Part 3

1.7K 117 0
                                    

Tok tok tok!

Karena ruang kerja Xavier kedap suara, setelah Naomi mengetuk pintu, dia langsung masuk tanpa dibukakan pintu dari dalam.

Xavier menoleh ke arah pintu yang terbuka, Xavier tersenyum melihat putrinya datang menghampiri hanya saja dia menormalkan ekspresi dia saat dia melihat kehadiran Velyn.

"Ada apa sayang?" tanya Xavier ke Naomi dan pandangan dia tidak lari dari Velyn.

Velyn yang ditatap seperti itu, dia tidak takut. Dia malah biasa melihat tatapan mengintimidasi atau membunuh sekali pun, apalagi dia sering tawuran mana takut.

Naomi tidak menjawab, dia memberikan amplop yang Velyn bawa. Xavier membaca isi amplop tersebut, dia jadi paham maksud Naomi membawa gadis cantik di depannya.

"Jadi kau anak Jessie," gumam Xavier yang masih terdengar jelas dengan mereka.

Jessie nama mama dari Velyn, entah kesialan atau kebahagiaan Jessie memilih Alvin yang ujung-ujungnya tidak setia dengannya.

"Iya, saya anaknya," balas Velyn datar.

Xavier tidak mengatakan apa-apa lagi, dia mengambil sesuatu dari lacinya. Sedangkan Naomi, dia tidak mengerti apa yang terjadi terlebih tingkah Xavier sangat aneh di matanya.

"Surat untukmu," kata Xavier menyodorkan sebuah surat.

Velyn mengambil suratnya dan membaca dalam hati, dirinya melihat isi surat itu. Tulisan yang sangat dia kenali, bagaimana mungkin seorang anak lupa tulisan orang tuanya.

Dear, Velyn.
Hai Nak, jika kamu baca surat ini berarti Mama sudah pergi jauh dari kehidupanmu.
Maaf, Mama tidak menunggu kamu hingga kamu menikah dan mempunyai cucu untuk Mama.
Mama ingin, hanya saja Mama tidak bisa. Satu hal yang perlu kamu tahu, Mama selalu sayang kamu.
Mama tahu kamu sedih karena surat perjanjian itu, Mama sengaja sayang.
Mama melakukan ini, supaya Xavier bisa mengawasi kamu nantinya.
Xavier sahabat Mama dari kecil, jadi Mama percaya dengannya.
Alasan Mama, Mama punya firasat jika Mama pergi maka sesuatu akan terjadi.
Turuti kata Xavier ya, sayang. Anggap dia sebagai keluarga kamu juga, Mama mempercayakan kamu sama dia.
Selamanya, Mama sayang kamu.
With love,
Jessie.

Aku sayang Mama selalu, batin Velyn lirih.

Walau sedih, ekspresi Velyn biasa saja. Dia sangat hebat mengendalikan ekspresinya setelah Jessie meninggal, dia tidak mau orang lain memanfaatkan kelemahannya.

"Apa yang mau Tuan suruh pada saya?" tanya Velyn sopan.

Walau Velyn sudah tahu Xavier sahabat kecil Jessie, tetap saja dia sadar diri akan posisinya yang seorang budak. Jadi dia akan sopan walau wajah dan nada bicaranya tetap datar.

"Besok kalian menikah, Papa mau kalian memberikan kami cucu secepatnya," tegas Xavier membuat mereka kaget, walau ekspresi Velyn tidak menunjukkan kekagetan dia.

"Bagaimana kami bisa mengandung, Pa? Sedangkan kami sama-sama perempuan," tanya Naomi bingung.

"Ve bukan gadis biasa, dia bisa menghamili kamu tanpa program. Jadi gimana Nao?" balas Xavier membuat Velyn kaget sedangkan Naomi malah pusing.

Velyn tidak tahu kalau Xavier mengetahui apa yang tidak seharusnya diketahui orang lain, balik lagi dia berpikir mungkin saja Jessie yang memberitahu Xavier.

Mengingat Xavier sahabat kecil Jessie, tidak menutup kemungkinan hal itu bisa saja dikatakan. Velyn tidak akan bertanya lagi, terlebih sisi lain dia sudah diketahui itu cukup untuknya.

Apalagi dia paling malas untuk menjelaskan panjang lebar, kalau orang lain bersedia memberitahu kenapa dia larang? Malah bagus untuknya, menghemat tenaga itu perlu.

"Aku terima keputusan Papa, aku tahu Papa melakukan ini demi kebaikan ku," balas Naomi walau dia pusing dan tidak tahu maksuda Xavier, dia yakin dia akan mengetahuinya nanti.

"Itu sudah pasti sayang, Papa tidak akan memberikan kamu hal buruk. Ve, apa kamu menolaknya?" tanya Xavier menatap Velyn.

"Tidak, saya tidak ada niatan untuk menolak. Tuan dan Nona tenang saja, saya akan nurut dan tunduk sama perintah kalian. Jika tidak ada yang mau dibicarakan lagi, saya permisi," balas Velyn panjang lebar, sejujurnya dirinya lelah bicara sepanjang itu.

Baru saja Velyn ingin pergi, sayangnya dia ditahan Xavier. Tentu saja Xavier tidak mengizinkan dia ke mana-mana, bukan maksud mengurung dia di sini.

Hanya saja Xavier bukan orang bodoh, dari penampilan saja dia sudah tahu kalau dia tidak terurus. Jadi Xavier menyuruh dia tinggal di sini, supaya Xavier bisa mengawasi semua aktivitas dia sehari-hari.

"Tidak ada penolakan, Ve," tegas Xavier saat tahu Velyn akan menolak.

Ya, Velyn akan menolak. Siapa yang mau tinggal di tempat yang sama sekali belum didatangi? Bukankah dia akan canggung dan asing, apalagi mereka yang menerima anggota baru.

"Baiklah Tuan," balas Velyn pasrah.

Apa Velyn orangnya pasrah saja? Tidak, dia akan menentang siapa saja yang menganggu dia. Sayangnya dia tidak bisa melakukan itu pada Xavier, apalagi Jessie meminta dia untuk nurut.

Sebagai anak yang selalu patuh, dia tidak mau mengecewakan Jessie terlebih dalam surat itu memberikan dia amat. Suka atau tidak, dia akan patuh ke keluarga Xavier.

"Kamu menantu saya, jangan panggil saya Tuan, panggil saja Papa," kata Xavier sedikit kesal ketika Velyn memanggilnya tuan.

"Saya hanya budak yang tiba-tiba disuruh menjadi menantu anda, sungguh tidak sopan jika saya memanggil anda dengan sebutan Papa," balas Velyn jujur.

"Ini perintah Ve, Papa tidak suka kamu panggil Papa dengan sebutan Tuan," tegas Xavier diangguki Velyn.

"Baiklah, Pa," balas Velyn datar.

"Sayang, mulai hari ini juga Velyn tidur sekamar denganmu," perintah Xavier ke Naomi yang sedari tadi diabaikan.

"Iya, Pa," balas Naomi menyetujui.

"Aku pulang dulu, Pa. Mau beres barang-barang," izin Velyn diangguki Xavier.

"Nao, kamu ikut Ve dan bantu dia beres-beres habis itu kalian tinggalkan saja barangnya di sana nanti anak buah Papa yang ambil.

Setelah berberes, kalian ke butik. Pilih gaun yang kalian inginkan serta cincin untuk pernikahan kalian, soal gedung dan dekorasi urusan Papa," kata Xavier panjang lebar diangguki Naomi.

Naomi tidak membantah kata Xavier, dia sendiri juga tidak tega dan penasaran di mana tempat tinggal gadis cantik yang tiba-tiba mendapat perhatian dari sang papa.

Naomi sangat tahu sifat Xavier, jika orang itu bukan orang yang bisa menarik perhatian atau orang yang masuk list dilindungi mana mau Xavier berbaik hati ke orang asing.

"Maaf Pa, untuk pernikahan ini biar Ve saja yang bayar semua," sanggah Velyn yang tidak enak.

Velyn bukan siapa-siapa Xavier malah dia baru kenal, dia tidak mungkin menikah dengan Naomi pakai uang Xavier. Lagipula uang dia cukup untuk menikahi Naomi, walau pesta kecil-kecilan.

Terlebih dia tidak diberikan fasilitas dan uang saku, semua dia dapatkan dari hasil kerjanya.

TBC...

18. My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang