Di tengah malam Daren terbangun dengan berbagai tumpukan dokumen di atas pahanya. Sejak pria itu datang, ia tak pernah meninggalkan tempat itu sedikit pun. Meskipun sudah berulang kali ia ingin meninggalkan tempat itu, namun ia tak bisa.
Daren menaruh dokumennya di atas meja, dan menatap seorang gadis yang masih terbaring di atas ranjangnya. Tak seharusnya ia berada di sini, dan tak seharusnya ia menatap gadis yang menjadi atensinya saat ini.
"Shit!" Daren beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruangan itu.
Saat ini ia butuh udara segar untuk menyegarkan pikirannya. Tak butuh waktu lama, Daren telah berada di atas roof top dengan pemandangan kendaraan yang berlalu lalang. California tak pernah sepi, di waktu malam sekali pun.
Daren merogoh sakunya dan mengeluarkan satu batang nikotin yang selalu menjadi temannya di saat sepi. Pria itu mematik nikotinnya dan menghisapnya dalam.
Di tengah kesendiriannya, Daren mendengar teriakan seseorang yang tak jauh dari tempatnya. Pria itu tak menggubris teriakan itu, dan tetap fokus pada nikotinnya. Namun teriakan itu terlalu keras untuk di abaikan. Daren yang tak bisa menahan amarahnya pun dengan terpaksa mendekat. Ia akan membunuh siapapun yang mengganggu ketenangannya.
"Mari bersenang-senang sebentar," gumam Daren sambil menyunggingkan senyum miringnya.
Daren menggulung lengan kemejanya sebelum ia menghabisi korbannya kali ini. Dengan tenang pria itu mendekati suara teriakan di sebelah barat. Ia tidak menyangka jika di tempat seperti ini ada hama yang tidak diinginkannya.
Daren merogoh sakunya dan mengeluarkan dua benda yang selalu di bawanya. Di tangan kiri Daren memegang pisau dan di tangan satunya lagi ia memegang pistol.
"Mana yang harus ku gunakan?"
"Ah, I'll use this one." Daren menyunggingkan senyum miringnya, ketika ia mendapatkan benda yang di inginkannya.
Daren berjalan ke arah teriakan yang memekakkan telinganya. Ingin sekali ia menguliti orang itu hidup-hidup, namun ia tak mempunyai banyak waktu saat ini.
DOR! DOR! DOR!
Dalam tiga kali tembakan, Daren berhasil melumpuhkan seorang pria yang ternyata seorang dokter di rumah sakit itu.
Daren menatap mayat pria itu, kemudian pandangannya beralih pada seorang wanita yang berusaha menutupi tubuhnya yang terbuka. Ah, ia paham sekarang. Jadi ia telah menyelamatkan seseorang sekarang. Dalam hati Daren ingin tertawa keras, dalam hidupnya ia tak pernah sekalipun menolong seseorang dalam bahaya.
Sedangkan wanita itu menatap Daren ketakutan. Bagaimana ia melihat pria di depannya tiba-tiba ambruk, akibat tembakan yang dilayangkan Daren.
"T-terima kasih," cicit wanita itu dengan suara yang begitu lirih.
Daren mendecih mendengar ucapan wanita itu, dan meninggalkan wanita itu beserta mayat pria itu di sana.
Daren memasukkan pistolnya kembali dan tujuannya saat ini adalah kembali ke kamar Ana.
Baru saja pria itu membuka pintu ruangan Ana, ia di buat terkejut dengan satu hal. Pria itu terdiam sebentar kemudian menyunggingkan senyum miringnya.
"Kau sudah bangun rupanya,"
***
Di saat Daren pergi dari ruangan Ana, gadis yang ada di atas ranjangnya itu tiba-tiba membuka kelopak matanya. Ana mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya.
"Where i am?" ucap Ana lirih sambil melihat ke sekelilingnya.
Di saat gadis itu berusaha mengingat satu hal, rasa pening tiba-tiba menyerangnya. Ana memegang kepalanya yang berputar cukup cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped With The Jerk [TELAH TERBIT] [PINDAH KE FIZZO]
Romance[PINDAH KE FIZZO] [FOLLOW DULU SEBELUM BACA] SPIN OFF "THE DEVIL WANTS ME" UDAH END/TAMAT Ana Collins, harus menerima kenyataan pahit ketika kedua orang tuanya harus berpisah di usianya yang terbilang masih muda. Hidupnya yang sudah berantakan dari...