Mimpi?

14 6 0
                                    

Story by: LemonTea_-

Malam itu Sari begadang di rumah kontrakannya mengerjakan tugas kuliah. Ia duduk di teras rumah sambil menghadap laptop dan beberapa lembar kertas di meja. Jangkrik berbunyi dengan ramainya, angin bertiup perlahan, tapi menimbulkan hawa dingin yang cukup menusuk tulang. Terkadang, satu-dua kucing melewati Sari di halaman. Suara burung hantu sayup-sayup terdengar dari kejauhan. Beberapa tupai yang loncat dari satu pohon ke pohon lain menimbulkan bunyi gemerisik dedaunan. Meski jam dinding sudah menunjukkan pukul sebelas malam, gadis itu tak takut.

Dua jam kemudian, Sari merasa kantuk mulai menyerang. Tengkuknya pegal dan dingin. Maka ia membenahi seluruh barang-barangnya di meja, termasuk gelas kopi yang sudah kosong isinya.
Sari menutup pintu dan langsung masuk kamar. Rumah kontrakan itu cukup besar untuk ia yang tinggal seorang diri. Apalagi di daerah pedesaan membuat Sari merasa hidup sendirian di tengah tempat asing. Namun, ia tidak takut.

Sari merasa baru tidur selama dua jam sampai kemudian ia terbangun lagi. Namun, itu bukan peristiwa bangun yang biasa. Sari mendapati dirinya tergeletak di lantai kamar. Saat bangun, mata Sari terbelalak melihat tubuhnya sedang kesulitan bernapas di bawah ranjang. Tubuh Sari berusaha keras meminta tolong dan menyingkirkan sosok makhluk besar yang menindihnya.

Sari ingin membantu tubuhnya. Tetapi ia sendiri juga kesulitan beranjak dari lantai tempatnya berdiri. Suaranya sendiri juga tak dapat keluar untuk sekadar meneriakkan sepatah dua patah kata kepada tubuhnya. Sari ingin menangis melihat tubuhnya dicekik oleh makhluk besar mengerikan itu. Dadanya sendiri kesakitan dan sesak mewakili apa yang dirasakan tubuhnya. Kakinya ingin menendang sosok itu dari atas tubuhnya, tapi tak bisa. Tangannya ingin meraih apa pun yang dapat membantu mengenyahkan makhluk itu, juga tak bisa seolah seluruh tubuhnya terkunci.

Sari menangis sejadinya di lantai. Tubuhnya seolah tak tertolong. Ia akhirnya memilih pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan. Entah ditolong atau tidak, selamat atau tidak, berakhir hidup atau mati, Sari sudah pasrah dengan air matanya yang bercucuran.

Maka kemudian seperti ada udara sejuk yang membuatnya tetap bernapas, Sari terlonjak dari posisi tidurnya. Dadanya naik turun tidak beraturan dan keringat bercucuran di mana-mana. Sari meraba wajah dan seluruh tubuhnya dan merasakan ujung matanya basah. Tubuhnya bergetar ketakutan setengah mati. Mimpikah tadi?

TAMAT

CERMIN HORORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang