Part 8

276 31 3
                                    

Kim Junkyu diam, mengerucutkan bibir, pun Haruto yang memilih bisu selama perjalanan. Kedua orang itu merasa kesal pada satu sama lain dengan alasan berbeda.

"Kenapa berhenti di sini?" Junkyu berujar ketus tanpa repot melirik Haruto di depan kemudi. Tatapannya lurus melihat mobil yang terparkir berjejer melalui jendela.

Mereka berhenti di sebuah pusat perbelanjaan yang membuat Junkyu menautkan alis. Karena menolak bicara atas dasar insiden malam lalu, Junkyu belum mengetahui tujuan Haruto yang tiba-tiba menjemputnya lantas bersikap acuh setelah itu. Sempat terpikir jika alasan Haruto mengacuhkannya karena dia menangkap basah dirinya dan Sunoo berpelukan, tapi tidak mungkin, bukankah Junkyu sudah menjelaskan siapa Sunoo waktu itu.

Tidak mendengar jawaban, meski kesal akhirnya Junkyu mengalah dan melirik pria yang baru saja mematikan mesin mobil melalui ekor mata. Wajah tegas Haruto tidak menunjukkan ekspresi berarti, hal itu mengingatkan Junkyu pada Haruto ketika mereka pertama kali dekat. Wajah antipati yang seringkali si tuan muda pasang ketika bersamanya.

Mengabaikan Junkyu sepenuhnya, Haruto keluar dari mobil tanpa berucap sepatah kata. Menggenggam kunci mobil erat, si tuan muda menahan sekuat tenaga agar kakinya tidak berjalan menghentak. Bayangan Junkyu yang berpelukan mesra dengan Kim Sunoo tidak dapat enyah dari benaknya, membuat Haruto kian merasa tidak suka dan berpikir harus menjauhkan makhluk bernama Sunoo itu dari Junkyu entah apapun jenis hubungan mereka.

Di belakang Haruto, Junkyu berjalan cepat guna menyamakan langkah, naas langkah lebar Haruto sedikit membuatnya kewalahan untuk bisa menyusul.

"Aish, berjalanlah lebih pelan!" seru Junkyu kesal.

Banyak pasang mata yang melihat mereka penuh kekaguman, terutama para wanita yang fokusnya tertuju langsung pada Haruto. Di hari yang panas, penampilan penuh karisma si tuan muda serta wajah yang terukir apik bagaikan oase di padang pasir. Semua wanita yang melihatnya mengakui itu. Beberapa dari mereka bahkan memotret sosok Haruto diam-diam atau silih berbisik satu sama lain dengan wajah tersipu.

"Ommo, lihat itu, dia sangat tampan!"

"Menurutmu siapa dia? Auranya sangat tidak main-main, aku yang berada jauh darinya bahkan merinding."

"Pesonanya luar biasa."

"Apa dia seorang aktor? Kau pernah melihatnya di tv?"

"Ugh, kenapa aku baru tahu ada orang setampan itu di dunia ini!"

"Setelan yang dia pakai sepertinya sangat mahal. Aku membayangkan jika dia adalah CEO muda tampan yang dingin namun romantis."

"Kau terlalu banyak membaca novel roman."

Kim Junkyu melirik sekeliling. Telinganya seolah meruncing mendengar banyak desas desus sementara pandangan semua orang tertuju pada mereka berdua. Junkyu merupakan orang yang sangat peka terhadap pujian, mendengar banyak orang berkata-kata manis  —yang dia pikir tertuju padanya, daun telinga Junkyu perlahan di rambati warna merah. Junkyu menunduk, menahan senyum, laju kakinya ia percepat demi menyamakan langkah bersama Haruto yang acuh menghadapi semua kekaguman.

"Kau masih mau mengacuhkanku?" bisik Junkyu setelah berhasil menyusul si tuan muda. "Kau tidak lihat semua perempuan yang mengagumiku? Aku mungkin akan menghampiri salah satu dari mereka dan mengajaknya kencan kalau sikapmu masih acuh."

Di telinga Haruto suara Junkyu terdengar seperti bocah yang tengah merajuk. Dia hampir tertawa mendengar kepercayaan diri Junkyu yang begitu tinggi. Si tuan muda meliriknya sekilas, lantas beralih mengedar pandang tuk memastikan ucapan Junkyu benar adanya. Ya, memang banyak wanita yang melirik mereka malu-malu, namun Haruto sangat sadar mereka begitu karena melihatnya bukan Junkyu.

It's All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang