9. Tunangan

1.2K 236 17
                                    

Aku tak pernah mengira, bahwa bahagiaku adalah bagian luka terbesar dari hidupku.”

—Gladys Elfara Jasmika

Note : Pernikahan dini yang di tulis di cerita ini di hilangkan dan di ganti dengan pertunangan, tidak ada ijab kabul!

Hi, sudah siap bertemu dengan Abimanyu?

Pukul/jam berapa kalian baca chapter ini?

Berapa persen antusias kalian saat menerima notif ABIMANYU?

Spam ABIMANYU!!!!

Absen dulu, kuy!!!!

Tak kenal maka Ta'aruf:v

Vote and comment this chapter!!

YANG SIDERS MASUK KUBURAN!

Publish jam 23 : 56 WIB.

Publish jam 23 : 56 WIB

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

9 | Tunangan.

Semilir angin berembus kencang, mengantarkan segala lara yang terkoyak habis di relung hati yang terdalam. Gladys bersimpuh di sebuah pusara dengan nisan yang bertuliskan nama sang ibu. Setiap tetes air mata tak henti-henti jatuh di tanah yang masih basah itu. Gladys tak berdaya, ia tak siap untuk ditinggalkan. Pelukan hangat yang biasanya mengantarkan ketenangan, sekarang Gladys hanya mampu memeluk tanah pusara yang mengantarkan kesakitan yang luar biasa hebatnya.

Prosesi pemakaman ini berlangsung dengan khidmat di siang hari. Segala urusan mengenai pemakaman ini dilakukan oleh Abimanyu dan saudara-saudaranya. Pemakaman ini pun tak bisa menunggu kehadiran orang tuanya yang masih melakukan penerbangan menuju Jakarta.

Tak ada sedikit waktu pun Abimanyu membiarkan Gladys seorang diri. Ia selalu ada di samping gadis itu, meski berkali-kali Gladys harus tak sadarkan diri. Beruntung, ada Alisya yang selalu ada di samping Gladys untuk ikut serta memberikan kekuatan pada sahabatnya.

“Bunda, kenapa ingkar janji sama Gladys? Katanya Bunda mau jemput Gladys, kenapa bunda malah pergi ninggalin Gladys sendirian?”

“Gladys ....” Seorang perempuan paruh baya dengan pakaian serba hitam berlari ke arah Gladys dan memeluk Gladys dengan erat.

Gladys menangis tersedu-sedu di pelukan tantenya yang baru saja tiba. “Bunda ninggalin Gladys, Tante ... Bunda pergi sendirian nggak ajak Gladys.”

“Gladys masih punya Tante. Gladys jangan pernah takut sendirian, ya. Tante akan selalu ada buat Gladys.” Margaret terisak, ia mengusap punggung Gladys dengan lembut.

ABIMANYUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang