0.8 𝒉𝒆𝒍𝒍𝒐, 𝒎𝒓

10 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seakan terikat dalam perjanjian rumit, ia memang selalu menerima segala takdir yang jatuh ke tangannya. Mau bagaimanapun sebelum dirinya terlahir di dunia ini ia sudah menyetujui segala risiko yang terjadi. Namun, kadangkala tubuh memang butuh istirahat, tak bisa terus-terusan dihantam. Satu-satunya pelarian yang dapat ia handalkan tidak lain dan tidak bukan hanyalah arak.

Minuman haram itu selalu saja berhasil membuatnya menjadi ringan. Sebetulnya tidak ada hari libur dalam kamusnya, tapi untuk satu hari saja, ijinkan dia menikmati kehidupan tanpa para kertas itu. Tuhan pun memberkati dirinya dengan ijin dari sang panutan. Jadi kali ini ia memanfaatkan waktunya dengan sangat baik, dengan cara melampiaskan segala emosi melalui bergelas-gelas vodka, sebab kapan lagi momen langka ini hadir ke hidupnya.

Arak yang terkenal next level bagi manusia kalangan bawah tersebut ia tenggak sendirian berteman sepi. Selalu seperti itu, memangnya siapa yang mau berteman dengannya.

Kedua netra yang mulai sayup berkontak dengan jam tangan bertali kulit yang melingkar pada pergelangan kiri. Pukul tiga dini hari menuju pukul empat, baiklah mungkin sudah cukup waktu bersenang-senang di tempat dengan gemerlap lampu disko dan musik yang menggema ke seluruh ruangan.

Ia mengusap wajahnya sebelum benar-benar beranjak, meyakinkan diri untuk tidak tertidur dalam langkah.

Ia sadar bahwa ini menjadi sebuah dosa bila ia berkendara dalam pengaruh alkohol, tapi tetap saja satu mobil mewah pergi meninggalkan tempat bersenang-senang, menyapu jalanan yang gelap dan keheningan yang mendominasi. Hanya terdengar sayup suara mesin roda empat melalui kesadarannya yang tersisa sedikit. Tak jarang ia mengerjapkan mata dan mengusap wajah berusaha menepis kantuk dan pusing yang mulai berdatangan.

Bunyi decitan timbul sebab rem yang diinjak tiba-tiba setelah suara debuman terdengar. Mata laki-laki itu terbuka lebar, apa yang baru saja terjadi seakan menghentikan detak jantungnya selama sedetik. Bergeming beberapa saat untuk meyakinkan diri sendiri apa yang barusan menabraknya adalah sesuatu yang bernyawa, sebab jika tidak, itu sangat mengerikan.

Cari aman, mobil yang ia tumpangi kini mundur perlahan hingga netranya yang hampir menggelap menemukan seonggok tubuh manusia tengah berusaha bangkit dengan wajah menahan perih. Tak menunggu waktu lama, segera ia membuka pintu dan berlari mendekati perempuan itu.

"Kamu nggak apa-apa? Astaga saya minta maaf. Mari saya antar kerumah sakit." Entah bagaimana caranya tapi tiba-tiba rasa cemas dan khawatir mengalahkan seluruh suasana di tubuhnya yang hampir merenggut kesadaran. Ketakutannya terlalu mendominasi sekarang sebab tetap nekat berkendara di bawah pengaruh alkohol. Reputasi yang susah payah dibangun dapat hancur dengan mudahnya hanya dengan kesalahan seperti ini.

"No, thanks, gue pastiin nggak apa-apa kok." Perempuan itu menyibakkan rambut panjangnya ke belakang membuat seluruh wajah penuh lebamnya dapat dilihat jelas oleh pria tersebut. Sungguh kepalanya sakit sekali sebab menghantam aspal cukup keras, hingga membuat pandangannya buram berkunang-kunang.

LET ME TO SORROW | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang