4

2.1K 112 1
                                    

***

Farrel berjalan dengan langkah besar memasuki gedung apartemen milik Rasya, tempat satu-satunya pulang selain ke rumah ya kesini.

Sampai di depan pintu apartemen Rasya pria itu menekan bel, namun beberapa kali Farrel menekan bel tidak ada yang membukakan. Ah sial ia lupa tadi siang Rasya bilang ia akan pulang ke rumah orang tuanya.

"Sial" desis Farrel.

Laki-laki itu berjalan gontai hendak kembali keluar dari gedung apartemen, namun saat hampir sampai di lift Ia melirik kamar apartemen di sebelahnya, ia ingat sesuatu, lelaki itu tersenyum kecil lalu mendekati kamar apartemen itu dan memasukkan sandinya otomatis bisa di buka.

Tanpa ragu-ragu Farrel masuk ke dalam ruangan itu, kosong. Sepertinya pemilik apartemen sedang tidak ada, baguslah ia bisa menginap disini semalam.

Farrel tidak membawa apa-apa, ia hanya membawa yang berada di tubuhnya, dan ya seragam sekolah masih melekat di tubuh remaja itu. Farrel menghela nafas panjang pria itu merebahkan tubuhnya di sebuah sofa yang terletak di sana, karena hari sudah menunjukkan pukul 9 malam ia memutuskan untuk langsung tidur mengingat hati esok yang harus kembali ia jalani.

****

Hanif baru saja balik dari rumah Alfi membantu meyakinkan orang tua Alfi untuk ia tetap tinggal dan tidak harus pindah sekolah, semuanya berjalan lancar, Alfi tidak jadi ikut dengan orang tuanya.

Hanif memicingkan matanya melihat sosok manusia yang tertidur terlungkup di sofa ruang tamu apartemen miliknya, ia tidak asing dengan bentuk postur tubuhnya. Lalu pria itu melewati saja hendak ke kamarnya.

Setelah beberapa menit Hanif kembali ke ruang tamu "Hei, bangun" ujarnya menepuk-nepuk pelan punggung lelaki itu.

"Farrel," pangil Hanif.

"Bangun dulu, ganti seragam Lo." ujar Hanif lagi.

Farrel membalikkan tubuhnya, pria itu mengucek matanya lalu perlahan membuka mata, ia ingat sekarang ia di apartemen orang tanpa aba-aba pria itu mendudukkan dirinya.

Farrel berdiri hendak keluar dari apartemen "sorry"ujarnya lalu berjalan keluar dari apartemen milik Hanif.

"Lo mau kemana? Gue gak ngusir"

Farrel berbalik badan "gue gak bilang Lo ngusir, gue mau pulang" sahut Farrel ingin melanjutkan perjalanan ke luar apartemen.

Hanif memutar bola matanya malas lalu melemparkan baju ganti yang sengaja ia ambil untuk Farrel "ganti baju Lo, gak usah banyak gaya kalo gak mau jadi gelandangan" ujar Hanif, ia tahu apa yang terjadi sama lelaki itu.

Farrel menghela nafas panjang lalu melirik pakaian yang tergeletak di lantai dan mengambilnya, ia berbalik "ganti di mana" tanya pria itu dengan polosnya.

Hanif melirik pria itu dari bawah sampai atas, terlihat seperti gelandangan "terserah Lo, di sini juga boleh" sahut Hanif.

"Gue serius"

"Gue juga serius."

Farrel memutar bola matanya malas lalu menendang kaki Hanif setelah nya berlari menjauhi pria itu memasuki asal kamar yang ada di sana.

"Gila lu bege" teriak Hanif mengusap dengkul nya yang ditendang Farrel.

Tidak butuh waktu lama Farrel keluar dari kamar itu menghampiri Hanif dengan mengunakan baju kaos oversize dengan celana selutut, pria itu ikut duduk di sana tanpa ada rasa bersalah telah menendang kaki Hanif.

"Gue laper" kata Farrel mengusap perutnya yang tiba-tiba berbunyi, wajar saja sedari pulang sekolah laki-laki itu belum sempat sarapan tapi udah di usir duluan, nasib, nasib.

"Ikut gue" kata Hanif membuat Farrel mengikuti nya dari belakang, ia membawa Farrel menuju pantri.

"Itu ada mie, Lo masak aja sendiri" perintah Hanif yang sudah duduk di kursi meja makan sementara Farrel cengo di sana.

"Gue tamu, seharusnya Lo siapin"

Hanif berdecih "Lo numpang di sini bukan tamu gue"

Farrel menghembuskan napas kecil seraya duduk di sana "mau marah tapi emang kenyataan" ujar laki-laki itu ngenes "besok gue bakal pergi dari sini, Lo tenang aja" imbuh Farrel sadar diri.

"Gausah di ambil hati, mau Lo tinggal selamanya di sini gue gak keberatan" kata Hanif, barusan ia tidak bermaksud menyinggung Farrel ia hanya bercanda ternyata pria itu menganggap serius.

"Kenapa Lo tiba-tiba baik sama gue?" Tanya Farrel menatap serius pria itu "apa yang Lo harapin dari gue, kalo gue cewek gue maklumin tapi gue cowok" tanya Farrel penasaran.

"Kasihan" balas Hanif singkat lalu berdiri hendak memasak pop mie untuk Farrel.

"Lo masakin buat gue?" Tanya Farrel melihat gerak-gerik Hanif yang sudah merebus air.

"Iya, daripada Lo mati kelaparan di sini. Bisa-bisa angker apartemen gue di gentayangin Lo" sahut Hanif dengan omongan pedihnya.

Farrel merebahkan kepalanya di meja "punya jiwa kemanusiaan juga Lo ternyata" kata Farrel tersenyum kecil. "Tenang aja, besok gue bakal pergi dari apartemen Lo, temen gue kayaknya besok udah balik"

"Tuh di makan" Hanif tidak menggubris ucapan Farrel, ia memberikan pop mie yang ia masak pada Farrel.

Farrel duduk tegap menerima pop mie itu "gak Lo kasih racun, kan?" Tanya Farrel masih mode tidak tahu dirinya.

"Coba aja dulu, kalo Lo mati berati gue kasih racun" sahut Hanif

Farrel menyodorkan mie itu pada Hanif "kasih racun banyak-banyak lebih baik, selera gue gitu sekarang mesti di campur racun" kata Farrel.

"Goblok" desis Hanif, lalu menarik pop mie itu meletakkan di atas meja setelahnya menarik tangan Farrel menjauh dari pantri, sesampainya di ruang tamu Hanif meninggalkan Farrel di sana hendak mengambil jaket dan kunci motor di kamarnya.

"Ayo ikut gue" kata Hanif kembali menarik Farrel ke luar dari apartemen.

***

Sekarang mereka tengah berada di sebuah restoran, Hanif memperhatikan Farrel yang tengah makan di sana, pria itu seperti orang kelaparan tidak makan seminggu, selama beberapa saat Farrel selesai menghabiskan makanannya.

"Udah?" Tanya Hanif.

Farrel menganguk polos "udah"

"Masih pengen mati?"

Farrel diam saja tidak mau menjawab pertanyaan Hanif. Pikirannya terlalu goyah untuk sekarang, bertahan hidup? Ia tidak punya apa-apa sekarang, motor, mobil semua barang-barang nya sudah di ambil orang tuanya bahkan semalam waktu ia hendak ke apartemen Rasya saja itu mengunakan uang nya yang bersisa dua puluh ribu.

"Kalau ada masalah cerita, gausah di pendam"

Farrel menarik nafas dalam-dalam "Lo gak perlu tau, masalah dikasih buat gue gak untuk di bagi-bagi" jawab pria itu.

"Cerita atau gue sendiri yang cari tau?"

"Gak penting, ayo pulang gue ngantuk, besok sekolah takut telat" kata Farrel mengalihkan.

Terdengar helaan nafas dari Hanif, pria itu mengikuti Farrel yang sudah dulu keluar, sebelumnya Hanif sudah meninggalkan uang di atas meja.

Hanif tau apa masalah pria itu, dua tahun terakhir Hanif meminta mata-mata untuk mencari tahu semua tentang Farrel, semuanya berhasil, bahkan sampai detik ini mata-mata nya masih menyelidiki tentang Farrel dan keluarganya, tadi sore ia mendapat rekaman video dari mata-mata nya saat Farrel di usir, meski begitu Hanif ingin tahu semua kejadian tentang Farrel dari pria itu sendiri yang bercerita padanya.

"Gausah ngebut, gue kedinginan" kata Farrel memeluk tubuhnya, pasalnya mereka naik motor di tengah malam begini wajar saja dingin.

"Peluk gue biar gak terlalu dingin" balas Hanif.

Dengan ragu-ragu Farrel melingkarkan tangannya di pinggang pria itu, hingga akhirnya ia memeluk erat Hanif. Di depan sana pria yang tengah mengendarai motor itu menyunggingkan senyuman tipisnya, ada rasa hangat yang mengalir di tubuhnya, askaskakska.

****

TBC.

ketos vs siswa bandelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang