13

1.9K 102 8
                                    

Jangan lupa komenanya yaa biar aku semangat nulisnya

Happy reading^^

Kangen Farrel apa Hanif nih, kiw kiw

****

Sudah seminggu semenjak kejadian itu sekarang Farrel sudah jauh lebih rajin dari biasanya, ia tidak ada lagi cabut saat jam pelajaran bahkan ia mengikuti pelajaran penuh setiap harinya tanpa ada yang ketinggalan.

Sekarang pria itu tengah mengerjakan tugas yang di berikan oleh gurunya sementara Hanif seperti biasa laki-laki itu selalu sibuk dengan laptop nya menyelesaikan pekerjaan kantor.

"Han" pangil Farrel.

"Kenapa, ada yang gak paham?"Tanya Hanif melirik Farrel.

Farrel mengeleng, ia menutup bukunya lalu mendekati Hanif dan duduk di sana "gue boleh nanya banyak gak?" Tanya nya menatap Hanif menunggu persetujuan dari pria itu.

Hanif menutup laptopnya lalu beralih pada Farrel "boleh, Lo mau tanya apa?" Tanya Hanif bersedia menunggu pertanyaan dari Farrel.

Farrel menghela nafasnya "orang tua Lo kemana?" Tanya Farrel yang benar-benar penasaran dengan keluarga Hanif, selama beberapa hari di sini Farrel tidak pernah melihat orang tua Hanif berkunjung ataupun ia menelfon dengan orang tuanya.

Wajah Hanif terlihat berubah, tersimpan kesedihan di sudut mata lelaki itu, sepertinya ada kisah yang pahit di balik semuanya, Farrel yang bertanya jadi merasa bersalah "gue minta maaf, pertanyaan gue salah ya" ujar Farrel dengan wajah polosnya menatap wajah Hanif.

Hanif menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskan nya, mata teduh pria itu menatap mata hitam milik Farrel "orang tua gue udah meninggal"balas Hanif membuat Farrel membulatkan matanya sempurna.

"Beneran, Han. Lo gak becanda?"

"Benar, sudah lama, mama gue meninggal sewaktu habis melahirkan gue karena pendarahan"ujar Hanif menatap ke arah lain "sementara itu papa meninggal dua tahun yang lalu kecelakaan abis pulang dari kantor, sejak saat itu gue jadi manusia sebatang kara, kesepian, gapunya siapa-siapa" ujar Hanif tersenyum kecut.

"Turut berdukacita, Al Fatihah buat orang tua Lo" kata Farrel prihatin mendengar kenyataan dari Hanif "sekarang Lo gak lagi sebatang kara, ada gue yang bakal nemenin Lo" Farrel mengusap punggung pria itu menguatkannya.

"Gue gak yakin, gue rasa sebentar lagi Lo bakal ninggalin gue setelah Lo nemuin kekasih mungkin" kata Hanif mengedikkan bahunya.

"Gue gak inkar janji, percaya aja gue bakal nemenin Lo di sini, bahkan gue rasa lebih menyedihkan hidup gue daripada Lo, dimana kedua orang tua gue masih ada tapi dia lebih memilih anak angkatnya di bandingkan gue yang anak kandungnya" kata Farrel.

"Kenapa orang tua Lo bisa ngusir?"

"Lo udah tau semua tentang gue, gaperlu gue kasih tau."

"Gue pengen denger Lo cerita"

Terdengar helaan nafas dari Farrel "dulu semenjak gue kecil orang tua gue sudah ngajarin ke gua apa itu dunia bisnis, saat gue masih kelas lima Sd, nilai belajar gue gak boleh sampai ada yang turun, bahkan tugas sekolah aja jika kedapatan nilai di bawah 95 gue bakal di marahin abis-abisan, dan ya gue waktu itu nurut aja gak berani ngelawan, apa-apa yang di perintah papa gue lakuin tapi setelah berjalannya waktu gue makin dewasa dong, gue udah makin ngerti sama semuanya, dan Lo tau di setiap pencapaian gue, gak ada tuh pujian dari mereka, yang ada mereka bilang 'baru segitu jangan terlalu bahagia kamu contoh Alfa dia menangnya internasional gak akan bisa kamu nyaingi dia,' sering banget gue di bilang gitu, terus dari awal SMP kelas dua gue mulai sadar ngapain gue terlalu ngikutin kemauan orang tua gue yang ngotot nanti gue harus jadi pembisnis seperti dia sementara gue punya cita-cita, dan akhirnya di saat gue SMA gue mulai nakal, gak mau di atur gak peduliin orang tua gue yang mau marah-marah atau mukulin gue, yang penting gue bebas ngelakuin apa-apa gak belajar terus, yang gak ada harganya di mata orang tua gue, syukurnya gue punya teman-teman yang bisa ngertiin kondisi gue, ya akhirnya kita bertiga terjerumus ke jalan yang salah" ujar Farrel panjang lebar, sementara Hanif benar-benar menyimak di setiap ucapan pria itu.

"Dan gue gak nyesel sekalipun berteman sama teman-teman gue biarpun mereka semua sesad, tapi Lo tau mereka itu tulus, care sama gue, gak pernah jatuhin mental, walaupun terkadang candaannya gak ngotak tapi gue gak pernah bawa-bawa perasaan, karena gue tau mereka peduli sama gue, dan lo liat aja waktu mereka ke sini marah-marah gak jelas" Farrel tertawa mengingat kekonyolan teman-temannya.

"Cita-cita Lo apa?" Tanya Hanif.

"Gue cerita sepanjang itu yang Lo simak cuma cita-cita?"Tanya Farrel.

"Gue simak semuanya, tapi gue penasaran sama cita-cita Lo, jadi apa cita-cita Lo?" Tanya Hanif.

"Hem gue pengen jadi pilot, tapi orang tua gue gak pernah dukung malah nyuruh gue kubur jauh-jauh cita-cita gue, katanya di keluarga gue sebagai penerus perusahaan, harus jadi pengusaha semua, tapi gue gak mau, kalo Lo apa?"

"Gue pengen lanjutin jejak papa, jadi pembisnis" balas Hanif.

"Kayaknya yang cocok jadi anak papa gue elo deh bukan gue"kekeh Farrel mengingat papanya sangat terobsesi agar ia jadi penerus bisnis papanya.

"Gue mau nanya satu lagi, sejak kapan Lo suka sama gue" tanya Farrel melirik Hanif sementara pria itu memalingkan wajahnya ke lain arah.

"Gak perlu tau"

"Ayolah, gue pengen tau"

"Gak penting, Lo aja gak peduli sama perasaan gue" kata Hanif.

"Siapa bilang? Gue peduli buktinya gue gak ilfil sama Lo"balas Farrel.

"Gue justru peduli sama perasaan Lo, gue ngehargain perasaan Lo makanya gue gak ngejauhin Lo, gue sadar kita gak bisa ngelarang siapapun buat suka sama kita, gue gak tau alasan Lo kenapa suka sama gue, itu hak Lo buat jatuh cinta sama orang lain, tapi kalo untuk balas gue minta maaf kalo untuk sekarang gue gak bisa" kata Farrel melirik Hanif yang tengah memperhatikannya.

"Berati nanti Lo bisa balas perasaan gue?"

"Gak pasti"

"Gue percaya nanti pasti Lo bakal cinta gue juga"

"Jangan berharap lebih. Karena gak semua yang sudah sama bisa bersatu dan yang beda bakal berpisah, ada kalanya yang sama tidak bisa bersatu contohnya kita, kita gak bisa bersatu karena memiliki kesamaan, yaitu sama-sama satu gender." Ujar Farrel mendalam membuat Hanif terdiam.

"Kenapa, Kenapa tuhan tidak membatasi perasaan manusia? Laki-laki hanya bisa cinta sama perempuan tidak dengan sesama jenisnya, kenapa?"Kata Hanif.

"Karena Tuhan percaya, hambanya bisa mengontrol nafsunya untuk menahan diri dari godaan agar tidak terjerumus ke jalan yang sesad, bahkan berhubungan tanpa ikatan dengan lawan jenis saja berdosa apalagi sesama jenis, gue yakin Lo bisa kembali ke jalannya."

"Tapi kalo semisalnya gue berhasil bawa Lo ke jalan yang salah, gimana?"

"Gue gak tau, lo kebanyakan sesad susah gue kalo sama Lo" ujar Farrel jengah dengan pria itu yang tidak mau di nasehati.

"Gue mau Lo"

Farrel memutar bola matanya malas "sesesad-sesadnya teman-teman gue lebih sesad Lo, Han. Bisa-bisanya ngajak gue belok, Lo emang sakit jiwa" kesal Farrel mengatai Hanif.

"Lo tau gak sih, hubungan sesama jenis gak di bolehin tuhan sama negara, percuma ngejalaninnya gak bakalan bisa bersatu, sama aja cari penyakit ngejalaninnya, berpisah itu gak enak biarpun secara baik-baik"kata Farrel.

"Kita yang jalanin, kita yang punya hidup, kita bisa bersama, bahkan tanpa ada kata pisah, kita bisa. Tidak hanya hubungan beda jenis saja yang bisa bersama kita juga bisa, hidup kita yang nentuin" balas Hanif tetap kekeh.

"Kenyataannya tuhan yang punya kuasa"

Hanif bungkam, "kita punya beribu-ribu keinginan, bahkan kita bisa berekspektasi jauh lebih indah di kehidupan ke depannya tapi balik lagi, tuhan yang punya kuasa, tuhan yang mengatur semuanya" Farrel menghela nafas panjang.

"Gue mau keluar sebentar"

****

TBC.

ketos vs siswa bandelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang