Jadi?

4K 158 23
                                    

Beb dia vote ya.
Seelamat membaca












Pagi ini Tasya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ia kembali mematut tampilan di cermin kecil yang ada di kamar gadis itu.

"Selesai" tukas Tasya setelah memakai kacamata bulatnya.

Dengan rambut yang dikucir kuda serta seragam sekolah yang sedikit kebesaran membuat Tasya benar-benar tak menarik.

Wajah mulus tanpa make-up. Hanya bibir mungilnya saja yang ia tambahan sedikit liptint.

Gadis itu dengan penuh semangat memulai harinya. Dimulai dari menyantap telur mata sapi dan nasi putih yang masih tersedia di rumahnya.

Usai sarapan Tasya mencangklok tas sekolahnya dan mengunci pintu rumah.

Uang yang semakin menipis tentu membuat gadis itu tidak perlu berpikir dua kali untuk berjalan kaki menuju sekolah.

Tasya mengelap dahinya yang mulai dibanjiri keringat. Jarak rumah dan sekolah nya cukup jauh. Jika berjalan kaki menempuh waktu sekitar 20 menit.

"Hitung-hitung olahraga" batinnya   menyemangati.

________

"HAH! HAH! HAH!" Desahan napas kasar Anastasya yang baru saja lolos dari gerbang sekolah yang akan di tutup

Gadis itu menatap ramah satpam sekolah yang masih mau menunggu ia berlari sebelum gerbang tertutup rapat

"Makasih Pak" ujar Tasya sopan.

"Sama-sama neng. Buruan atuh kekelas sebelum bel" pinta Pak satpam

"Iya Pak" setelah mengatakan itu, Tasya berjalan setengah berlari untuk sampai ke kelasnya yang ada di bagian sudut sekolah.

Ia sempat berdecak karena harus melewati wilayah anak IPA agar sampai ke jurusan IPS.

Brak

Sudah Tasya duga, ia tak mungkin semudah itu bisa sampai ke kelasnya.  2 tahun di bully membuat Tasya mulai terbiasa dan pasrah.

Baru saja kakinya di jegal oleh pria tengil bernama Damian. Tasya ingat jelas nama dari pria ini karena Damian salah satu orang yang cukup sering mem-bully-nya.

"UPS... Sorry s.e.n.g.a.j.a" tukas pria itu dengan tampang mencemooh.

"HAHAHA...." Disambut gelak tawa dari teman-teman pria itu.

"Iu.... Dekil banget sih Lo! Pagi-pagi udah bau keringat. Jelas banget ya dari kaum bawah." Cetus perempuan berambut ombre yang pakaian nya cukup ketat.

"Hahaha...cewek cupu jelek! Lo itu ga pantas sekolah disini! Buru deh Lo angkat kaki dari sini" sahut salah satu wanita yang ada disana

Tasya sudah bangkit berdiri. Menepuk-nepuk rok bagian belakangnya dan merapikan letak kacamatanya.

Lalu berseru " Aduh, maaf ya Tasya udah telat. Tasya pamit ke kelas ya"

"Heh! Mau kem-". " Sial! Gadis cupu itu sudah ngacir deluan" batin gadis berambut ombre tadi.

___________

"HAH...... Akhirnya bisa juga lolos dari mereka." Monolog Tasya bersyukur bisa bebas dari para pembully tadi.

Ceklek

Kelas yang tadinya ricuh kini hening saat pintu kelas nya di buka.

"ANJING! GUA PIKIR GURU ASU! SIALAN LO CUPU" bentak pria yang tadinya sedang asik menyalin PR nya.

"HU... CUPU BABI! NGAPAIN SIH LO HARUS MASUK?! NYUSAHIN KELAS KITA AJA" Sahut  Karl si biang onar kelas.

Lontaran kasar dan pedas di lemparkan ke Tasya. Namun seberapa tegarnya dia, itu tak bisa menutup hati kecilnya yang kembali tergores akibat perlakuan teman-teman nya.

GALAKSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang