17

1.6K 100 7
                                    

Jangan lupa komennya ya guyss biar semangat nulisnya, maaciw><

****

Benar saja mereka datang terlambat, di sebuah meja yang sudah sengaja di pesan terlihat dua orang pria remaja dan dewasa tengah duduk. Hanif menuju meja tersebut dengan Farrel yang mengikutinya dari belakang.

"Maaf saya terlambat, tadi ada kendala di jalan, karena macet"ujar Hanif

"Iya tidak masalah pak, silahkan duduk"

Farrel yang tadi fokus pada ponselnya menoleh ke asal suara, tidak asing baginya suara itu. Sontak Farrel di buat kaget dengan dua orang di depannya begitupun mereka, Farrel mengenakan topi dengan kaca mata Hitam milik Hanif wajar jika mereka awalnya tidak mengenali Farrel ditambah pria itu sedari tadi melihat ponselnya.

"Duduk, Rel." Suruh Hanif melirik Farrel yang sudah tegang di sana begitupun orangtuanya.

"Ah iya" Farrel duduk di sebelah Hanif.

"Oh iya, kenalkan ini teman saya, Farrel"kata Hanif memperkenalkan Farrel, pria itu sengaja, dia juga penasaran bagaimana nanti tanggapan orang tua Farrel melihat pria itu.

"Oh iya" balas Gibran.

"Gue nunggu di mobil Lo aja" bisik Farrel pada Hanif.

Hanif mengeleng "tunggu di sini aja, atau Lo mau pesan apa? Pesan aja sepuas Lo" balas Hanif lantang seraya tersenyum pada Farrel

"Farrel"panggil Alif membuat Farrel menghadap pria itu

"Ya?"

"Lo apa kabar?" Tanya Alif dengan tampang tanpa bersalahnya, padahal karena kehadirannya kehidupan Farrel jadi berubah, apa-apa di bandingkan dengan Alif yang lebih berprestasi dibanding dia.

Farrel tersenyum lebar "seperti yang Lo lihat, gua baik-baik aja, gue gak jadi gelandangan, bahkan sekarang gue ngerasain hidup punya gue, gak ada paksaan gak ada tuntutan, bahagia banget gue sekarang"kata Farrel menyombongkan, tidak peduli gimana reaksi papanya nanti.

"Kamu tinggal di mana?"Kini Gibran yang bertanya.

"Yang jelas tidak di rumah Anda" sahut Farrel tak acuh pada pria paruh baya itu.

"Saya serius"

"Apa peduli anda dengan saya?"

Gibran tertawa mengejek "saya yakin kamu pasti bergantung pada Hanif, emang kenyataannya hidup Anda menyusahkan orang lain, lihat nak Hanif masih remaja sudah hebat dalam dunia perbisnisan, sementara anda? Hanya bisa bergantung pada orang lain" kata Gibran mencemooh anak kandungnya yang sudah ia usir dari rumah.

"Ya bukan salah saya juga sih" sahut Farrel "yang salah kan Anda, kalo bukan anda yang memulai mungkin saya tidak ada di dunia ini"balas Farrel tertawa remeh.

"Dasar anak tidak tau diri"

"Udah pa"kata Alif menahan Gibran agar tidak tersulut emosi.

"Bukan saya yang tidak tahu diri tapi anda yang hanya mementingkan diri sendiri, tidak mengerti orang lain, sudahlah saya kan sudah tidak bergantung pada anda lagi" kata Farrel ingin menyudahi perdebatan yang tidak berguna ini.

"Saya menyesal punya anak seperti kamu"

"Kalo dibilang begitu saya lebih menyesal lahir dari keluarga aneh seperti keluarga Anda, dimana anak kandung di buang anak pungut di sayang-sayang, rada-rada error" kekeh Farrel mengejek papanya.

"Yang sopan Anda!" tiba-tiba saja tangan kekar Gibran mendarat di pipi mulus Farrel membuat pria itu meringis kecil seraya memegang pipinya yang terasa panas.

Hanif yang sedari tadi mendengarkan perdebatan anak dengan orangtuanya itu sekarang tidak bisa diam melihat Farrel di tampar "jangan kasar anda!" Kata Hanif, sedari tadi saat Gibran menampar pipi Farrel mereka menjadi pusat perhatian.

"Bukanya waktu itu anda bilang jika Anda hanya punya satu anak dan itu dia" tunjuk Hanif pada Alif.

"Kamu tidak tahu jadi tidak usah ikut campur, ini urusan pribadi saya bukan urusan pekerjaan."

Hanif tertawa renyah "semenjak anda membuang dia semua yang berhubungan dengan dia adalah urusan saya, maupun anda papa kandungnya. Lihat saja nanti apa yang akan saya perbuat terhadap perusahaan anda"kata Hanif lantang.

"Ayo kita pulang" kata Hanif pada Farrel.

****

"Pipi Lo masih sakit gak" tanya Hanif pada Farrel yang berbaring di atas sofa, sebelumnya Hanif sudah mengompres pipi Farrel.

"Lebay Lo, gini doang gak berasa" balas Farrel

"Tadi aja Lo kesakitan waktu gue kompres"

"Lo nya aja yang kekencengan ngompresnya yaiyalah sakit"ketus Farrel.

"Oh iya, tentang ancaman Lo sama perusahaan Papa gue"kata Farrel melirik Hanif "jangan di lakuin, kasihan kalo mama gue jadi susah, kalo papa gue sih terserah mau jadi gelandangan gue gak peduli tapi kalo mama gue gak bisa, gak tega gue liat mama" ujar Farrel.

Hanif menimang-nimang permintaan Farrel. Pria itu menghela nafasnya "yaudah, gue bakal lanjutin kerja sama dengan perusahaan papa Lo, gue lakuin itu demi Lo" kata Hanif.

"Makasih"

"Minggu depan gue mau ke luar kota, ada pekerjaan yang mengharuskan gue pergi" kata Hanif "Lo mau ikut atau disini aja?" Tanya Hanif menoleh pada Farrel menunggu jawaban pria itu.

"Kayaknya Lo butuh semangat dari gue jadi yaudah gue ikut Lo" balas Farrel membuat Hanif tersenyum simpul, bisa saja pria itu membuat alasan padahal aslinya karena malas pergi ke sekolah.

"Tapi Lo tetap belajar, daring." Kata Hanif "karena kita nanti dua Minggu di sana gak mungkin selama itu gak belajar" ujar Hanif lagi.

"Gapapa deh sekalian liburan"

"Lo mau gue beliin motor?" Tanya Hanif tiba-tiba

"Gausah"

"Kenapa? Bukanya Lo butuh buat pergi-pergi ke tempat teman Lo"

"Kan ada motor Lo"

"Tapi kadang gue juga makai, nanti motor Lo bakal datang" kata Hanif

"Gausah gue bilang, yang ada gue bikin Lo repot terus" tolak Farrel, sudah cukup ia merepotkan Hanif bisa hidup di sini dan di jamin sekolahnya, Farrel tidak butuh fasilitas dari Hanif yang hanya akan merepotkan pria itu.

"Gue gak merasa di repotkan, selagi gue bisa bantu Lo gue bakal bantu" balas Hanif.

Farrel menghembuskan nafas berat, pria itu susah sekali dilarang jika sudah iya tidak akan berubah jadi tidak membuat Farrel makin merasa jadi beban untuk Hanif.

"Lo istirahat aja gue mau pergi keluar sebentar, ada yang perlu di urus buat nanti keberangkatan kita ke luar kota" kata Hanif berdiri melirik Farrel yang tengah rebahan "Lo mau nitip sesuatu nanti pas gue pulang?" Tanya lelaki itu.

"Beliin gue rokok ya, udah beberapa hari ini gue gak ngerokok" kata Farrel.

"Gak"

"Yaudah gausah"

"Gue gak ngizinin Lo ngerokok" kata Hanif

"Ngapain Lo ngelarang gue?"

"Lo tanggung jawab gue, gak bakal gue biarin Lo sakit gara-gara ngerokok."sahut Hanif.

Farrel memutar bola matanya malas "lebay banget Lo, cuma ngerokok gak bikin gue mati" sahut Farrel.

"Iya gak bikin mati tapi bikin Lo penyakitan!"

"Terserah Lo, sana Lo pergi"usir Farrel.

"Yaudah gue pergi bentar, jangan kangen"kata Hanif pergi keluar meninggalkan Farrel sendirian di kamar.

Sementara pria itu senyum-senyum sendiri dibuatnya "tolol banget gue anjir" ujar pria itu mengusap wajahnya.

***

bau bau ada yang jatuh cinta nih kiwkiw

Suka gak guyss??

ketos vs siswa bandelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang