0.2 𝒉𝒊𝒔 𝒍𝒂𝒔𝒕 𝒏𝒂𝒎𝒆

25 8 1
                                    

Kaleng bir yang berada di genggaman Johalin ditarik kasar, pergelangannya dicengkeram erat oleh pemuda pemilik kaleng bir tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaleng bir yang berada di genggaman Johalin ditarik kasar, pergelangannya dicengkeram erat oleh pemuda pemilik kaleng bir tersebut.

“Elo...! Maaf, Anda mengagetkan saya, bisa tolong lepaskan?” mohon Johalin yang berusaha menarik tangannya. Namun pemuda berambut lebat hingga menutupi matanya itu tak kunjung melepaskannya. “Permisi, anda bisa mendengar saya ‘kan?”

“Bukannya yang punya toko udah bilang buat hati-hati?” Pemuda itu menyibak rambutnya dengan tangan kanan hingga memperlihatkan seluruh wajahnya dengan jelas. Matanya menyorot tajam berkontak dengan milik Johalin. Beberapa memar di wajah tampannya terlihat jelas dalam gelap, luka yang hampir mengering terlihat perih.

Terkejut dengan apa yang dikatakannya, Johalin mengernyit heran apa maksud laki-laki itu. Johalin kembali berusaha menarik pergelangan tangannya. “Maaf, tapi apa maksud Anda.” Namun lagi-lagi telapak tangan itu mencengkeram terlalu kuat.

“Ya ini akibatnya karena lo nggak hati-hati,” ucap laki-laki itu yang dengan sigap memutar lengan Johalin kebelakang, mengunci pergerakan perempuan itu.

Sialan, Johalin dijebak!

Benar, bahkan pemilik toko sudah memperingantinya untuk hati-hati bahkan mengungkapkan alasannya menerima Johalin bekerja di sana. Ya, untuk menggantikan pekerja sebelumnya yang mati terbunuh saat pulang bekerja. Dan ini adalah salah satu perangkap kejahatan yang disiapkan dengan cara pintar.

Johalin harus berhati-hati dengan gerak-gerik laki-laki itu, bisa-bisa dirinya benar-benar mati sekarang. “Apa ‘sih yang lo incer dari gue?!” tanya Johalin penasaran pasalnya penampilannya sama sekali bukan orang berduit, bahkan dia adalah penjaga kasir yang baru bekerja beberapa jam lalu.

Suara kekehan dari bariton itu begitu dekat dengan telinga Johalin, membuatnya bergidik. “Enggak, gue nggak ngincer duit lu. Gue tau lo nggak ada duit,” perkataannya tersebut dengan tepat menjawab kebingungan di kepala Johalin. “Lo nggak tahu apa yang biasanya orang-orang incer dari cewek?” tanyanya tersenyum miring dengan tatapan mata intim memperhatikan wajah Johalin dari belakang. “Lo masih perawan, ya?”

Demi Tuhan badan Johalin merinding seketika mendengar pertanyaan kurang ajar itu. Ia harus menyodok laki-laki itu dan melepaskan diri. Johalin sama sekali tidak memberontak, ia sudah mengumpulkan tenaga untuk melawan pemuda itu, mengambil napas dan mulai mengayunkan kakinya menendang selangkangan pemuda itu.

“Akh!”

Bukan, itu bukan rintihan laki-laki itu, melainkan suara Johalin yang terjatuh di aspal. Kedua lutut Johalin membentur aspal cukup keras hingga terasa begitu nyeri, tubuhnya terhuyung ke depan hampir mencium lelehan hitam yang mengkeras itu. Ternyata laki-laki itu lebih sigap dibanding pemikiran Johalin. Kakinya terlebih dahulu ditendang sebelum benar-benar mengenai selangkangannya. Entah Johalin yang terlalu payah, atau laki-laki itu yang cukup pandai.

“Upsyyy... Kayanya lo perlu latihan ketangkasan lagi kapan-kapan, hari ini nikmatin dulu main-main nya sama gue, oke?” laki-laki itu berbisik intens di telinga kanan Johalin, ia yakin seluruh bulu kuduk di tubuh perempuan itu pasti tengah berdiri sekarang.

LET ME TO SORROW | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang