Bunyi sirine polisi terdengar di luar, Anendra mengeceknya dari celah jendela. Dia melihat polisi telah mengepung gedung tersebut, hendak melakukan pengepungan pelaku penculikan Alisya, senyum licik Anendra terukir " Good luck!!" Ucapnya seraya menggendong Alisya. Ia menuruni anak tangga di bawah tanah, ia keluar dari celah gedung tersebut, anak buahnya sudah di luar. Dia menyuruh anak buah nya menembakkan sebuah senapan di dekat batang Pinus agar pandang polisi tersebut teralihkan, anak buahnya segera melakukannya.
Tampak polisi sangaat di kelabui dengan suara tersebut, saat pandang polisi tersebut lalai, Anendra pergi dengan mobilnya untuk kabur. Ia tetap menatapi wajah cantik Alisya. Garis wajah tergambar, tak bisa dia menantang bahwa gadis itu begitu manis.
Dringgg..
Ponsel dari gadis itu terus saja berdering, ada yang menelponnya. Tertera nama Afa di sana, Anendra membiarkan ponsel Alisya berbunyi, ia tak peduli dengan keadaan di luar sana..
Lantas ia membawa Alisya ke apartemen pribadinya, sesampainya di sana ia langsung memarkirkan mobil nya, ia berjalan sambil menggendong Alisya. Begitu mudah kan untuk dia lari dari polisi?. Haha itu hal yang normal baginya.
Dewa sudah ada di ambang pintu kamar apartemennya, dia bersekap dada menatap anak bungsunya ini.
"Bawa perempuan dari mana kamu?!, Nyewa?" Ucapan ayahnya itu sangat menyinggung perasaannya. Kenapa lelaki ini harus ke apartemen nya?, Menurut Anendra itu begitu mengusik kenyamanannya. Dia tak menggubris ucapan ayahnya, dia mendorong ayahnya agar menjauh dari pintu.
"Lancang kamu dengan saya?, Bereskan barang kamu dari rumah saya, saya sudah tak butuh anak brensek seperti kamu" ucapan terakhir ayahnya sebelum ia pergi meninggalkan kamar apartemen Anendra.
Wajah Anendra biasa saja, seakan tak mendengar apapun tadi, menurutnya hal itu sangatlah tak penting. Asal ayahnya bahagia, Anendra tak masalah.
Anendra meletakan tubuh Alisya ke kasur nya, lalu ia lekas melangkah beranjak ingin keluar apartemen untuk menyelesaikan hal lain, tetapi langkahnya terhenti mendengar panggilan dari Alisya.
"Anendra.." lirih Alisya, Alisya melihat wajah manis Anendra, gadis itu tersenyum simpul.
Tubuh tegap Anendra segera berbalik dan menghadap Alisya, "kenapa bangun?" Perubahan wajah datar Anendra menambah senyum dari sudut bibir Alisya. "Oh ya, tadi gue lihat Lo di bawa cowo asing makannya gue selametin, itu yang mau Lo tanya kan?" ucap nya sambil menutupi segala kebohongannya. Alisya menatap manik mata Anendra, berusaha mencari kebohongan di sana, tetapi nihil bahkan Alisya tak bisa mengetahui apakah lelaki itu berbohong atau tidak, wajahnya terlalu datar untuk di duga.
Bibir Alisya hanya membisu, Anendra mendekatkan tubuhnya dekat dengan Alisya, ia duduk di dekat kasur. "Apa yang sakit?" Anendra bertanya, tangan kanannya membenarkan rambut Alisya yang mulanya berantakan. Alisya menggeleng, namun tak dapat di pungkiri nyeri di bagian kepala belakang nya itu sangat menyiksanya.
"Sungguh tak ada yang sakit?" Untuk kedua kalinya Anendra bertanya lagi kepada gadis di hadapannya ini, ia pandai sekali memutar balik kan fakta. Kenapa dia bertanya padahal dia yang merencanakan penculikan ini, hahha.
"Gue masih ada urusan penting, Lo di sini aja pas gue pergi. Gue balik nanti baru gue anter Lo" ia melangkah pergi saat Alisya sudah menjawabnya dengan anggukan kecil dan mengucapakan iya.
Ia sedikit melirik Alisya "Gue tandain omongan Lo". Setelah Anendra benar benar pergi gadis itu sedikit senyum, kenapa jantungnya berdebar tak normal seperti ini, perasaan yang hanya ia rasakan saat bersama Anendra ini benar benar membuatnya candu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped in Crime
Teen FictionJangan pernah mencintai seorang pembunuh Alisya terlanjur jatuh cinta pada lelaki bernama Anendra, lelaki yang tak ia sadari adalah seorang psikopat. Lelaki yang berawal ingin menghancurkan hidupnya itu malah terbawa suasana dan harus berakhir salin...