Bunuh diri?

4.9K 277 76
                                    


Part ini agak panjang. Semoga ga bosan😌😌







Kematian sang ibu membuat Anastasya Galvani benar-benar hancur. Satu-satunya orang yang menjadi pusat hidup Tasya.  Alasan Tasya tetap bertahan di tengah perihnya kehidupan yang dihadapinya.

Masalah menghampirinya secara bertubi-tubi. Mulai dari dirinya sebagai target bully, diperkosa dan yang paling parah ibunya meninggal.

Acara pemakaman baru saja selesai. Tasya masih bersimpuh menangisi makam ibunya.

Wanita itu ditemani oleh Rara. Tasya hanya bisa menghubungi Rara karena hanya gadis itu yang Tasya kenal. Tasya tak punya keluarga lagi selain sang ibu. Karena ibu dan ayahnya sama-sama anak tunggal.

"Lo harus kuat Sya. Ikhlasin Tante Zara biar dia tenang di sana" ujar Rara memeluk tubuh ringkih Tasya sahabatnya.

"Sakit Ra! Hiks hiks Tasya ga punya siapa-siapa lagi Ra! Ibu udah pergi! Ibu udah ga ada" tangis Tasya histeris.

Rara tak kuat lagi. Gadis itu mengeratkan pelukannya. Ikut menangis bersama sahabatnya.

Tasya sekarang telah menjadi yatim piatu. Hidupnya sebatang kara sekarang.

"Hiks hiks.. Sya... Pulang yuk. Kita ke rumah gue ya" ajak Rara yang mulai tenang dengan suara sumbang.

Tasya menggeleng. Wanita itu menolak ajakan Rara. Langit mulai mendung. Seolah tau keadaan hati Tasya yang sedang hancur.

"Rara pulang aja ya. Tasya masih mau disini sebentar lagi. Gapapa kok. Tasya tahu pasti orang tua Rara udah nyariin Rara kan?" Tukas Tasya dengan serak karena kebanyakan menangis.

Sebenarnya Rara tak tega meninggalkan Tasya sendirian namun ia juga tak mau orang tuanya khawatir.

"Maaf gue ga bisa nemanin lo" tutur Rara tak enak hati.

"Gapapa Rara. Malah Tasya mau bilang banyak terimakasih udah bantu Tasya ngurus pemakaman Ibu" jawab Wanita itu tersenyum getir.

Rara maju dan memeluk erat tubuh Tasya seolah memberi kekuatan.

"Gue pulang Sya. Lo jangan lama-lama ya" pamit Rara lalu mulai menjauhi wanita itu.

Pertahanan Tasya runtuh. Tangis sebenarnya pecah begitu saja. Wanita itu menangis tersedu-sedu di atas makam sang ibu.

Kehilangan seorang ibu benar-benar membuat siapapun tahu bahwa hancurnya hati seorang anak tak bisa dijelaskan. Seolah sebagian hidup berhenti. Karena tanpa seorang ibu, anak tidak akan bisa apa-apa.

"IBU...... TASYA GA KUAT IBU... HIKS HIKS, SAKIT BU... SAKIT.... TASYA PENGEN IKUT IBU..." Teriak Tasya disertai tangis histeris

"Hiks hiks... Kenapa semua masalah seolah menyerang hidup Tasya doang. Apa salah Tasya , Bu? APA?!"

"Tasya capek Bu... Tasya ikut ibu aja ya... Hiks hiks " ujarnya parau.

Langit yang mulai gelap membuat wanita itu beranjak dari makam sang ibu. Berdiri dan menatap sendu kearah batu nisan yang bertuliskan nama Zara.

"Tasya pulang Bu... Tasya ga tau bakal kuat atau enggak. Tapi yang jelas sekarang Tasya ga bisa mikir hal baik" setelah mengatakan itu,  Tasya mencium nisan sang ibu lalu pergi meninggalkan pemakaman umum.

____________

Tubuh Tasya basah kuyup karena derasnya curah hujan. Ia berjalan tak tentu arah. Tak ada niat kembali ke rumah. Yang Tasya pikirkan sekarang hanya ingin ketenangan.

Membiarkan air hujan menerpa dirinya, Tasya menapaki jalan sepi dengan Isak tangis. Gelapnya langit yang sudah malam dan suara petir yang selalu menyambar tak membuat Tasya takut.

GALAKSYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang