This is Just Fanfiction!
***
Pada jam makan malam Doyoung baru saja kembali. Ekspresinya kusam setelah melewati hari yang sibuk apalagi resital pianonya sebentar lagi akan diadakan, berkat hal itu hari-hari Doyoung belakangan ini penuh dengan berlatih untuk menyempurnakan kemampuannya.
"Eomma, ada apa dengan bocah itu?" adalah pertanyaan Doyoung ketika memasuki rumah dan mendapati sosok Junkyu yang keluar dari karakter.
"Sebut saudaramu dengan lebih hormat!" peringat nyonya Kim, spontan memukul bahu Doyoung keras mendengar sebutan asalnya untuk Junkyu.
Berdecak, Doyoung lantas mengambil posisi pada sofa di sebelah Junkyu yang memiliki tatapan kosong sembari memeluk kakinya yang ditekuk. Kening Doyoung berkerut tipis, heran, pasalnya Junkyu sangat jarang memiliki sikap pasif dan menjadi pendiam.
Doyoung menggeliat, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku lantas mengambil posisi untuk tidur sembari dengan sangat sengaja menendang Kim Junkyu jatuh dari ujung sofa.
"Yak!" sentak Junkyu ketika merasakan pantatnya mendarat keras di atas lantai. Lamunannya belum usai, namun Kim Doyoung si saudara berandalan itu tanpa etika malah menyadarkannya dengan cara anti belas kasih. Sepertinya Junkyu harus lebih sering meminta kepada Tuhan agar di kehidupan selanjutnya dia dijauhkan dari manusia bermental antagonis bernama Kim Doyoung. Bila perlu, di kehidupan selanjutnya Junkyu akan menendang Doyoung jauh keluar dari rahim yang sama dengannya jika saja Tuhan tidak mendengar permintaannya.
Doyoung sama sekali tidak menghiraukan sorot tajam Junkyu yang seolah siap memakannya hidup-hidup. Pemuda itu mengangkat sebelah tangannya menutupi mata, mengibaskan sebelah tangan lainnya guna mengusir Junkyu yang mengepalkan tinjunya gemas di udara. "Jangan menggangguku, aku lelah," ujarnya datar merangsang emosi Junkyu naik ke level tertinggi.
"Kau pikir hanya kau yang seharian ini bekerja!" dengkus Junkyu mengerucutkan bibir.
Kim Junkyu meraih bantalan sofa dari bawah kaki Doyoung yang tengah telentang, memeluknya sebelum memposisikan dirinya telentang di atas tubuh Doyoung yang lebih besar darinya karena perbedaan masa otot. Sementara Doyoung diam karena dirinya benar-benar lelah untuk mendebat Junkyu, lagipula berat badan Junkyu bukanlah masalah untuk dia tanggung.
Nyonya Kim yang sekilas melihatnya hanya mampu menggelengkan kepala, lantas kembali pada kesibukannya memasak. Tanpa terasa kedua putranya kini telah tumbuh dewasa, dulu tidak ada yang mampu membuat mereka diam ketika sudah mulai berkelahi. Namun kini, pekerjaan dan permasalahan orang dewasa sudah mampu membuat keduanya melunturkan minat pada perselisihan kecil yang biasanya membuat mereka berdebat hebat.
Mereka sudah dewasa. Sedikit demi sedikit intensitas perdebatan mereka berkurang seiring keduanya tumbuh. meski suasana terasa lebih tenang dan kondusif, setitik rasa takut tumbuh di hati nyonya Kim. Kedua putranya sudah besar dan mungkin tidak akan lama lagi rumahnya akan benar-benar sepi ketika suatu hari Junkyu maupun Doyoung memiliki keluarganya masing-masing.
"Doyoung-a..." suara Junkyu pelan, setengah merajuk. Matanya memandang hampa ke arah langit-langit. "Haruto mengajakku bertemu keluarganya."
Doyoung sedikit mengernyit meski masih memejamkan mata. "Bukankah kau bahkan sudah pernah menginap di rumahnya?" balasnya bernada malas.
"Ini berbeda ... Kali ini Haruto mengajakku ke Jepang untuk bertemu keluarga besarnya." Junkyu mencebik.
"Dia— apa?!"
Informasi yang Junkyu paparkan akhirnya berhasil meraih atensi Doyoung sepenuhnya. Pemuda itu refleks bangkit duduk sedangkan Junkyu menggelinding jatuh untuk kedua kalinya dengan rasa sakit berkali lipat, karena kini tidak hanya pantatnya, namun seluruh tubuh bagian depannya dengan telak mencium lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's All About Us
Fanfiction[ Boys Love Area ] *** Judul sebelumnya; it's okay that's friendship 2