Sendika Dawuh

70 17 0
                                    

13:5

Hari demi hari dilewati, semakin lama Hasna dapat move on dari Yawa. Dia benar-benar bisa fokus belajar dan menghafal. Hafalan Al Qur'an yang begitu cepat membuat kagum ibu nyai. Sampai sampai Hasna ditimbali(panggil) Bu nyai untuk ke ndalem(rumah)

"Nduk,........wis apal pirang juz?" (Nduk, udah hafal berapa juz?)

"Nembe sekedik buk"(baru sedikit Bu)

"Tenane Tah?"(beneran?)

"Enjih Bu nyai"(iya Bu nyai) jawab Hasna dengan nada yang sangat lembut.

"Aku takone Ki pirang juz, duduk akeh opo titik e" (aku tanya nya itu berapa juz, bukan sedikit atau banyak)

"Sakmenika juz 17 Bu" (sekarang juz 27 Bu)

"Cepet kui nduk itungane, awakmu mrene juz 7 to? Berarti rung Ono rongtahun wis entuk 10 juz" (cepat itu hitungannya, kamu kesini juz 7 kan, berarti belum sampai 2 tahun sudah dapat 10 juz)

Hasna hanya diam saja dan sedikit tersenyum.

"Ngene lho nduk, sesok aku ndue gawe......Thoriq nak meh rabi, nda umpomo------ (jadi gini lho nduk, besok aku mau ada hajat, Thoriq mau nikah, lha kalau semisalnya-(terputus))

"Deek" pak yai nimbali Bu nyai.

"Enggih mas" respon Bu nyai ke pak yai, "Sik nduk, enko mrene meneh Yo" Bu nyai meminta Hasna untuk kembali lagi nanti.

Pembicaraan yang baru sepotong itu membuat Hasna berfikir berat. Sebenarnya apa sih yang akan dikatakan Bu nyai kepadanya. Sampai-sampai dia overthiking. "Apa mungkin aku mau dijodohin ya sama Gus Thoriq?, Ah tapi kayanya Ndak mungkin deh, masa iya sih? Tapi bisa jadi lho, ah tapi nggak mungkin" bahkan sampai-sampai pikiran Hasna dipenuhi dengan
Thoriq-Nikah
Thoriq-Nikah
Nikah-Thoriq
Thoriq-Nikah
Nikah-Thoriq
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Haruskah Thoriq???
Lalu bagaimana dengan Yawa??

Malam harinya dengan pikiran yang bunder itu Hasna kembali ke ndalem Bu nyai.

"Ngene lho nduk, sepuro mau rung rampung le njelaske, awakmu melu Yo sima'an bareng" (gini lho nduk, maaf tadi belum selesai menjelaskan, kamu ikut ya sima'an bareng)

"Nggeh Bu, nyimak nggeh?" (Iya Bu, nyimak kan?)

"Oraa......., Awakmu tak kon maca" (enggak!! Kamu membaca!)

"Juz pinten Bu? (Juz berapa Bu?)

"Yo kui juz 1-17" (ya itu, juz 1-17?)

"Nggeh Bu" (baik Bu)

Meskipun sebenarnya Hasna merasa "weeh" masa iya 17 juz, apa ya nggak kemeng, namun Hasna juga tidak berani menolak perintah gurunya. Dia tetap sendika dawuh kepada gurunya meskipun akal menolaknya.

"Hemm Matek Ki aku, tapi bismillah nyadong berkah"

Ia selalu menjalani dawuh dawuh dari gurunya dengan ikhlas, tidak pernah sekalipun ia menolak tugas yang diberikan Bu nyai. Ia selalu "nggih" kepada gurunya. Ya namanya juga santri, masa iya mau mbantah ibu nyai nya? Bukankah sedang mencari barokah dan ilmu dari dirinya? Tanpanya? Hemm.




Santriwati Pilihan Bu Nyai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang