🎡. Sedikit Menunggu, Penuh Resah

51 12 0
                                    

🎡 08 🎡

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎡 08 🎡

Kalutt...

3 hari sudah Yeonjun mengalami insom dan kembali hidup seperti zombie, yang berbeda sekarang hanya resah yang dalam kadar maksimal. Tanpa kelanjutan informasi dari Seungmin, juga waktu yang makin mengikis keberadaan sang Mama.

Harusnya Yeonjun tidak banyak berbicara seperti kemarin, bahkan mengingatnya saja cukup malu. Seperti akibat karna terlalu fokus memikirkan seseorang dibanding dirinya sendiri waktu itu.

Benar-benar memalukan.

Diawal mungkin ia sungguh-sungguh untuk berdoa agar Yeji tidak menanggapi atau bahkan sudah malas untuk membantu pekerjaan Seungmin, tapi kalau dipikir lagi bisa jadi itu memanglah pertemuan mereka untuk yang terakhir. Benar-benar yang terakhir.

Yang harusnya tidur malah menjadi berputar posisi tanpa henti, rasanya ia tidak akan pernah tenang kalau 2 hal tersebut masih berwarna abu.

"Harusnya tadi masih sempet ke tempat serviceee, hhhh.." eluhnya kesal sambil menendang udara.

Seperti bukan Yeonjun, lebih banyak kekanakan daripada berfikir logis. Benar-benar gila, mungkin itu kata yang tepat untuk situasi kusutnya sekarang.

Padahal mereka sama-sama yakin untuk mustahil bertemu lagi, Yeji juga sampai bercerita banyak hal mengenai hobi dan impian. Yang membuat Yeonjun kadang tersenyum dan sedetik kemudian khawatir, tapi tidak bisa melakukan apapun. Rasanya seperti pengecut yang mendengar cerita sedih dari orang yang mustahil untuk ia bantu.

Tentang kehidupan Yeji, bagaimana buruknya waktu berputar dan mengelilinginya.

Flashback on

"Kaki sama tangan lo aman??" Tanya Yeonjun yang baru saja mengayuh sepeda, sementara Yeji berada dibelakang.

"Amaaann," sahut Yeji bersemangat. "Kamu kuat kan ngeboncengnya?"

"Menurut lo?"

"Kuatt dong, soalnya dulu ak---kku dulu anuuu apaa...sering itu liat anak-anak kecil main sepeda pasti pada kuat kokk." Hampir saja Yeji menyelesaikan kalimat yang akan menjadi sebuah kecurigaan besar.

"Oohh.." angguk Yeonjun. "Jadi gimana? Lo utang cerita soal luka lo."

Hening cukup lama dari Yeji, sebab ia juga tidak ingin memaksa gadis itu untuk menjawab demi menyegarkan rasa penasarannya. Yeonjun hanya bisa menunggu apakah Yeji mampu---

"Tapi kamu harus janji buat dengerin, maksud aku buat ga ngelakuin apapun setelah aku cerita," ucap Yeji dengan nada suara yang bisa dibilang turun drastis.

Ada ragu yang seketika datang bersamaan dengan ucapan Yeji barusan, membuat Yeonjun jadi ingin mundur untuk mau tau. Bisa jadi memang bukan ranahnya untuk ikut campur, ia tau diri untui situasi ini. "Maaf, lo ga wajib cerita kok. Serius lo ga harus ngasih tau orang lain soal kehidupan pribadi lo."

Your Eyes Tell 👁 [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang