Seorang pria dengan wajah tampan, mengenakan selembar sarung BHS berwarna abu, dan jaket Levis dengan rambut yang sedikit morat-marit tertiup angin, melintas didepan Hasna.
"Siapa seorang lelaki itu?" Tanya Husna dalam hatinya, seorang yang belum pernah ia jumpai sebelumnya, namun dalam tatapan pertama nya mampu membuatnya jatuh cinta.
"Heh santri kurang ajar, masa iya sama putranya kiyainya sendiri nggak kenal" cletus teman Hasna yang berdiri disampingnya.
Hasna sedikit kebingungan, ketika ia berbicara dalam hati seharusnya hanya dia lah yang tahu apa yang dibicarakan. Tidak mungkin orang lain mendengarnya, Hasna pun curiga kenapa seorang temanya bisa seakan-akan nyambung dengan pembicaraannya dalam hati, "loh mbak kok sampayan tau tau ngomong kaya gitu? Apa ya sampeyan itu wali? Terus apa bener lelaki itu putranya kyai kita?" Tanya Hasna sebagi membuktikannya.
"Saya nggak akan jawab pertanyaan yang pertama dan kedua ning, tapi kalau yang ketiga iya, dia itu Gus Yawa" Tegas Dila.
"Oh jadi gitu ya, ya Allah masa iya aku baru tahu sekarang sih"
"Hekhem, lupa ya, tadi kesini niatnya apa"
"Astaghfirullah, oh iya..... Ya udah ayo wudu persiapan sholat Dzuhur berjamaah"
"Ya ayo, semua juga udah pada nungguin kamu"
"Hehe maaf......maaf"
Terlalu memikirkan seorang lelaki yang terlintas di depannya, Hasna lupa dengan tujuan utamanya. Kali pertama Hasna menyebut seorang lelaki dalam hatinya kecuali ayahnya. Sebelumnya Hasna sangat anti terhadap kata "lelaki" setiap mendengar kata lelaki ia selalu menjauh, karena ia ingat pesan dari abahnya waktu Hasna pamit berangkat ke pesantren, "nduk, besuk kalau sudah di pesantren Ingat niat dan tujuan, jangan neko-neko, pokonya di sana ngaji ya ngaji, sekolah ya sekolah, hitmat ke guru ya harus, susah payah ya sudah tempanya, jangan main laki-laki".
Selesai wudlu Hasna sholat Dzuhur berjamaah dengan teman-temanya di mushola pesantren. "Allahuakbar" baru selesai takbiratul ikhrom Hasna sudah mulai kehilangan kekhusuan dalam sholatnya, bibir membaca Fatihah namun pikiran teringat wajah Gus Yawa. Sekuat-kuatnya Hasna berusaha menepis permainan syetan itu, hingga ia kembali dalam sholatnya.
"Allahuakbar" saat rukuk Hasna kembali kepikiran wajah yang manis seorang putra dari kiyainya itu. Secepatnya Hasna menghilangkan pikiran itu hingga bener-bener menghadap pada sang pencipta. "Sami' Allahuliman Hamidah" dan seterusnya Hasna selalu teringan sosok Gus Yawa. Dan ia selalu menepisnya.
Semua ini telah membuat Hasna gelisah, dalam sholat saja ia terpikirkan oleh sesuatu yang berbau dunia. Lalu bagaimana dengan aktifitas yang lainya. Gus Yawa bener bener telah memenuhi pikiran Hasna.
Selesai sholat Dzuhur Hasna mengangkat tangannya seraya memohon kepada sang pencipta, kali ini Hasna berdoa menggunakan bahasa Indonesia, "Ya Allah, hilangkan lah fikiran-fikiranku yang selalu merujuk pada Gus Yawa, jika memang Yawa lah jodohku maka dekatkanlah diriku dengan ya dengan cara terbaik, jangan penuhi pikiranku dengan keberadaanya ya Allah, tapi jadikanlah hatiku agar selalu mengingat keberadaanMu"
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Santriwati Pilihan Bu Nyai
RomanceGus, aku menyimpan rasa untukmu! Meski takut mengungkapkan, namun Tuhan mentakdirkan, Bu Nyai melamarku!!!