Story by: CatatanKecilRy
Sang rembulan telah semakin meninggi seiring dengan larutnya sang malam. Membawa sang sejuk yang cukup untuk membuat gigi bergemeletuk bersamanya. Membuat mayoritas orang akan lebih memilih bergulung dalam selimut hangat dan jatuh dalam lelap menyambut sang mimpi indah daripada berkeliaran dan kedinginan. Namun, sayangnya, hal itu tidak berlaku bagi Arumi dan teman-temanya yang saat ini masih berada di jurusan tempat mereka menimba ilmu.
Bukan tanpa alasan mereka masih berada di sini, di laboratorium paling ujung sebelum tangga lantai 3 sayap kanan, saat ini. Beralasan mempersiapkan asisten baru untuk dapat mengawas praktikun yang akan dijalankan di laboratorium inilah yang membuat mereka rela memotong waktu tidur dan masih betah berada di jurusan tercinta.
Walau sebenarnya, apa yang mereka lakukan saat adalah sesuatu yang dilarang, tetapi mau bagaimana lagi? Dengan keterbatasan sebagai mahasiswa rantauan, membuat opsi berani diam-diam menyelinap masuk jurusan di saat malam telah mulai larut adalah pilihan terbaik yang dapat mereka jalankan demi tanggung jawab yang telah mereka pilih. Ya, setidaknya selama belum ketahuan pihak jurusan.
“… dan terakhir aku klik di sini, arc ellipse yang bakal aku dapat kayak gimana?” Terdengar tanya yang dilontarkan Arumi pada Yuda―si asisten baru yang sekaligus menjadi pemateri modul dua malam ini―sembari membuat titik-titik yang dimaksud di papan tulis putih yang kini telah hampir penuh dengan coretan.
“Ugh, itu … em, begini, Kak,” jawab Yuda penuh ragu sambil menggambar busur elips dengan bagian yang terpotong berada di sisi kiri bawah.
“Kok aku dapat hasilnya beda?” tanya sederhana yang diberikan Bima―teman seangkatan Arumi―semakin membuat Yuda terlihat ragu dengan jawaban yang dia berikan.
“Udah pernah coba di AutoCAD-nya belum?” tanya Arumi sembari melenggang kembali ke tempat duduknya. Meninggalkan Yuda yang mati kutu, tidak dapat memberikan jawab ataupun pembelaan.
“Kan dari jauh-jauh hari udah dibilangin persiapkan diri sebaik mungkin. Belajar dari orang-orang yang ada di sini, terlebih dengan mereka yang juga pernah menjadi pemateri di modul yang sama dengan kalian,” ucap Alan―sang Koordinator Asisten yang juga merupakan teman seangkatan Arumi―memberikan teguran melihat keterdiaman sang pemateri dan asisten baru lainnya.
“Kalau boleh ngebandingin, ya, Arumi yang megang modul ini dulu selesainya cuma semalam. Si Fajri, rekan kalian, dua malam juga udah tuntas. Ini udah malam kedua, tapi setengah dari materi aja belum kebahas. Sebenarnya kalian ada belajar nggak sih sama mereka?” hardik Alan yang sudah kepalang kesal melihat progres leveling kali ini.
“Gini aja deh. Ntar malam, kesempatan terakhir kalian buat modul ini. Kalau nggak tuntas juga, ya, kalian nggak boleh ngawas praktikum dan Tugas Besar nanti,” ucap Bima yang juga sudah mulai kesal, tetapi masih mampu menjadi penengah. “Sekarang mending kita pulang, udah jam dua lewat dan aku rasa percuma kalau kita terusin buat malam ini. Gimana, Prak?”
Dengan segala pertimbangan dan persetujuan dari Koordinator Praktikum, akhirnya mereka mulai berkemas untuk beranjak pulang. Namun, ketika akan menuruni tangga, ada sesuatu yang janggal mengusik Arumi.
“Lan,” panggil Arumi pada Alan yang berjalan tepat di sampingnya. Mengerti kenapa Arumi memanggilnya, Alan pun mengomando untuk segera mempercepat langkah mereka tanpa menimbulkan pertanyaan aneh dari adik-adik tingkat mereka.
Dengan masih berceloteh satu sama lainnya, mereka mempercepat langkah ke pintu keluar yang berhubungan langsung dengan halaman belakang jururan, di mana sang kuda besi terparkir. Semua terlihat baik-baik saja dan tidak ada yang menunjukkan adanya yang janggal saat itu.
Sampai saat mereka antre untuk melewati celah sempit portal jurusan yang menjadi jalan alternatif dan tercepat pergi dari sana, Yuda tiba-tiba saja berceletuk, “Aku kira tadi ada pandan di luar yang dekat tangga, ternyata pas dilihat ternyata nggak ada, ya?”
Mendengar itu, seketika dingin merayapi tulang punggung mereka yang ada di sana, lengkap dengan bulu roma yang terasa berdiri semua. Ditambah lagi ketika sayup-sayup terdengar gelak tawa seorang perempuan. Membuat mereka semua paham untuk bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa, tidak mendengar apa pun, dan harus sesegera mungkin beranjak pulang.
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
CERMIN HOROR
HorrorKumpulan cerita mini karya Family CPBS bertema "Pengalamanku" yang menimbulkan ketegangan dan rasa takut. Bagaimana dengan pengalamanmu? Highest rank: #3 ceritamini (24/05/2022) #6 cermin (30/05/2022) #15 hororstory (30/05/2022)