Cia cia kita ketemu lagi!
Jangan lupa tinggalkan jejak dan share cerita ini di akun SOSMED kalian!
Lovall💚
Happy Reading 🧡
*****
Elvanka berdiri di depan perkaraan rumahnya, sudah cukup lama dirinya terdiam di sana, mungkin sekitar 10 menitan.
"Vanka."
Mata Elvanka langsung bergerak menatap Feli yang baru saja tiba di hadapannya.
Feli menarik napas panjang sebelum mengeluarkan suaranya. Namun, suaranya terhenti karena selaan dari Elvanka.
"Lo gak bisa lihat gue hidup tenang?"
Feli mengerutkan dahinya, tak mengerti. "Lo marah sama gue?"
Elvanka mengembuskan napas kasar, sedikit sebal. "Kalo manusia idiot itu sakit, jangan laporan sama gue!"
Feli terkekeh tak percaya. "Lo gak perlu dateng kalo itu terasa berat, gue gak maksa!" tegasnya.
"Perlu gue jemput? Bukannya itu termaksud kata paksaan?" Sebelah alis Elvanka terangkat.
"Itu pertanyaan, kalo lo jawab enggak, gue gak bakal jemput lo!"
Elvanka mendengus geli, lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Baiklah. Ia akui dia salah. "Okey." Elvanka membalik badannya, berniat pergi dari sana.
"Lo pengecut, Van!"
Elvanka menghentikan langkah kakinya, membalik kembali badannya. Menatap Feli dengan kerutan di dahinya.
"Lo gak bisa lawan ego lo, dari dulu sampai sekarang. Lo gak bisa lihat kebenaran!" kata Feli. "Hati lo udah ketutup, lo bahkan gak bisa berpikir dengan jerni!" lanjut Feli dengan mata yang tak lepas dari Elvanka.
"Terus lo apa? Otak lo udah jerni?" Elvanka berjalan mendekati Feli. "Udah jerni sampai lo mati-matian mau masuk jurusan IPS?" Elvanka menghentikan langkah kakinya. "Lo tau apa yang gue benci dari lo?" tanyanya, dan sengaja menggantung kalimatnya. "Gue benci, sama sikap lo yang kayak gini!"
****
"Lo gak papa, El?" tanya Moka saat Elvanka sudah masuk dan duduk di kursi penumpang, tepat di sampingnya. Yaps, bukan Rano yang mengantarkan Elvanka, melainkan Moka.
Elvanka menganggukkan kepalanya. "Gue gak papa!" ujarnya.
Moka mengangguk paham. "Berangkat sekarang?" tanyanya, memastikan.
Elvanka hanya menganggukan kepalanya, mendapat anggukan dari Elvanka, Moka segara menginjak gas mobil berwarna merah itu, mulai membelai jalan raya yang cukup ramai malam ini.
Ditemani lampu jalanan, Elvanka membuka kaca jendela mobil, menikmati hembusan angin yang masuk. Kini yang ia lakukan hanya termenung dan terus memikirkan ucapan Feli.
Elvanka mengembuskan napas kasarnya, lalu menatap Moka. "Gue turun di sini!"
Moka menatap sekilas Elvanka. "Maksud lo?" tanyanya, tak mengerti kenapa Elvanka minta di turunkan di jalanan sepi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepuing Harapan (TAHAP REVISI)
Teen FictionCerita ini hasil dari pemikiran saya sendiri, PLAGIAT DILARANG ❌ MENDEKAT. Typo di mana-mana! **** "Dia itu Kakak lo!" "Gue benci dia! **** "Lo yakin Rania di rumah?" **** "Elvanka juga gak tau, lagian Rania boleh juga!" "Kalo ketauan gimana?" "Elv...