Suasana di atas kereta masih saja canggung dan sunyi. Tidak ada obrolan dari Mina maupun Jeongyeon. Keduanya memilih untuk tetap diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Mina yang bosan akhirnya memutuskan untuk membaca catatannya ketika ia merasakan beban di pundaknya.
Dia menoleh dan melihat Jeongyeon tertidur di bahunya. Wajahnya terlihat begitu tenang dan damai.
"Mina..." gumamnya.
"Apa dia memimpikanku?"Mina tersenyum memikirkannya, bertanya-tanya apakah Jeongyeon memimpikan saat dia membunuhnya.
Alis Jeongyeon tiba-tiba berkerut dan dia mengepalkan tinjunya. Membuat Mina semakin penasaran tentang mimpi yang di mimpikan Jeongyeon.
"Apa itu mimpi buruk?"
Tanpa sadar Mina meletakan tangannya di atas tangan Jeongyeon yang mengepal, mencoba sedikit mengendurkannya.
Mina memegangnya ketika Jeongyeon akhirnya membuka kepalan tangannya. Tangan itu lembut dan hangat, tidak seperti tangan pria pada umumnya.
Mina tersenyum ketika dia melihat Jeongyeon tersenyum dalam mimpinya sebelum wajahnya kembali tenang.
Pemberhentian berikutnya akhirnya diumumkan dan saatnya Mina bersiap untuk turun dari kereta.
Dia dengan perlahan menarik tangannya dan memeriksa tasnya kembali, memastikan apa ada yang tinggal atau tidak.
Mina baru saja akan berdiri ketika dia ingat bahwa Jeongyeon masih tidur di bahunya. Seketika dia menjadi ragu apakah dia membiarkan Jeongyeon tetap tidur atau membangunkannya.
"Aishh! Merepotkan saja!" gerutunya.
Mina mencolek hidung Jeongyeon lalu pipinya.
"Hei Jeongyeon yang menyebalkan, bangun!"
Jeongyeon dengan malas duduk tegak, menggosok matanya dan Mina mengambil kesempatan itu untuk berdiri.
"Itu hanya kepalamu di bahuku tapi sudah seberat itu. Kupikir terlalu banyak batu di kepalamu..." sindirnya, tapi tidak ada respon dari Jeongyeon karena dia masih belum 100% sadar dari tidurnya.
Kereta akhirnya berhenti dan pintu otomatis terbuka. Seperti biasa, Jeongyeon lagi-lagi berjalan beberapa meter di belakang Mina.
Dia tidak memiliki niat apapun selain memastikan gadis itu pulang dengan selamat ke rumahnya.
Mina sesekali mencuri pandang ke arah Jeongyeon. Dia memperhatikan bahwa Jeongyeon terus menguap sejak dia turun dari kereta.
Mina memutuskan untuk pergi ke toko serba ada dan membeli sekaleng kopi. Ketika dia keluar, dia melihat Jeongyeon bersandar di salah satu pos sambil melihat ponselnya.
"Hai..." Mina mencoba menarik perhatiannya.
Jeongyeon melihat ke arahnya dan kaget saat Mina melemparkan kopi yang ia beli. Untung saja Jeongyeon bisa menangkapnya, meskipun dia mengantuk.
Senyuman pun langsung muncul di bibir Jeongyeon. Dia kembali melihat ke arah Mina, tapi gadis itu sudah berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Terima kasih..." teriak Jeongyeon dengan wajah sumringah.
Mina menahan dirinya untuk tidak berbalik, dia membuka gerbangnya secepat mungkin dan melangkah ke dalam.
Sebelum dia masuk ke rumahnya, dia akhirnya berbalik dan memandangi Jeongyeon untuk terakhir kalinya.
Dia bisa melihat Jeongyeon masih berdiri di sana, bersandar di tiang sambil tersenyum memandangi kaleng kopi yang diberikan padanya.
Jeongyeon tiba-tiba mengangkat kepalanya dan mata mereka tidak sengaja bertemu, membuat jantungnya berdegup kencang.