Sara mendongak, sembari memicingkan mata, menyapa matahari yang masih malu-malu dan bersembunyi di balik gumpalan awan. Lalu seperti rutinitas pagi yang lain, dia pun mulai mengayuh sepeda menuju ke sekolah.
“Pagi, Joe!” sapanya pada pemilik kios bunga Golden Petals, tepat saat sepedanya berbelok di tikungan pertama.
“Hati-hati, Sara! Jangan terlalu ngebut!”
Tanpa memedulikan teriakan Joe, dia tetap bersemangat melanjutkan perjalanan dengan kecepatan yang sama. Rambut pirangnya yang sedikit melewati bahu, dibiarkan saja tergerai tertiup angin.
Memasuki belokan berikutnya, gedung Ladam Highschool sudah mulai terlihat. Sengaja Sara berangkat sepagi ini karena dia memang sedang menghindari sesuatu atau lebih tepatnya seseorang; Alexander Reed, siswa pindahan yang memiliki pengaruh besar. Bahkan, melebihi sebagian besar siswa di sekolah mereka yang notebene penduduk asli Ladam City.
Akhir-akhir ini, Sara merasa perisakan dari Alex semakin parah. Memang bukan hanya dirinya yang menjadi korban, tetapi Alex semakin keterlaluan dengan segala tingkah laku kekanak-kanakan dan ejekannya.
Bukan pula karena dia takut pada Alex. Sara hanya merasa malas mengeluarkan tenaga dan membuang waktu untuk hal-hal yang menurutnya tidak berguna. Dalam urusan ini, Alexander Reed salah satunya.
“Sara Elizabeth Mountbatten ... kebetulan sekali melihatmu di sini!”
Sara refleks memejamkan mata—menahan diri untuk mengeluarkan umpatan kala mendengar suara Alex di belakangnya. Hanya lelaki itu yang kurang kerjaan, hobi sekali memanggilnya dengan nama lengkap seperti barusan. Mencoba mengabaikan, dia pun segera berlalu dari area parkiran sepeda. Namun, baru beberapa langkah, tiba-tiba Alex sudah mengadang di depannya.
“Kenapa buru-buru sekali? Bukankah ini masih terlalu pagi?” ucap Alex dengan seringai nakal.
“Apa maumu, Reed? Biarkan aku lewat!” Sara geram dan merasa risi saat Alex melihatnya dengan tatapan memindai dari ujung kepala sampai ujung kaki
“Menurutmu, kapan aku berhasil membuatmu menangis?”
Sara menggeleng tidak percaya akibat pertanyaan Alex barusan. Entah kenapa berandalan satu ini begitu terobsesi dengan air matanya. “Jangan mimpi!” Dia pun melanjutkan langkahnya dan dengan sengaja menabrak pundak Alex, hanya untuk menunjukkan dirinya tidak gentar dengan semua ancaman lelaki itu.
***
Sejak Alex pindah ke Ladam Highschool setahun lalu, tidak ada hal yang menurutnya lebih menarik selain seorang Sara Elizabeth Mountbatten karena hanya gadis itu yang acuh tak acuh dengan keberadaannya.
Di saat kehadirannya bahkan hampir menyaingi Redrick Beck si pesohor sekolah dan membuat banyak siswi Ladam Highschool menggilainya, tidak demikian dengan Sara. Hal inilah yang justru semakin membuatnya penasaran.
“Sara! Tunggu!” Alex pun berlari kecil menyejajari langkah gadis itu.
“Tinggalkan aku, Reed!”
Dia mengabaikan permintaan Sara dan tetap berjalan di sampingnya. “Kenapa, kau tidak secantik ibumu yang seorang artis?”
Sara tidak terpancing, matanya hanya bergerak samar mendengar pertanyaan random Alex.
“Hei, kenapa terburu-buru sekali? Bagaimana kalau kita bermain-main sejenak?” Sepertinya Alex betul-betul berniat mengusik ketenangan hidup Sara. Dia berjalan mundur, agar lebih leluasa melihat perubahan ekspresi gadis itu. Namun, tanpa menganggap keberadaannya, Sara tetap mengayunkan langkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Cup of Coffee
Short StoryKumpulan cerita one shot. Can be anything, depends on my mood. Slice of life, romance, metropop, atau bisa jadi horor. Sesuatu yang ringan, yang bisa kalian jadikan teman ngopi. Enjoy :)