Part 8

1.4K 93 0
                                    

Bukannya marah malah Xavier terkekeh, sedangkan Velyn sedari tadi menyimak akhirnya buka suara.

"Pa, udah ya," kata Velyn melerai pertengkaran.

"Tidak asik ah, dibela sama pawangnya," balas Xavier malas.

"Kamu mau makan apa? Biar aku ambilin," kata Naomi mengalihkan pembicaraan, dia tidak peduli dengan Xavier.

"Kamu diam saja, itu kamu masih sakit. Aku yang ambilin kamu makan, kamu mau apa?" tanya Velyn bertanya balik.

Keluarga Xavier termasuk Xavier tidak menyangka kalau Velyn selembut ini, banyak yang iri dan ingin mengarungkan Velyn ke rumah mereka.

Sosok seperti Velyn tidak sebanyak itu, kalau pun ada pasti 1 : 1.000 orang. Mereka yang jomblo berharap, pasangan mereka kelak seperti Velyn yang mengerti pasangannya.

"Apa saja, aku suka kok," balas Naomi tersenyum.

"Jangan mengumbar keromantisan di depan umum," kata Xavier merusak suasana.

"Papa ngeselin," kesal Naomi tidak digubis Xavier, Xavier malah senang melihat anaknya kesal.

"Sudah-sudah, kamu duduk manis di sini. Aku ambil makanan dulu," kata Velyn lalu dirinya pergi ke stand makanan yang tersedia.

Jadi Velyn tidak perlu menunggu pesanan datang, tinggal ambil saja yang ada di sana.

"Gimana sama Ve?" tanya Xavier serius.

"Ve baik, lembut, sabar, dan masih banyak lagi. Seperti yang Papa lihat, makasih Papa memilihkan aku pasangan hidup sesempurna dirinya," balas Naomi tulus, kali ini Naomi tidak kesal.

"Sama-sama sayang, Papa senang kamu senang karena kamu kebahagiaan Papa," balas Xavier senang.

Tidak lama, Velyn kembali dengan dua piring. Satu untuknya dan satu lagi untuk Naomi, saat dia ingin makan, dia melihat Naomi yang tidak menyentuh piringnya.

"Kenapa tidak dimakan? Tidak suka?" tanya Velyn menatap Naomi.

"Suapin, Ve," balas Naomi malu.

"Manjanya kumat," kata Xavier membuat Naomi kesal.

"Sudah ya, jangan kesal gitu. Aku suapin sini," kata Velyn cepat sebelum pertengkaran terjadi.

Velyn menyuapini Naomi dan Naomi menerima makanan itu dengan senang hati, pagi ini banyak sekali keromantisan yang mereka ciptakan.

Para jomblo hanya bisa meratapi nasib, sambil membayangkan mereka memiliki pasangan seperti Velyn yang baik dan mengabulkan apa pun yang pasangannya minta.

Velyn terus menyuapini Naomi, sesekali dia ikut makan juga. Xavier tersenyum melihat kemesraan mereka, kemesraan yang tidak dibuat-buat.

Setelah sarapan, Xavier memberikan alamat ke Velyn dan kunci rumah. Tentu saja dia sangat tahu komplek perumahan elit yang harganya bisa beratus-ratus miliyar, dia mau menolak sayangnya Xavier tidak menerima.

Xavier mengatakan rumah itu sebagai hadiah pernikahan mereka, selain rumah tentu saja perabotan dan lainnya sudah terisi bahkan motor sama mobil pun ada di garasi.

Jujur Velyn bukannya tidak senang, dia merasa dirinya belum layak menjadi suami Naomi yang notabenenya anak orang kaya, sedangkan dirinya hanya mengandalkan diri untuk balapan supaya mendapatkan uang.

Terpaksa Velyn menerima hadiah dari Xavier dan keluarga besar, dia tidak lupa mengucapkan terima kasih atas hadiah dan waktu yang mereka luangkan untuk acara pernikahan mereka.

Keluarga besar Xavier sangat menyukai Velyn, sifatnya yang ramah dan sopan membuat mereka melihat sosok Jessie kecil. Hanya saja, mereka tidak akan membandingkan Jessie dengan Velyn.

Dari sudut mana pun, Jessie tetaplah Jessie dan Velyn tetaplah Velyn yang masing-masing punya keunikan tersendiri. Mereka bersyukur Naomi menikahi Velyn, terlebih Xavier tidak salah milih mantu.

Setelah acara makan selesai, Velyn kembali mengendong Naomi ala bridal style. Dia sangat tahu Naomi kesulitan berjalan, dia berpamitan ke mereka untuk ke rumah baru.

Keluarga besar mengizinkan, jadi Velyn segera ke rumah baru dengan supir terlebih dahulu karena dia tidak mungkin menggunakan taksi.

Setibanya di rumah, mereka sangat kagum. Untung saja rumah ini tidak terlalu besar, sebesar apa pun rumah mereka kalau cuma dihuni 2 orang akan terasa sepi walau ada beberapa pelayan dan bodyguard yang berjaga.

Velyn kembali mengendong Naomi ala bridal style ke kamar mereka, Naomi tidak masalah jika Velyn mengendong dia. Malah dia senang karena Velyn perhatian, perhatian kecil ini yang membuat dia senang.

"Kamu suka?" tanya Naomi menatap Velyn.

"Suka, rumahnya tidak terlalu besar," balas Velyn tersenyum.

"Aku juga suka rumah seperti ini, tidak besar kecuali kita punya anak nanti," timpal Naomi diangguki Velyn.

"Ve, besok aku kuliah ya," kata Naomi ditolak Velyn.

"3 hari lagi ya, kamu juga sakit bawahnya. Kamu yakin mau ke kampus seperti itu?" balas Velyn memberi pengertian.

"Baiklah, aku nurut. Ve, apa nanti malam kamu minta jatah kamu?" tanya Naomi was-was.

"Tidak, aku tidak segila itu apalagi kamu masih sakit," balas Velyn jujur, Naomi sangat senang memiliki Velyn yang pengertian.

"Kalau masih sakit jangan ke mana-mana, diam di kamar saja ya," lanjut Velyn diangguki Naomi.

5 hari kemudian, setelah mereka menikah. Naomi kembali kuliah dengan Velyn yang mengantar jemput Naomi, setiap kali Naomi ke kampus.

Naomi tidak menolak, dia malah senang bisa diantar jemput Velyn dan Velyn sendiri tidak keberatan. Terlebih Velyn suami pengangguran, kalau tidak ada balapan daripada bosen di rumah.

Setelah Velyn menyentuh Naomi, dia tidak meminta jatahnya hingga saat ini, jika Naomi memberikan maka dia akan mempertimbangkan apa Naomi masih sakit atau tidak?

Jika Naomi masih sakit, maka Velyn menolak. Jika Naomi sudah baik, mereka akan bercinta. Siapa juga yang akan menolak bercinta dengan Naomi yang sangat sexy? Tidak ada!

Sedangkan di kampus, Naomi menjadi bahan kejahilan para sahabatnya karena dirinya diantar jemput sang suami membuat mereka para jomblo jadi iri.

Malah Naomi menjahili mereka lagi dengan menyuruh mencari pasangan secepatnya, ya begitulah mereka sama-sama menjahili tanpa baperan.

Seminggu telah berlalu, Velyn mengantar Naomi ke kampus seperti biasa lalu pergi setelah Naomi masuk kampus.

Setiap menunggu Naomi pulang, Velyn akan ke basecamp mereka. Jika sudah waktunya pulang, dia segera pamit ke mereka begitulah kesehari-harian dia.

"Ken, tolong jemput Naomi dulu pastikan dia baik-baik saja. Kalau kenapa-kenapa turunkan anak buah, gue ada balapan," suruh Velyn ke Kenzo.

Sebenarnya Velyn mau saja menjemput Naomi, hanya saja dirinya ada balapan yang tidak bisa ditinggal. Lumayan uangnya juga untuk memenuhi kebutuhan Naomi nantinya.

"Lu tenang aja, dia pasti aman," balas Kenzo diangguki Velyn.

Velyn percaya sama Kenzo, apalagi Kenzo orang yang bisa diandalkan. Dia pamit ke arena balap, sedangkan Kenzo mengajak kedua rekannya untuk menjemput Naomi.

Syukur-syukur Kenzo dan kawan-kawan menjemput Naomi tepat waktu, Naomi yang melihat mereka bukan Velyn malah kaget. Dia menghampiri mereka, mereka yang sadar ada yang mendekat langsung menoleh.

"Loh, kalian ngapain di sini?" tanya Naomi ke mereka.

TBC...

18. My GuardianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang