PART 7

36 1 0
                                    

Banyak yang bilang pikiran gua dewasa sebelum waktunya, missal saat gua duduk di bangku kelas 4 Sekolah Dasar gua sering melakukan hal yang engga wajar di kelas. Misalnya saat ada murid perempuan sedang berdiri di samping meja gua sering iseng lewat sambil meremas bokong atau dadanya, sampai pernah dipanggil ke ruang kepala sekolah

Beberapa tahun lalu…
Quote:
“Kamu ini masih kecil aja seperti ini, gimana sudah besar nanti” Kata kepala sekolah sambil menceramahi gua

“Kata teman saya itu rasanya enak pak, jadi saya Cuma nyobain dikit” kata gua dengan polosnya menjawab

“Teman kamu siapa namanya ?”

“Anton pak”

“Dikelas kamu engga ada yang namanya Anton”

“Dia kelas 3 SMP pak”

“Kamu pilih-pilih nyari teman jangan kebawa nakal, kalo kamu masih seperti ini bapak panggil orang tua kamu”

“Jangan pak, saya janji engga bakalan ngelakuinnya lagi di kelas”

“Bagus, awas kalo masih nakal”

“ia pak, tapi kalo diluar kelas boleh ?”

“Tetep jangan”

“iya pak, ampun pak”

Setelah mendapat tegoran, gua jadi engga pernah melakukan hal itu lagi disekolah. Tapi gua tetap melakukan kenakalan yang lain, mungkin karena gua kurang mendapat perhatian di rumah jadi sering mencari perhatian orang lain dengan cara melakukan kenakalan.

Kembali kemasa SMA

Sepanjang acara MOS dimulai gua lebih sering melamun, kadang gua mendapat hukuman karena engga memperhatikan. Setelah bel istirahat berbunyi gua engga ke kantin seperti kemarin-kemarin, tapi gua sendirian memandangi beberapa orang siswa baru yang sedang asik bermain di lapangan dari balkon kelas yang berada di lantai 3.

Tamparan tadi pagi begitu keras sampai menggema di dalam aula, tapi bukan rasa sakit itu yang menjadi masalah. Gua sering mendapatkan pukulan, gua bahkan sudah terbiasa menerima rasa sakit tapi gua bingung kenapa gua selalu melakukan hal bodoh di depan Kanza.

Gua duduk dibangku beton depan kelas sambil menaikan celana panjang biru sebelah kanan sampai bagian paha terlihat, lalu gua ambil jarum yang biasa gua bawa setiap hari. Perlahan satu jarum gua tusuk dibagian pangkal paha sampai benar-benar menancap, lalu jarum kedua, ketiga, keempat, dan kelima.

UHHH….

Gua hanya mendesah pelan sambil memejamkan mata, Gua engga kebal dari rasa sakit, gua juga bukan jagoan atau belajar debus. Tapi setiap kali gua melakukana hal ini pikiran gua jadi tenang, engga ada yang tahu kalo gua suka melakukan ini karena selain bermain dengan DIRLI gua juga sering melakukan ini dikamar mandi sejak lulus SD.

“ANEH”

sebuah suara terdengar, gua membuka mata dan melihat siapa yang mengucapkannya.

Sekarang wanita cantik, sombong, dan galak sedang duduk disamping gua. Entah sejak kapan datang, mungkin karena gua terlalu menikmati tusukan jarum sampai engga menyadari kedatangannya. Gua hanya menolehnya lalu mengabaikannya dan kembali memejamkan mata.

“BODOH”

“…………..”

Gua hanya diam mengacuhkannya, lalu membuka mata saat dia mencabut satu persatu jarum yang menancap di paha gua.

“ngapain coba kaya gini” kata dia sambil memegangi 5 buah jarum ditangan kanannya lalu melemparnya ke lantai.

“Suka-suka” jawab gua cuek

Lalu dia berdiri dihadapan gua “AKU TANYA SEKALI LAGI, BUAT APA INI ?”

“Enak”

PLAK…. Sebuah tamparan mendarat dipipi kanan gua

“Rasa sakit bikin gua tenang, lagi”

“BODOH”

PLAK.. PLAK.. PLAK.. PLAK…

dia menampar pipi kiri dan kanan gua terus menerus sampai dia berhenti dengan napas terengah-engah.

Gua berdiri mendekatinya, Kanza mundur beberapa langkah dengan wajah terlihat ketakutan sampai badannya sudah mentok dengan pagar. Gua liat ke arah lapangan sudah engga ada lagi orang di sana, dan engga melihat siapapun dari sini. Gua semakin mendekatkan wajah gua sampai Kanza menutup matanya dengan badan yang terlihat gemetar ketakutan, lalu gua memeluknya sambil membisikan “Jangan takut, maaf gua selalu bertingkah bodoh di depan lo” lalu gua melepaskan pelukan dan berjalan meninggalkannya.

Setelah acara MOS terakhir selesai, hari ini gua resmi menjadi Siswa SMAN Bogor. Darno hari ini sibuk mendekati gebetannya sampi dia lupa dengan gua, tapi itu bukan hal aneh karena dia memang seperti itu.

Sore ini gua engga langsung pulang, gua berencana kembali ke lantai 3 untuk sekedar duduk-duduk sambil menikmati angin sore. Saat menaiki anak tangga disana ada Kanza yang sedang berdiri tapi gua menghiraukannya dan melewatinya begitu saja tapi dia memegang pergelangan tangan gua seolah meminta gua untuk berhenti. Lalu dia duduk di tangga dan gua ikut duduk disampingnya, kami hanya saling diam.

“Maaf…” Kanza mulai berbicara

“…………” gua hanya diam tanpa menatapnya

“Maaf… maaf… maaf… maaf… maaf…”

“………….”

dia mengucapkan kata maaf beberapa kali tapi gua tetap diam sampai akhirnya Kanza membuka tasnya lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam tas.

“………..” gua hanya menelan ludah saat melihat matanya yang berkaca-kaca dengan tangan kanan yang menggenggam sebuah pisau tajam.

” gua hanya menelan ludah saat melihat matanya yang berkaca-kaca dengan tangan kanan yang menggenggam sebuah pisau tajam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ANTARA AKU,KAU DAN SABUN MANDITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang