Part 1

534 48 8
                                    

Pandangan Junkyu mengedar, menikmati dekorasi mewah nan apik yang menghiasi ballroom hotel bintang lima tempat di adakannya pesta pertunangan Park Jeongwoo. Tamu-tamu berpenampilan rapi dengan stelan dan gaun, mereka memiliki gelas di tangan masing-masing. Mendengungkan perbincangan seputar bisnis, keluarga, dan anak kebanggaan. Omong kosong, jika itu Doyoung dia pasti berkomentar seperti itu.

"Omong kosong, tempat ini lebih seperti ajang unjuk diri dibanding pesta pertunangan."

Kim Junkyu yang malam ini tampil menawan dengan stelan kasual berwarna biru terkekeh pelan, pemikirannya tentang Doyoung tidak pernah meleset. Saudaranya itu memiliki ekspresi berat, nampak sekali jika Doyoung keberatan untuk hadir.

"Lihat, bola-bola coklat ini sangat enak!" Junkyu memenuhi mulutnya dengan makanan yang di maksud, tidak ada hal lain yang membuatnya betah di sebuah pesta kecuali makanannya. Dia tampaknya tidak keberatan dianggap penunggu meja prasmanan.

Berdecak, Doyoung meraih segelas champagne dari baki pelayan yang lewat. "Memalukan," cibirnya sinis.

Junkyu mengedik tak peduli, dia kesulitan membalas ucapan Doyoung karena pipinya membulat penuh. Matanya seolah bercahaya saat tidak sengaja menyinggung wujud potongan cake yang memiliki lelehan keju di tengahnya. Ah, berada di tengah pesta adalah surga.

"Halo, Dokter Kim!"

Sapaan penuh semangat itu muncul dari Hyunsuk, Yedam serta Mashiho mengekori pemuda itu di belakang. Mereka mengenakan stelan resmi yang menonjolkan kedewasaan ketiganya.

"Hyun-" terjeda, Junkyu menepuk lengan atas Doyoung kencang, meminta bantuan saat merasakan bulatan kacang yang menjadi isian bola coklat tersangkut di tenggorokan.

"Aish, apa kau tidak bisa tampil lebih konyol lagi!" gerutu Doyoung, mengambilkan segelas jus.

Junkyu menandaskan minumannya. Matanya berkaca-kaca, kedua pipinya dihiasi rona merah, bukan karena malu melainkan merasa tersiksa beberapa saat lalu. "Doyoung-a, aku hampir mati," ujarnya dramatis, meraup oksigen rakus.

"Kim Junkyu, kau sama sekali tidak berubah." Hyunsuk tergelak begitu menghampiri kedua pemuda kembar yang memiliki perbedaan bagai langit dan bumi. Yedam juga tertawa, sementara Mashiho hanya menunjukkan senyum kecil.

"Hyunsuk, Yedam, Mashiho, lihat kalian bertiga. Wah ... Kalian sepertinya sudah sukses sekarang!" seru Junkyu semangat setelah berhasil mengatasi efek insiden.

Hyunsuk berdehem, membusungkan dada berbangga diri. "Aku adalah pengacara yang sudah memenangkan banyak kasus." dia menarik sebuah kartu nama dari dalam saku jas, dan Kim Junkyu menerimanya dengan binar bahagia. "Hubungi aku kapan saja jika kau perlu bantuan atau sekedar berkonsultasi."

"Daebak!" kartu nama Hyunsuk ia acungkan tinggi sebelum beralih atensi pada Yedam dan Masiho. "Bagaimana dengan kalian berdua?" Junkyu cukup penasaran. Sudah lama mereka tidak berkirim kabar, sehingga tidak tahu akan keadaan masing-masing.

Yedam mengerutkan hidung. "Aku produser musik," akunya terdengar kurang percaya diri, padahal namanya cukup hits di industri itu. Jika bukan berbakat, maka kata jenius layak di sematkan padanya.

"Aku meneruskan bisnis ayahku, itu tidak terlalu membanggakan, benar, kan?" ekspresi Mashiho selalu berbanding terbalik dengan ucapannya, untung saja Junkyu terbiasa jika tidak dia mungkin akan berpikir Mashiho adalah orang sombong.

"Yak, jangan merendah sialan. Setiap wanita yang ku kencani selalu memilih menghabiskan isi rekeningku di pusat perbelanjaan yang kau miliki. Menurutmu berapa banyak uangku yang sudah kau timbun!" Hyunsuk berujar tak terima.

It's All About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang