0.5 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒌𝒆 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉

9 4 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Rumah siapa?”

Setelah menurut mengikuti kemana langkah Jayfi pergi, Johalin kini penasaran kediaman siapa yang telah laki-laki itu ganggu malam-malam begini dengan membisingkan dua kali bel listrik.

Laki-laki itu menghembuskan napas halus menunggu respon dari dalam rumah, sebelum ia menjawab pertanyaan perempuan di sebelahnya ia menekan bel itu sekali lagi. “Ntar juga tau.”

Jawaban yang sama sekali tidak menjawab. Johalin mengalih pandang ikut menilik ke arah pekarangan rumah. Pagar besi setinggi dada Jayfi itu terlapisi cat putih yang sedikit mengelupas dan ditumbuhi karat. Tak cukup berguna kecuali mencegah anjing-anjing liar masuk ke dalam. Sedetik sebelum Johalin berniat melempar tatap ke arah lain, dari balik jendela ia menangkap lampu kuning yang menyala otomatis saat ada orang yang melewatinya di balik pintu rumah tersebut menyala.

Johalin menerka sejenak, mungkinkah ini kediaman laki-laki itu? Tapi kenapa Jayfi mau membawanya pulang sedangkan mereka hanya sebatas stranger yang bertemu dengan sangat tidak sengaja.

Wanita paruh baya bergincu merah tebal mengenakan dress satin putih bermotif bunga-bunga merah muncul dari balik pintu utama. Johalin sungguh terkejut sebab gestur itu sama sekali tidak asing baginya.

Benar, wanita dengan khas gincu merah tebal itu adalah bos nya. Pemilik minimarket tengah hutan —maksudnya pada jalur pantai tengah hutan. Johalin terlunjak kaget menutup bibir dengan kedua tangannya. “Gi—lo—?” netranya bergulir bergantian mengabsen wajah Jayfi dan perempuan yang berjalan mendekati pagar. Terkejut hingga tak tahu berbicara apa.

“Heh, elu! Ganggu aje malem-malem gini, bocah nakal baru pulang lu?!”

Tentu saja yang ada di pikiran Johalin ialah wanita itu adalah ibu dari laki-laki yang ia temui dengan luka memar dan darah bercucuran di wajahnya malam itu. Ya, Jayfi adalah putra dari Madam.

“Lama kagak pulang, balik-balik malem-malem begini ganggu orang aje.” Wanita itu terus meracau sembari membuka gembok pada gerbang berkarat tersebut. Setelah menyelesaikan kegiatannya wanita itu berkacak pinggang dengan dagu yang diangkat tinggi. Melayangkan tatapan sinis yang semula dilayangkan pada Jayfi dan kemudian mengarah pada Johalin.

Laki-laki itu terlebih dahulu menjulurkan tangannya berniat menyalami sang wanita paruh baya.

Johalin yang masih dalam keadaan terkejutnya menatap Jayfi bingung, laki-laki itu ikut mengarah pandang padanya. Beberapa detik kemudian Johalin menyimpulkan untuk ikut mencium tangan sang majikan. Berikutnya kecanggungan memeluk atmosfer.

“Mau ape lu?” tanya sang Madam. Masih melayangkan tatapan bergantian pada Jayfi dan Johalin. “Kagak tau waktu, jam segini betamu. Ini bukannya yang jaga warung kan?” tanyanya menunjuk Johalin dengan dagu dan arah pandangnya.

LET ME TO SORROW | Jay EnhypenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang