sekencang-kencangnya.
Saat itu juga, Jean semakin geram memukul kepala Varo dengan tinjuannya. Namun pria itu tampaknya sudah berlari jauh meninggalkan Jean seorang diri di trotoar.
"Sialan lo! Varo bangsat!" Jeanne berteriak sembari mengejar Varo yang sudah lebih dulu meninggalkannya.
Inilah yang bisa Varo lakukan, agar Jean tak bisa menjadi milik siapapun. Jika ia tak bisa memiliki Jean, maka Varo pastikan tak akan ada seorangpun yang bisa memiliki Jean. Walaupun dengan cara membuat gadis itu menangis dan kesal.
Seandainya Jean mengetahui rahasia Varo, ia sungguh tidak tahu cara menangani kemarahan sahabatnya yang paling ia cintai ini. Jika Jean tahu seberapa piciknya Varo, pasti ia akan dibenci oleh Jean. Makanya ia akan mengusahakan rahasia ini akan dijaga serapat mungkin. Tidak ada yang boleh membongkar hal ini. Ia mungkin akan menutup mulut Kevin di sekolah besok dengan ancaman yang lebih keras.
"Lo bakal mati, kalau bongkar hal ini ke Jean."
############
Waduh, Varo ini cinta apa obses ya? 😅
KAMU SEDANG MEMBACA
BEST FRIEND
Teen Fiction18+ Varo Varendra seorang cowok sedingin kutub yang jatuh cinta ama Jeane Tanata, cewek playgirl yang punya banyak cowok. Sayangnya mereka terjebak sama hubungan persahabatan. Jeane Tanata tipe yang nggak pernah puas dengan satu cowok. Dia kayak git...