Hampir satu jam Jihoon keliling perumahan pake motor tetangga yang sengaja dia curi, tapi masih belum juga menemukan sosok dua gelandang yang sejak pulang sekolah tadi gak balik ke rumah.
Jihoon frustasi dan memutuskan untuk ngadem di bawah pohon kamboja karna lagi adzan maghrib. Jihoon menyandarkan tubuhnya di pohon itu lalu menghela napas.
"Nyusahin aja tuh anak dua."
Saat mata Jihoon udah liyer-liyer hampir tertidur, tiba-tiba netranya menangkap sebuah benda yang berkilauan memantulkan sinar lampu jalanan.
"Apaan tuh?"
Merasa penasaran, akhirnya pria itu bangkit dan menghampiri benda kecil berwarna silver yang disangka kalung. Posisinya gak jauh dari motor yang dia parkirkan di dekat trotoar.
Jihoon memungutnya. Memang bener, itu kalung dengan liontin kupu-kupu yang biasa dijual di SD. Gak ada yang aneh sih, toh biasanya juga sering ada benda jatuh di jalan. Contohnya sendal anak kecil, topi sekolah, kresek sampah yang isinya pampers bayi, sampah dapur dan sebagainya pun sering dijumpai berserakan di jalan.
Tapi kalo diperhatiin, kalung itu mirip punya Haruto yang dia pamerkan ke Junkyu minggu lalu.
"Beneran punya Tohar apa bukan ya...?" monolog Jihoon.
Entah karna tertarik ingin memiliki atau hanya untuk memastikan kalau kalung itu benar kepunyaan Haruto, Jihoon langsung memasukkan kalung itu ke saku jaketnya. Instingnya mengatakan kalau Haruto dan Jeongwoo ada di sekitar sini.
Jihoon kembali ke motornya... Ehm, ralat, motor tetangganya dan lalu menyalakan motornya.
Lantas dimanakah kedua anak itu? Apa mereka diculik gondol wewe? Atau diculik noona-noona?
Mari kita flashback.
---
"To."
"Nani?"
"Gaya banget lo pake bahasa India segala."
"Bahasa Jerman itu goblok!"
Dua-duanya dongo.
"Lo laper gak, To?"
"Banget."
"Cari mam yok."
"Ih jijik banget! Sok imut!" Haruto mendorong Jeongwoo sampe si hitam itu nyusruk ke semak-semak.
Jeongwoo mendengus kesal sambil bersihin lututnya yang ketancap ranting kering.
Haruto menghentikan langkahnya. Trus natap Jeongwoo serius. "Wo, pokoknya kita harus makan sesuatu! Sebelum kita mati kelaparan disini!" ucapnya dramatis.
"Makan apa?" Jeongwoo ketus. Masih kesal sama kelakuan Haruto tadi. "Gue gak punya duit loh ya. Tadi tinggal dua ribu gue beliin permen karet. Pas gue makan ternyata isinya karet beneran."
"Goblog."
Mereka lanjut jalan pelan-pelan. Sebenarnya mereka gak peduli mau nyasar kek, yang penting sekarang fokus dulu mikirin cara supaya bisa makan segera. Dengan catatan, gratis.
Sampai di perempatan, mereka ketemu sama warteg yang udah agak reot seperti nasib kedua anak ini. Mereka menghentikan langkah bersamaan, menatap warung kecil yang kayaknya masih buka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The INIKEREABLE 2
Humor[ Baca The INIKEREABLE yang pertama dulu ] "Suk, gue pengen kere aja kalo kek gini." "Gue juga." _____________________ WARNING!! - 13+ - Bahasa non baku - Toxic bertebaran - Typo? Mohon dikoreksi - Jangan baca ini sambil makan/minum. Nanti keselek...