"𝐀𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐲𝐞𝐫𝐚𝐡, 𝐤𝐞𝐧𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐤𝐢𝐭𝐚 𝐭𝐞𝐫𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐢𝐧𝐝𝐚𝐡. 𝐌𝐞𝐥𝐮𝐩𝐚𝐤𝐚𝐧𝐦𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐮𝐥𝐢𝐭, 𝐭𝐚𝐩𝐢 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐢𝐧𝐠𝐚𝐭𝐦𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐬𝐚𝐤𝐢𝐭.”—𝐌𝐢𝐤𝐞𝐲.
***
Dan, [Name] dihadapai suasana yang sedikit canggung. Karna ada dua pria yang menatapnya.
Ibunya izin untuk ke rumah sebentar, karna harus ada yang ibunya kerjakan. Ia menitipkan [Name] kepada Chifuyu dan Mikey. Ibunya menitipkan [Name], karna, Chifuyu lumayan bisa dipercaya.
"Bagaimana keadaanmu, [Name]?" tanya Mikey, memecahkan keheningan.
[Name] menatap Mikey, ia tersenyum tipis.
"Aku baik, kak Manji." jawab [Name], sambil tersenyum yang memperlihatkan gigi cantiknya.
Terkadang [Name] dibuat overthinking oleh Mikey.
Apakah lelaki itu tak mengenalinya sama sekali?
Padahal dulu, waktu [Name] berusia bocah sangat-sangat lah caper dengan Mikey.
"Kau sudah makan?" tanya Mikey lagi. Tampaknya lelaki itu tidak bisa mencari topik yang menarik.
Tapi, [Name] bisa memakluminya!
"Belum, kak Manji sendiri gimana? Sudah makan?"
"Belum." jawabnya.
"Kenapa kau tidak makan? Ap—"
Belum sempat Mikey melanjutkan ucapannya, Chifuyu sudah memotongnya.
"Sekitar lima menit lagi, [Name] akan dibawakan makanan." ucap chifuyu, dingin. Mikey hanya terdiam. Lelaki berambut ubanan itu merasa kehadirannya menjadi perusak.
"Chifuyu..." panggil [Name].
Chifuyu menoleh, dan mengerutkan alisnya.
"Kenapa [Name]?"
"Bisakah aku berbicara berdua saja dengan kak Manji?" ucap [Name]. Chifuyu mengerti, dan pamit sebelum beranjak keluar ruangan.
"Maaf ya, kak Manji. Jadi canggung, hehehe." [Name] cengengesan. Mikey juga tersenyum tipis. Senyum yang jarang ia perlihatkan, sekarang ia perlihatkan untuk gadisnya.
"[Name]..."
"Ya, kak Manji?"
"Bagaimana kalau aku bilang, aku mencintaimu.."
***
"Sampai kapan kau akan terus memandangi makamnya, Mikey?" tanya Chifuyu. Mikey hanya diam, matanya fokus dengan batu nisan, yang berisikan nama gadisnya.
𝐏𝐑𝐀𝐉𝐎𝐆𝐎𝐔 [𝐍𝐀𝐌𝐄]
𝐌𝐚𝐭𝐢 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥:**/**/****
𝐋𝐚𝐡𝐢𝐫 𝐭𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥:**/**/****Air mata itu kembali meluncur, lukanya kembali melebar.
Dirinya semakin tenggelam.
Tidak ada.
Tidak ada yang bisa menggapainya lagi.
Ia mati.
Hatinya telah mati.
Hidupnya semakin hancur.
***
"Aku juga kak Manji, aku mencintaimu.."
Mikey yang tadinya menunduk sekarang mendongak, menatap [Name] dengan tak percaya.
Tok! Tok! Tok!
"Permisi, saya ingin mengantarkan makanan."
Suster pun membuka pintu, dan tersenyum, ia menaruh makan-makanan yang sehat dimeja. Ada air minum, obat, sayur-sayuran, buah, dan tentunya bubur.
"Kalau ada apa-apa dengan kakaknya, tolong pencet tombol yang merah ya. Kalau gitu, saya permisi dulu." pamit suster itu, Mikey dan [Name] pun mengangguk.
"Terimakasih, Sus." ucap [Name].
Mikey pun membantu [Name] untuk mendudukkan diri.
"Biar aku yang menyuapimu, [Name]."
[Name] hanya tersenyum, harinya yang ke-6 ternyata lumayan juga!
Mikey menyuapi [Name] dengan telaten, sesekali mengucapkan canda agar tidak terlalu canggung.
Kalau kaya gini mah, [Name] bisa cepat-cepat mati!
"Kak Manji, kakak pernah ketemu aku gak waktu kecil?" tanya [Name] tiba-tiba.
"Gak tau deh." jawab Mikey, lelaki itu menatap [Name].
"Memangnya kita pernah bertemu?" tanyanya.
"Ya! Inget gak anak kecil yang suka caper sama kak Manji?" ucap [Name] antusias.
"Ya, hmm. Anak kecil itu memang suka sekali menggoda ku. Menang nya kenapa?"
"Dia itu aku!"
Mikey terkejut, dan komoknya membuat [Name] tertawa. Bahkan hampir tersedak, saat ingin meminum obat.
"Pelan-pelan." ucap Mikey, perhatian. Ia nengelus punggung [Name]. Dan mengasihnya minum.
Setelah acara makan selesai, mereka berdua saling bertatapan.
"Bagai—"
Belum sempat [Name] menyelesaikan ucapannya.
Tangan Mikey lebih dulu menggengam tangan [Name] yang diinfus. Ia mengecup punggung tangan itu, [Name] dibuat merona karnanya.
"Aku mencintaimu [Name]. Sampai mau mati rasanya..." lirih Mikey, sendu. Ia takut, takut kehilangan lagi.
"Kak Manji, jangan bersedih. Bukannya banyak teman-teman kak Manji, yyan akan menemani kakak?"
Mikey hanya terdiam, ia menidurkan kepalanya, dan menggenggam tangan [Name] lebih erat.
"Bolehkah aku meminta untuk agar kau tetap tinggal, [Name]??"
[Name] menahan nafasnya, ia ingin menangis, namun ia tidak boleh terlihat lemah. Tangan yang satunya lagi, ia biarkan untuk mengusap rambut Mikey.
"Ini sudah malam, tidurlah [Name]. Aku akan menjagamu, selamanya."
Mikey pun bangkit dan membaringkan tubuh [Name].
"Oyasumi, kak Manji!"
"Oyasumi, gadisku."
Mereka berdua tertidur, sampai tak sadar bahwa takdir telah didepan mata.
Yang Mikey ingat dari malam itu adalah, akhir.
Akhir dari perjalanan cintanya yang singkat, namun begitu melekat.
***
"[Name] mati." lirih Mikey. Kemarin malam, ia menemani gadis itu menemui ajalnya.
Saat ia terbangun, sekitar jam satu malam. Ia melihat perut [Name] yang tidak naik turun. Ia pun panik, dan memanggil dokter. Dan dokter itu mengatakan.
[Name] sudah diambil Tuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝟕 𝐇𝐀𝐑𝐈 [𝐒.𝐌𝐀𝐍𝐉𝐈𝐑𝐎𝐔]
Fanfic[Sano Manjirou × Reader] Gimana reaksimu saat tahu bahwa dalam 7 hari lagi, kamu bakal mati? Pergi meninggalkan dunia, dan meninggalkan raga dibumi. [Name] menggunakan 7 hari itu, untuk mendekati Sano Manjirou, seorang lelaki kriminal yang terken...